(12) Kehidupan Yang Berbeda

11 21 0
                                    

Suara bel berbunyi nyaring. Semua murid menyambut jam istirahat dengan wajah berseri-seri. Tak seperti Auristela, wajahnya amat terlihat lesu. Sudah dua hari Auristela bersekolah di Akademi Sakura. Tanpa teman. Tanpa seseorang yang membelanya dari pembullyan. Jadi Auristela harus benar-benar membela dirinya sendiri.

Auristela menghela napas berat. Tatapan matanya yang sayu menatap langit. Kini gadis itu duduk di atas ayunan di halaman belakang sekolah. Saat ini Auristela menikmati rasa kesendiriannya sembari menikmati makanannya yang dibeli di kantin.

"Jadi rasanya seperti ini ya ketika semua orang menjauh dariku," gumam Auristela miris, mengunyah dimsumnya. Harus menerima kenyataan jika Lauren tidak memiliki teman dekat. Jauh berbeda sekali dengan kehidupannya yang dulu, di mana banyak orang-orang disekitarnya. Ia jadi rindu dengan Deborah, Ivy, dan seluruh teman akademinya, kecuali Serliyana tentunya. Auristela hanya rindu ribut saja sama Serliyana.

"Lauren!" Tiba-tiba ada seseorang yang baru saja keluar berteleportasi itu memanggil nama asli pemilik raga yang ditempati Auristela.

Auristela berdiri dengan gerakan cepat lalu berbalik badan. Bersiap menangkis jika saja ada orang lagi yang mau menyerangnya, pokoknya Auristela tak mau kalah begitu saja, walau tak ada kekuatan. Ini permasalahan harga diri. Andai saja mereka tahu kalau Reigne terhebat kalah bertarung, maka itu sangat memalukan.

"Aku Kal," kata sosok itu seolah mengetahui apa yang tengah dipikirkan gadis itu sekarang.

Auristela menghela napas lega. Ia kira ada seseorang jahil lagi yang mau menghinanya.

"Jangan khawatir. Aku tidak akan pernah menyakitimu."

"Oh, syukurlah. Ku pikir akan ada murid yang mau menjahiliku lagi." Setelah dirasa sudah tenang, Auristela kembali duduk. Entah kenapa semakin ke sini Auristela jadi parno. Selalu waspada terhadap siapapun yang datang, demi menghindari tidak bertemu sang Royal, Allard.

Kal juga ikutan duduk di ayunan sebelah Auristela. Tersenyum jahil menatap Auristela. Kal segera berdiri dan menggigit dimsum Auristela. Auristela yang sebelumnya hendak menggigit dimsumnya langsung terkejut saat Kal memakan dimsumnya cukup banyak.

"Aish, Kal! Jangan makan dimsum punyaku sembarangan dong! Beli sana sendiri!" pekik Auristela emosi.

Tidak peduli dengan keemosian Auristela, Kal justru memuji dimsum tersebut. "Enak."

"Kau tidak pergi ke kantin?" tanya Kal menatap jawab Auristela yang kesal.

Namun tidak ada sahutan dari Auristela. Gadis itu pasti sudah mendengar perkataannya, namun sengaja tidak menjawabnya. Auristela justru menatap ke arah lain tanpa mau melihat Kal.

Kal memegang pundak Auristela. "Jawab dong."

Auristela segera menepis tangan Kal. "Tidak mau! Kau menyebalkan!"

"Aku hanya sedikit meminta."

"Mau sedikit atau banyak tetap saja aku kesal!"

"Yasudah deh, nanti aku akan belikan dimsum untukmu."

"Tidak mau!"

"Lalu apa yang kau mau."

Perlahan kepala Auristela berputar dan menatap Kal yang sedaritadi menatapnya. "Aku mau satu pulau, helikopter, rumah, dan jalan-jalan ke Kota Divilla!"

"Cih, itu tidak adil. Padahal aku hanya meminta dimsummu sedikit, tapi kamu meminta sesuatu yang banyak."

"Bodoamat!" pekik Auristela. "Yasudah kalau tidak mau. Lebih baik kita musuhan saja." Auristela segera berdiri kemudian berjalan meninggalkan Kal yang terbengong-bengong di sana.

Sakura Academy (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang