Chapter 1

24.3K 2.3K 20
                                    

Perasaan bingung melingkupi benak Callea, ada yang berbeda kala ia membuka mata.

Sepanjang mata memindai, Callea merasa asing. Asing dalam segala hal disekelilingnya. Kamar mewah berhias ornamen klasik terasa memanjakam mata. Dalam benak bertanya, Bagaimana dirinya masih hidup, setelah api melahap habis tubuhnya? Callea ingat sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran, api--yang entah datang dari mana--berkobar dengan membabi buta.

Tetapi setelah suasana asing sekitarnya, Apa bisa disimpulkan jikalau ia selamat? Tidak masuk akal, pikiran nya tidak sinkron dengan keadaan nya.

Callea mendesah, gusar. Kala tatapan bertemu dengan beberapa wanita berpakaian pelayan. Seharusnya ia bersikap biasa, tetapi terasa sulit kala salah satu dari mereka menyebut ia Nyonya.

***

Callea termenung. Ia duduk di atas tempat tidur, di temani pelayan bernama Emery. Pelayan muda yang sedari tadi tidak berhenti khawatir.

Dalam satu ruangan hanya di isi mereka berdua, sedang pelayan lain Callea meminta pada Emery untuk membiarkan mereka pergi. Callea ridak suka keramaian, sangat tidak suka. Jengah, apalagi mereka semua hanya orang asing untuknya.

"Nyonya, apa anda baik baik saja?" Emery bertanya kala Nyonya-nya seperti orang linglung sedari bangun dari tidurnya.

Callea melirik, menghembuskan nafas. Memijit kening.
"Aku hanya sedikit pusing."

"Apa perlu saya panggil kan dokter Nyonya?" Bergerak serampangan, Emery gusar. Ketakutan dalam benak jikalau terjadi sesuatu tidak baik pada wanita di depannya.

" Tidak perlu." Memejamkan mata, merileks kan pikiran.

Callea harus mendapatkan kejernihan otak jikalau ingin mendapatkan jawaban yang berseliweran dalam kepala. Ia membiarkan keheningan meliputi, sesaat.

"Jawab pertanyaan ku, apa yang sebenarnya terjadi?" Tegas, Callea menajamkan penglihatan. "Dan siapa kau?"

Sedangkan Emery ia terkejut, majikan yang selama ini ia layani tidak mengenali dirinya. 

"Mendengar pertanyaan anda, sepertinya anda memang membutuhkan dokter, Nyonya." Lantas Emery berjalan cepat, guna memanggil dokter.

Callea ia hanya terdiam melihat kepergian pelayan tersebut.

*
*
Selang beberapa menit Emery kembali datang dengan seorang pria berambut biru senada dengan matanya.

"Nyonya ini dokter yang akan memeriksa anda. Mari dokter tolong periksa Nyonya apa ia baik baik saja."
Mengangguk, sang dokter menuruti permintaan Emery.

Dokter mulai memeriksa Callea dengan alat yang di bawa.
Callea hendak menolak, tetapi mengurungka kala melihat Emery begitu mengkhawatirkan kondisi nya jadi ia membiarkan saja dokter memeriksa.

"Kondisi Nyonya tidak apa apa, hanya memerlukan istirahat yang cukup Nyonya bisa segera pulih." Sang dokter berujar kala selesai memeriksa kondisi Callea. Lantas merapikan kembali peralatan kedokteran nya.

"Tetapi dokter, Nyonya tidak mengingat apapun setelah bangun tadi. Apa Nyonya kehilangan ingatannya dok? Apa dokter sudah baner-baner memeriksanya dengan baik?" Emery menahan, Ia bertanya. Suara bergetar, menahan buncahan cemas dalam dada.

Mengeryit, sang dokter terlihat bingung. "Nyonya  apa benar anda tidak mengigat apapun?" Bertanya, untuk menyakinkan. Dokter tersebut menunggu perubahan ekspresi sang Grand Duchess.

Satu alis terangkat, lantas dengan terpatah Callea mengangguk.
"Seperti ucapan Emery, aku tidak mengingat apapun."

Baiklah Callea berbohong sekarang, berbohong demi kebaikan. Maybe. Karena Callea hanya mengingat jati diri ia, tidak dengan Emery ataupun orang di sekeliling nya. Saat ini.

I Become The Wife Of Grand Duke  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang