(5) Lauren Bellicia

26 23 0
                                    

"Wow, itu benar-benar aneh. Tapi itu memang nyata," komentar Serliyana. Sementara matanya masih menatap tak percaya pada foto murid Akademi Sakura. Dulu Serliyana pernah berpikir bahwa pertukaran jiwa itu tidak ada karena itu sangat tidak masuk akal. Namun sekarang Serliyana mempercayainya berkat mereka.

"Saya harap kau bisa menyelesaikan tugasmu dengan baik, Reigne Auristela. Tunjukkan pada dunia bahwa Akademi Sakura tidak seburuk itu." Profesor melanjutkan suaranya lagi.

Auristela menghela napas pelan. Sebenarnya Auristela mau menolak. Akan tetapi, Auristela merasa tidak enak. Apalagi Auristela telah mengabdi pada akademi selama dua tahun dengan janjinya yang akan menuruti seluruh tugas yang diberikan padanya. Dan pada akhirnya Auristela menjawab, "Baik, Profesor." Semoga semuanya akan baik-baik saja.

"Dan jika saya pergi, apakah ada yang menggantikan kepemimpinan Akademi Advillence?" tanya Auristela lagi. Inilah yang membuat Auristela takut. Karena setahunya tidak ada lagi yang sanggup menjadi pemimpin Akademi Advillence karena tugasnya terlalu sulit dan butuh elemen serta sihir yang banyak.

"Lauren. Lauren yang akan menggantikanmu."

Profesor Malfey berbicara lagi saat melihat wajah khawatir Auristela, "Tidak perlu khawatir. Saat Lauren memasuki tubuhmu maka dia akan menjadimu dan dapat menggunakan kekuatanmu. Otomatis dia bisa mengontrol elemen-elemenmu seperti sang pemiliknya, kecuali sihir milikmu."

"Lalu bagaimana dengan saya?"

"Ya kau jadi anak gembel lah," sahut Serliyana.

Auristela memelototkan matanya ke arah Serliyana.

"Dimohon untuk tidak membuat kericuhan dulu di sini, Serliyana," pinta Profesor Malfey.

Kepala Serliyana tertunduk. "Iya, Profesor. Maaf."

Dan kini tatapan Profesor Malfey tertuju pada Auristela lagi. "Kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu." Menjawab pertanyaan Auristela yang awal.

Pernyataan itu memang terdengar memberatkan bagi Auristela. Tanpa elemen, tanpa sihir, apa yang Auristela bisa lakukan nanti? Walaupun begitu, Auristela tidak pesimis. Ia yakin pasti bisa hidup mandiri. "Lalu siapa yang akan menjadi partnerku saat peperangan kepemimpinan seluruh akademi?"

"Serliyana." Jawaban dari Profesor Malfey kontan membuat Serliyana mendongakkan kepalanya. "Serliyana akan menjadi partnermu."

Auristela memelototkan matanya tak percaya saat Profesor Malfey baru saja mengatakan jika Serliyana akan menjadi partnernya saat kompetensi pemilihan kepemimpinan nanti. "Apa? Dia yang akan menjadi partnerku? Oh, tidak, tidak, lebih baik bersama monyet daripada manusia jelmaan jin itu." Lagipula juga hari tersebut masih sangat lama dan Auristela juga bisa mencari partner sendiri tanpa dipinta.

"Tutup mulutmu!" sungut Serliyana menatap Auristela nyalang. Kemudian Serliyana bergiliran menatap Profesor Malfey dengan tatapan memohon. "Profesor, pokoknya saya tidak terima jadi partner manusia setengah berotak saat pemilihan pemimpin seluruh akademi nanti," pintanya dengan penuh harap.

"Otakku tidak setengah!"

"Aku juga bukan jelmaan jin!"

Pusing karena mendengar keduanya berdebat tanpa direncana, Profesor Malfey memukul meja sembari berteriak cukup nyaring, "Diam!" Aksinya itu benar-benar membuat kedua manusia itu akhirnya terdiam. "Kalian ini apa-apaan sih? Dimana-mana selalu saja bertengkar tak jelas." Entahlah sudah beberapa kali Profesor Malfey menasehati mereka betapa buruknya jika sesama murid dari Akademi Advillence bertengkar itu sama saja seperti menghancurkan poin perdamaian pada buku hukum akademi ini.

Sakura Academy (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang