Chapter 4

18.5K 1.9K 27
                                    

**
Happy Reading.

Tersentak, Callea terkejut. Cepat sekali, jantungnya memompa. Terasa berdenyut menyakitkan karena rangsangan terkejutnya. Ia memindai sekitar, tidak menemukan apapun. Lantas, siapakah yang bersuara sesaat lalu?

Jikalau memang benar spekulasinya.  Maka kastil ini memang berhantu dan mungkin saja hantu tersebut marah. Dikarenakan tanpa permisi ia masuk dalam teritorial nya. Apalagi dengan ia duduk pada dahan pohon dan memetik apel tanpa ijin.

Perlahan Callea beranjak turun. Berhati-hati dalam menjaga keseimbangan. Ia takut melukai perutnya. Disaat kaki menyentuh tanah, dengan satu tangan ia menyentuh sepatunya dan memakai. Sedang tangan lain ia gunakan untuk melempar apelnya, meskipun masih sedikit gigitan pada apel.

"Jika benar Tempat ini berhantu. Aku tidak akan menginjak'kan kaki kembali disini."
Tergesa, Callea melangkahkan kaki. Seakan mengejar waktu, begitu terburu. Bahkan disaat tubuh oleng, Callea tidak menghentikan haluan kakinya.

"Mau kemana kau?"

Spontan Callea terlonjak, mengencangkan bibir. Ia tetap berjalan dengan kecepatan tanpa menoleh pada belakang tubuh kembali. Sedang kedua tangan, menaikkan gaun dan menyentuh perut seakan melindungi. Dan disaat ia memfokuskan pandangan kedepan, ia menemukan sosok pria berdiri dengan lurus. Lantas ia memberhentikan gerakan kaki secara tiba-tiba, hampir terjatuh jika saja sosok di depan tidak menyentuh pinggang nya pada kedua tangan dengan cepat.

"Kau ingin melarikan diri?Pelan,serupa bisikan pria tersebut bertanya. Seraya meremat pinggang Callea sebelum melepaskan. Berdiri tegak menatap rumit.

Ringisan keluar dari belahan bibir Callea. Menyentuh dan mengelus pinggang  yang terasa berdenyut diakibatkan dari rematan sesaat lalu. Sebelum melepaskan, mendongak dan menatap lawan bicara tanpa ekspresi.

"Siapa kau?" Bertanya. Sinar mata memancarkan kewaspadaan. Seakan menghadapi musuh dari medan perang, Callea mendengus.

Mendekatkan wajah, sang pria menemukan bola mata biru memancarkan bayangannya. "Pernikahan Grand Duke tidak lama dilakukan, tetapi kau benar-benar sudah melupakan ku?"

Alis terangkat, lantas Callea merotasikan mata. "Dan Grand Duchess tidak lama berpindah marga, jadi sangat memungkinkan untuk ia membutuhkan waktu beradaptasi dengan lingkungan barunya."

Menjawab dengan kalimat sarkas kembali. Callea menyebutkan jika ia memang tidak mengingat pria di depannya dikarenakan baru beberapa minggu Thallasa menikah dengan Pemeran Utama Pria. Butuh banyak waktu untuk mengenali orang dalam lindungan Grand Duke. Apalagi dengan karakter pendiam Thallasa.

"Huh, aku tidak menyangka jika kau termasuk wanita dengan tingkat sosialita rendah."

Callea menajamkan pandang, hembusan nafas tidak beraturan. Dadanya naik turun sedang kedua tangan mengepal dikedua sisi. Sangat jelas pria ini menghinanya. Pada novel jika ada bangsawan memiliki kelemahan mengingat, maka ia akan diremehkan terkhusunya wanita. Dengan tidak mengingat seorang bergelar bangsawan, ditakutkan akan terjadi kesalah pahaman dimasa depan. Mereka yang gila hormat, jika ada orang tidak mengenali maka mereka akan merasa terabaikan atau lebih parah merasa direndahkan.

"Aku memang tidak mengenalimu, tetapi jika aku menebak kau seorang bangsawan. Hanya saja... Kepribadian mu tidak mencerminkan darah bangsawan yang kau miliki."

I Become The Wife Of Grand Duke  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang