Chapter 1

1.2K 83 17
                                    

Thailand, 20 Januari 1994

Suara derasnya hujan dan gemuruh petir, menjadi pengiring teriakan kesakitan dari sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.

"Hu-hu-hu, aaaa..."

"Iya bu, terus sebentar lagi. Ayo lebih kencang."

Ya, diruangan tersebut seorang wanita cantik tengah berusaha melahirkan anak nya agar dapat melihat indah nya sebuah kehidupan.



Sedangkan dilain tempat, seorang pria muda mengendarai kendaraannya dengan kecepatan penuh ketika mendengar panggilan dari rumah sakit bahwa sang istri akan melahirkan saat itu juga.

"Nenek, apakah Mae dan adik kecil akan selamat?"

"Tentu saja Bright, lebih baik kau berdoa kepada Tuhan-"

"... karena Tuhan selalu mendengarkan doa umatnya, terlebih anak kecil seperti diri mu." Lanjut sang nenek.

"Hmmm, nenek benar."

Si kecil pun mulai memanjatkan doa untuk sang mae dan juga adik nya.

"Tuhan, lindungilah Mae dan adik kecil ku. Aku ingin sekali mereka selamat dan sehat selalu, Amin."

Tidak membutuhkan waktu lama, kendaraan yang mereka tumpangi pun telah tiba di tempat tujuan.

"Mae, Bright. Kita sudah sampai, ayo turun." Ajak pria muda tersebut ketika telah sampai di lokasi yang menjadi tempat tujuan mereka.

"Permisi sus, dimana nyonya Methanad akan  melahirkan?"

"Di lantai 3 sebelah kanan," jawab sang perawat.

"Khop khun."

Mereka bertiga akhir nya berlari ke lantai tiga dan berjalan menyusuri lorong kanan rumah sakit.

"Nanan, bagaimana keadaan Pornnappan?"

"Pornnappan masih ditangani oleh pihak medis."

"Kau apakan menantu ku!" Marah sang mertua terhadap menantu pertama nya tersebut.

"Mae, aku tidak melakukan apapun kepada Pornnappan!"

"Bagaimana mungkin menantu ku bisa pendarahan!?"

"Sedangkan usia kandungan nya baru menginjak delapan bulan lewat dua minggu!" Lanjut sang mertua yang emosi.

"Mae, sebegitu bencinya kah terhadap ku?"

"Sudah cukup! Jangan buat keributan di rumah sakit." Teriak pria paruh baya yang tidak lain adalah tuan besar Methanad.

Disaat waktu sedang tegang, terdengar suara pintu terbuka dan mengalihkan atensi mereka semua.

Ceklek ~~~

"Keluarga nyonya Pornnappan?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

"Ya, kami keluarga nya."

"Kami mohon maaf, nyonya Pornnappan tidak dapat di selamatkan-"

"... dan sang bayi sepertinya mengalami kerusakan pada sebagian sistem syaraf nya yang belum sempurna." Lanjut sang dokter menjelaskan dengan penyesalan.

"Jadi, ja- jadi maksud dokter istri saya?"

"Kami mohon maaf. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

"Tidak!" histeris Titiwat yang mendengar kabar tersebut.

"Tidak mungkin istri saya meninggal! Anda pasti berbohong! Jawab!"

ςrαzψ ßr⊕†hεr 🔞🔞🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang