chapter 2

984 81 11
                                    

Waktu terus berlalu, tak terasa sudah delapan belas tahun lamanya sang kepala keluarga tidak perduli dengan kehadiran Win. Saat Win memenangkan olimpiade, tak sedikit pun Titiwat akan memberikan ucapan selamat kepada si bungsu. Win juga selalu mendapatkan bentakan serta pukulan jika dia merajuk karena ingin di manja oleh pho nya. Hingga dia tersadar, jika kehadirannya di dunia ini tidak di ingin kan oleh pho nya. Seandainya tidak ada sosok Nanan, mungkin sedari dulu dia akan mengakhiri hidup nya.

Seperti pagi ini, tidak ada percakapan sama sekali seperti biasanya. Mereka melakukan sarapan dengan suasana dingin tanpa kehangatan. Bright yang baru saja bergabung memecahkan suasana hening di meja makan tersebut.

"Selamat pagi semuanya," seru Bright yang di balas senyuman oleh semua orang.

"Eh, adik kecil ku kenapa makan sedikit? Kamu harus banyak makan agar sehat," ujar Bright dan memberikan beberapa potongan daging kepada Win.

"Biarkan saja Bright. Mungkin dia sadar diri," ujar sang pho membuat senyuman Win menghilang seketika.

"Pho! Berhentilah mengatakan hal yang tak masuk akal!" Ucap Bright dengan nada sedikit meninggi.

Titiwat pun meletakkan sendok serta garpu nya diatas piring. Meminum segelas air yang ada di sebelahnya. Lalu meninggalkan meja makan tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.

"Seharusnya phi tidak melawan pho," ujar Win tertunduk sedih.

"Ini bukan salah mu. Berhenti menyalahkan diri sendiri. Lebih baik kamu lanjutkan sarapan mu, phi yang akan mengantar sekolah nanti."

Bright mulai menikmati sarapannya, sedangkan Win sudah tidak berselara untuk memakan makanan yang di sukai nya.

***

Kini keduanya sudah berada di jalan menuju ke sekolah Win. Seperti janji Bright, dia yang akan mengantar Win sekolah. Selama di perjalanan, tidak ada satu orang pun yang berbicara, merasa bosan akhirnya Bright membuka suara pertama kali untuk memecahkan keheningan.

"Jam berapa kamu pulang?"

Win menatap kearah phi nya, "jam tiga sore."

"Phi yang akan menjemput mu. Jangan pergi kemana-mana jika phi belum datang!" perintah Bright yang di balas anggukan oleh Win.

Setelah setengah jam lebih perjalanan mereka. Kini mobil mewah tersebut sudah berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Bright menatap sang adik yang bersiap untuk turun dari mobil.

"Win," panggil Bright dengan lembut.

"Ya phi," balas Win dengan wajah imut nya.

Bright sangat gemas melihat wajah adiknya tersebut, "masih ingat yang phi katakan? Jangan pergi atau ikut dengan siapa pun sebelum phi datang."

"Baik phi, aku tidak akan kemana-mana sebelum phi datang menjemput." Bright mengusap surai hitam milik Win. Rasanya sangat halus dan lembut, hingga Bright enggan untuk melepaskan nya.

"Phi, aku harus turun," tutur Win yang di balas kekehan kecil dari Bright.

"Maafkan phi sayang. Ya sudah kamu turun, belajar yang rajin." Win hanya membalasnya dengan senyuman di bibirnya, dan segera turun dari mobil mewah itu lalu berjalan memasuki gedung sekolah.

Bright terus memandang Win yang berjalan memasuki gedung sekolah, ketika bayangan sang adik menghilang. Bright kembali melajukan mobilnya menuju ke tempat dia bekerja. Jika kalian bertanya apa Bright memiliki perusahaan? Jawaban nya Ya.

Bright memiliki dua perusahaan kecil yang sudah bangkrut dan di ambil alih oleh nya hingga menjadi besar. Hal itu sama sekali tanpa bantuan tangan dari sang pho. Ini semua murni dari kemampuan dan keberhasilan dirinya sendiri.

Jika kalian masih ingat dengan sang nenek? Kemana sosok itu sekarang? Jawabannya adalah, Bright sudah membunuh sang nenek setelah mengetahui jika pria tua itu yang sudah membunuh sang eomma untuk mendapatkan harta kekayaan pho nya.

Bright tidak membunuh secara langsung, namun dia mencampurkan racun ke dalam minuman sang nenek. Setelah dua tahun lama nya si Bright kecil mencari informasi, akhirnya sisi lain dari dirinya keluar begitu saja. Hingga sampai sekarang, sisi lain Bright terus hidup bersama dengan nya.

***

Win baru saja tiba di dalam kelas, wajah nya tertunduk sedih jika mengingat sarapan tadi pagi.

"Win!" panggil sahabatnya yang bernama Plan.

"Kenapa dengan wajah sedih mu?"

"Pho masih mengabaikan ku," ujar Win menahan air matanya.

"Hei! Kemarilah. Sudah jangan menangis, seperti yang aku bilang. Jika suatu saat pho mu akan menyadari kesalahannya," ucap Plan memberikan ketenangan pada sahabat kecil nya itu.

"Tapi hiks ... tapi sampai kapan Plan? Hiks ... aku lelah hiks ... "

Plan melepaskan pelukannya, memegang kedua pipi Win seperti seorang phi yang sangat menyayangi sang adik. "Percaya pada ku. Asalkan kamu selalu berdoa dan bersabar pasti semua nya akan terjadi," ucap Plan yang di balas anggukan kecil dari Win.

"Plan," seru seorang pria tinggi dengan pakaian formal yang menghias tubuhnya.

"Guru Mean. Ada apa?" tanya Plan dengan wajah imut nan menggemaskan.

"Apa kamu sibuk? Aku ingin bicara empat mata," ucap Mean membuat dahi si kecil mengernyit heran.

"Apa aku punya salah guru?" tanya nya.

"Tidak ada! Tapi aku ingin berbicara hal penting dan tidak di sini. Cepat datang ke ruangan ku sekarang juga!" perintah Mean yang akhirnya di turuti oleh Plan.

Mean berjalan meninggalkan keduanya terlebih dulu, sedangkan Plan kembali menatap kearah Win dan tersenyum. "Aku tinggal dulu Win. Sepertinya dia sedang marah karena tadi pagi tidak ku berikan morning kiss," ucap Plan membuat wajah Win memerah karena malu mendengar perkataan dari sahabat nya.

Plan segera meninggalkan Win begitu saja. Dia takut jika sang tunangan yang merangkap menjadi sosok guru nya tersebut kembali marah dan menghukum dia malam nanti.

Membayangkan nya saja sudah membuat bulu kuduk nya berdiri, apalagi melakukan nya. Plan sangat yakin, jika dia mendapatkan hukuman. Maka selama satu minggu dia tidak akan bisa masuk ke sekolah karena rasa sakit yang mendera di bagian bawah.

Win kembali pada kesadaran nya, menghela napas sesaat sambil menatap kearah lapangan di mana sosok yang di cintai nya sedang asik menggiring bola untuk mendapatkan angka.

"Dia sangat tampan, aku sangat menyukainya. Seandainya dia belum memiliki kekasih," gumam Win yang masih setia menatap sosok tersebut dari jendela.

.

.

.

.

.

.

Bersambung!

Sawadikkap ...

Masih ada yang ingat atau menunggu kelanjutan cerita ini?

Maaf ya AL selalu lama updatenya, soalnya di dunia real memang AL sibuk banget. Jadwal AL sibuk banget.

Tapi AL selalu janji akan siapkan waktu buat terus update dan lanjutin cerita ini sampai tamat.

Tetap dukung AL ya, jangan lupa juga Vote sama komentar nya.


Khop Khun Na ... ( ˘ ³˘)♥

ςrαzψ ßr⊕†hεr 🔞🔞🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang