"Ozora?"
Ozora, sepupu Auristela dari jalur ibunya setahunya memang sosok itu bersekolah di sini. Dahulu saat mereka kecil, Auristela selalu bermain bersama Ozora, Auristela masih mengenal sepupunya termasuk orang yang hangat dan terbuka.
Namun ketika orang tua Auristela maupun Ozora merencanakan ingin menyekolahkan keduanya, timbullah perpecahan. Yang dimaksud orang tuanya Ozora ingin anaknya sekolah di Akademi Sakura. Sementara orang tuanya Auristela ingin anaknya sekolah di Akademi Advillence. Saat itu pula, Auristela mengenal sosok Ozora yang lain. Lebih tertutup dan dingin. Apa mungkin ajaran Akademi Sakura seperti itu ya?
"Sudah lama kita tidak berjumpa ya?"
Ozora mengerutkan alisnya. "Berjumpa? Aku pikir ini adalah pertemuan kita yang pertama kalinya," Ozora masih bingung dengan gadis yang di hadapannya ini. Ya, sebenarnya Ozora sudah tahu Lauren murid dari kelas sebelah yang menjadi korban bullying, namun Ozora tak terlalu peduli selagi belum ada kasus parah.
Wajah Auristela langsung pucat, akan tetapi langsung berubah sesantai mungkin. Ia heran mulutnya tak bisa diajak kompromi. Dan juga Auristela baru ingat ia lagi menumpang dalam raga Lauren. Seharusnya Auristela pura-pura tidak mengenal Ozora.
"Ah ya, maafkan aku, hehe. Mungkin karena tadi aku jatuh, ujung otakku hilang jadinya yang membuatku menjadi salah mengingat orang. Maafkan aku, Ozora. Dan soal mengetahui namamu, aku tau karen—karena kau terkenal. Ya——terkenal," jawab Auristela dengan wajah meyakinkan. Tidak boleh Ozora mengetahui identitasnya yang ini. Bukannya apa-apa, Auristela takut Ozora akan jadi berubah lagi seperti dulu.
Ozora tidak menjawabnya. Lelaki itu hanya pergi meninggalkan Auristela, tanpa sekalipun berniat membalas ucapan Auristela yang panjang lebar berusaha menjelaskan.
"Hih, dasar, lelaki sombong! Belum saja ku sulap kepalanya dia jadi kotak! Awas saja kau, Zora!"
☘️☘️☘️
Bunyi bel panjang mengakhiri pelajaran kali ini. Semua murid termasuk Auristela bergegas merapikan barang-barang mereka. Auristela telah selesai merapikannya, menatap bingung wajah-wajah teman sekelasnya. Mata mereka terlihat sangat sinis menatapnya. Ada apa?
Auristela berusaha tak peduli. Ia segera keluar dari kelas. Matanya tertuju pada satu murid bersama rombongannya yang termasuk teman sekelasnya. Mungkin saja bertanya pada mereka agar ke kantin bersama dibolehkan.
"Kenapa kau mengikuti kami?" tanya salah satu dari mereka saat menyadari bahwa ada seseorang yang mengikuti mereka.
"Aku? Tentu saja aku mau ikut bersama kalian ke kantin," balas Auristela.
"Tidak tahu diri! Padahal kami tidak mengizinkan kau! Berani-beraninya kau menyusup di antara kami!" bentak Celine.
"Kami berjalan bersamamu—ke kantin? Jangan mimpi! Mana sudi kami mau berdekatan dengan perempuan yang senang bermain om-om!" pekik satunya lagi yang namanya Helga.
Dan setelah mengatakan kalimat sarkasme tersebut, rombongan mereka segera berjalan bersama-sama, meninggalkan Auristela yang hanya berdiam diri di sana dengan sejuta pertanyaan. Pertanyaan yang mungkin sulit ditemukan jawabannya.
Sepertinya ada yang tidak beres pada hidup Lauren. Semuanya menjauhinya. Tidak ada yang mau mengajaknya ke kantin. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Tidak ada yang mengajaknya bicara selama di kelas sejak tadi.
"Sementara aku-aku berbeda dengan kau. Tidak ada seorang yang menginginkanku untuk hidup. Mereka bahkan tak sudi melihat wajahku." Teringat kembali perkataan Lauren dalam benaknya. Sungguh, Auristela benar-benar merasa kasihan. Sudah yatim piatu dan menjadi korban bullying di sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura Academy (ON GOING)
FantasyMendapat gelar 'Reigne' (calon 'Queen' masa depan) tidak mudah bagi Auristela Lauria. Kepercayaan Academynya yang menjadikan gelar terbaik, gadis berusia 18 tahun itu mengharuskannya untuk melindungi penjuru dunia dari berbagai kecaman. Suatu hari...