Akademi Sakura, bangunan tingkat bercat warna pink putih terlihat begitu bersinar bersamaan dengan bunga-bunga sakura menambah kesan unik tersendiri. Banyak awan-awan menggumpal dengan kabut tebal menjadikan akademi ini terlihat begitu mistis.
Sebuah bayangan hitam mulai menjadi objek perhatian bagi para murid yang lewat di dekat gerbang akademi. Bayangan hitam yang mulanya kecil menjadi besar. Mereka penasaran melihat siapa yang melakukan teleportasi di sembarang tempat.
"Awwww!"
Wajah Auristela terjerembap ke tanah lapangan saat keluar dari bayangan hitam teleportasi, langsung mengundang unsur tawa bagi semua murid yang lewat lapangan ketika melihat dirinya terjatuh dalam posisi yang sangat memalukan.
Namun bukan Auristela namanya, kalau tidak tahan banting. Walaupun sudah terjatuh, Auristela segera berdiri lalu berjalan santai seolah tidak terjadi apa-apa. Auristela baru tahu ternyata teleportasi milik Lauren benar-benar buruk. Niatnya Auristela mau muncul melalui teleportasi di depan akademi agar semua orang yang melihat kedatangannya terkejut dan takjub melihat cara jalan Auristela yang mirip seperti ratu.
Namun boro-boro berjalan seperti ratu. Rencananya sudah gagal, dan cara jalannya Auristela justru terlihat seperti gembelan. Sangat memalukan.
Dan Auristela sempat mengira setelah semua orang yang melihat adegan jatuhnya, maka tidak akan ada lagi yang melihatnya. Akan tetapi, dugaannya lagi-lagi salah. Sepanjang koridor akademi, sangat banyak murid-murid yang menatapnya. Dan itu sungguh membuat Auristela menjadi percaya diri. Sengaja Auristela mengibaskan rambutnya saat lewat. Auristela mengganggap kalau Lauren ini anak terkenal, selalu menjadi pusat perhatian.
"Persephone."
"Persephone."
"Persephone bukankah artinya bringing death atau membawa kematian? Buruk sekali!" lirih Auristela sembari berjalan melewati mereka menyebut dengan nama Persephone. Namun Auristela penasaran, siapakah sosok yang bernama Persephone tersebut?
"Persephone! Kau tuli?" Siswi itu menarik bahu Auristela kasar, membuat langkahnya harus terhenti.
"Apa sih? Kau sedang memanggil siapa!?" tanya Auristela sinis.
"Persephone itu kau!"
Apa? Tidak mungkin Lauren mengganti namanya menjadi Persephone. Ini jelas pasti mereka main asal merubah nama Lauren.
"Namaku Aur—Lauren! Bukan Persephone!" Hampir saja Auristela membocorkan nama aslinya. Beruntung ia ingat, kalau tidak habislah dirinya.
"Kau Persephone!"
"Ya, namamu Persephone!"
"SUDAH KU BILANG NAMAKU BUKAN PERSEPHONE!" pekik Auristela, tak peduli bahwa produksi air liurnya jadi berlebihan dan menyembur rata wajah mereka. Auristela tidak menyesal melakukannya, justru merasa bersalah karena tidak secara keseluruhan menyembur mereka dengan air ajaibnya.
Kemudian Auristela kembali melanjutkan perjalanan dengan wajah angkuh. Akan tetapi bukan berhenti sampai disitu, masih saja terdengar nama 'Persephone' yang terdengar di telinganya.
Banyak kicauan para murid yang memanggilnya dengan nama lain. Itu benar-benar mengganggunya. Namun Auristela tidak mengambil pusing. Baginya, tak peduli mereka senang pada dirinya atau tidak, yang terpenting Auristela masih hidup tenang dan damai.
Sesudah Auristela masuk ke kelas, Auristela kembali keluar lagi untuk pergi ke kamar mandi karena mendadak Auristela kebelet buang air kecil. Setelah selesai, Auristela kembali ke kelas. Auristela juga tidak memedulikan para siswi tengah menggosipnya disana. Lebih baik Auristela menulis absen saja. Akan tetapi, Auristela terasa panik saat mendapati pulpennya tiba-tiba tidak ada. Padahal seingatnya sebelumnya Auristela telah mempersiapkannya sebelum berangkat sekolah.
"Dimana pulpenku?" tanya Auristela mengacak-acak isi tasnya.
"Di sini tidak ada."
Kemudian Auristela melihat bagian isi tas depannya. "Di sini juga tidak ada."
"Dimana ya?" Auristela segera berdiri keluar dari kelas. Firasatnya mengatakan bahwa pulpennya mungkin saja berada di luar. Dan benar saja apa yang dipikirkan oleh Auristela. Pulpennya itu berada di atas atap sekolah, letaknya di depan perpustakaan.
"Sial! Dasar, menyebalkan! Pulpen orang main dibuang begitu saja! Huft, mana pulpennya ada di atas atap. Pasti sulit untuk mengambilnya."
Kepala Auristela mulai masuk ke dalam lubang pembatas. Masih menggerutu dalam hatinya. Dasar murid-murid nakal! Belum tahu saja mereka ya kalau dalam tubuhnya Lauren ini ada Reigne dari Akademi Advillence. Kalau pun mereka tahu pasti mereka akan meringkuk bersujud-sujud untuk memohon ampun.
"TOLONG! TOLONG! ADA ORANG YANG MAU BUNUH DIRI!"
Suara teriakan dari kelas sebelah memekik telinga Auristela membuat kepalanya yang hampir keluar dari lubang pembatas setelah mengambil gelang identitasnya, kepalanya justru kepentok dinding pembatas. Namun Auristela tak memedulikan rasa sakitnya. Ia malah bersimpati mendengar ada seseorang yang mau bunuh diri.
"Kasihan sekali dia. Padahal umurnya masih muda, tapi mau mengakhiri hidupnya," ujar Auristela miris, lalu belum juga ia keluar, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menarik bajunya sehingga kepala Auristela langsung keluar dari lubang pembatas.
"Apa kau bodoh? Mengakhiri hidupmu dengan begitu cepat? Apa kau tau satu hal? Jika kau bunuh diri itu tak akan membuat masalahmu selesai, melainkan kau justru masuk ke dalam masalah yang lain."
Lho?
Tunggu sebentar.
Auristela pikir orang yang dimaksud bunuh diri itu yaitu murid lain, namun kenapa seseorang menyangka dirinya mau bunuh diri? Aduh, Auristela bingung. Hidupnya terlalu banyak drama dan salah paham.
"SIAPA YANG MAU BUNUH DIRI? AKU MAU MENGAMBIL PULPENKU YANG ADA DI ATAS ATAP! ORANG JAHIL MENGERJAIKU! KAU JANGAN SOK TA—" pekik Auristela. Gadis itu mulai berdiri dan ingin melanjutkan ucapannya kembali, namun untuk sesaat Auristela langsung mematung. Kedua matanya melotot sempurna, tidak percaya dirinya akan berjumpa dengan sosok itu secepat ini.
Sabtu, 17 Juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Academy (ON GOING)
FantasyMendapat gelar 'Reigne' (calon 'Queen' masa depan) tidak mudah bagi Auristela Lauria. Kepercayaan Academynya yang menjadikan gelar terbaik, gadis berusia 18 tahun itu mengharuskannya untuk melindungi penjuru dunia dari berbagai kecaman. Suatu hari...