Chapter 8

14.6K 1.6K 45
                                    

Happy Reading.


'Setelah melihat ini. Apakah dia akan membuat wajah menakutkan?'

Thallasa menunduk, dengan erat meremas surat kabar yang datang pagi ini.

Dia tidak berharap bahwa keributan kemarin menyebar begitu cepat. Bertepatan dengan datangnya Gaidzan. Thallasa mengira butuh satu atau dua hari untuk bertemu Gaidzan. Setidaknya ia bisa menghela nafas lega sebentar, setelah peristiwa Marchioness. Meskipun ia tidak menyesalinya. Tetapi Thallasa berpikir dia terlalu gegabah.

Dia tidak terlalu mempersiapkan diri untuk bertemu Pahlawan Pria secepat ini, setelah ia membuat keributan. Dia bertingkah begitu bodoh dengan bersikap seperti pahlawan.

Dan Setelah makan bersama yang mereka lakukan, Thallasa tidak bertatap muka dengan Gaidzan kembali. Pagi ini, saat sarapan ia juga tidak melihatnya. Mungkin pekerjaan nya benar-benar tidak bisa ditinggalkan.

"Memang seperti ini seharusnya."

Hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Dengan itu Thallasa mendapat keuntungan untuk tidak bertatap muka dengan. Untuk saat ini.

"Nyonya, Grand Duke meminta anda untuk menemuinya."

Kata Emery dengan pelan, dan bola mata Thallasa bergetar tanpa ia sadari.

'Aku bersyukur sesaat lalu, tetapi kini ia memanggilku untuk menghadapnya.'

Thallasa hanya membalas 'hm' dengan dengusan setelah nya.

"Apa yang anda khawatirkan, Nyonya? Anda terlihat kaku."

Thallasa tersenyum, kemudian meraih pergelagan Emery.

"Aku juga berpikir begitu. Sudah lama sejak dia pergi, ini membuat ku gugup harus berperilaku seperti apa dihadapan nya nanti. Aku ingin terlihat sempurna di depannya..."

Untuk sesaat keduanya terdiam, dengan pikiran berbeda. Thallasa dengan segala macam umpatan untuk dirinya setelah melontarkan kalimat mengelikan itu. Sedangkan Emery merasa benar-benar takjub. Apakah ini yang disebut cinta setelah jarak memisahkan?

"Nyonya, Mungkinkah..."

Thallasa mengangguk sebelum ucapan Emery selesai.

Keduanya kembali terdiam, sebelum Emery berseru riang seraya berpelukan bersama Thallasa.

"Akhirnya anda bisa menjalani hidup normal, Nyonya!"

Thallasa berkedip, dengan alis Mengeryit kebingungan dan geli.

"Apa artinya itu?" Dia berkata seraya memiringkan kepala.

"Em. Itu, bukankah artinya Nyonya sudah menyukai Grand Duke?"

Thallasa tercengang, dia ringan meremasa tangan Emery seraya membuat wajah menyeringai.

"Pikiran mu terlalu berlebihan. Aku tidak pernah mengatakan jika aku menyukai Grand Duke bukan?"

Seperti tersiram air dingin, Emery terdiam. Dan dengan bodoh hanya membuka dan menutup mulutnya.

"Oh baiklah tidak usah dipikir kan." Thallasa mengulas senyum. Dia tidak pernah mengira jika Emery bereaksi berlebihan pada candaannya.

"Ayo. Kita temui Grand Duke." Lanjutnya.

***
"Dimana aku harus menemui Gaidzan? "

Thallasa mengalihkan pandangan nya dan berkata pada Emery.

"Di Ruang tunggu, Nyonya."

Nada suara Emery terdengar riang begitu juga dengan wajahnya yang bersinar. Thallasa merasakan dingin di punggung nya. Senyum ini terlihat mencurigakan.

I Become The Wife Of Grand Duke  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang