"Nenek! Sudah sarapan?!" Chanyeol berteriak begitu memasuki rumahnya.
Pria itu baru saja pulang dari pekerjaan sampingannya sebagai pengantar susu. Mahasiswa semester akhir tersebut melepaskan jaket tebal dan topinya lalu berjalan menuju kamar sang nenek.
"Apa kau harus berteriak begitu hah?! Nenekmu ini tidak tuli!" Seorang wanita tua muncul memukul punggung lebar Chanyeol.
"Kupikir nenek belum bangun." Chanyeol tertawa kecil.
"Nenek bisa membuat sarapan sendiri, kau bersiaplah dan berangkatlah ke kampus!" Nenek Chanyeol mendorong cucunya menjauh.
"Benarkah? Terakhir kali bukannya nenek lupa menanak nasinya?" Chanyeol malah menggoda neneknya tersebut.
"Kali ini sudah, kau lihat sendiri lampunya sudah menyala hijau. Nenekmu ini hanya sedikit pelupa saja bukannya tak bisa bergerak, jadi pergilah ke kampus sebelum terlambat."
Chanyeol tersenyum cerah pada neneknya. Ia mencium pipi sang nenek lalu beranjak menuju kamarnya. Chanyeol memang hanya tinggal bersama neneknya saja sekarang, kedua orang tuanya tak pernah ia ketahui ada di mana. Neneknya pernah bercerita jika kedua orang tua Chanyeol pergi ke luar negeri untuk membantu perekonomian keluarga, tetapi setelah dua puluh dua tahun orang tua Chanyeol tak kunjung kembali.
Awalnya Chanyeol hidup bertiga bersama kakek dan neneknya. Namun, kakeknya harus meninggalkan mereka saat Chanyeol memasuki bangku SMA, sejak saat itulah Chanyeol membulatkan tekad bahwa dirinya akan menjaga neneknya sebaik mungkin dan ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan sosok neneknya tersebut.
Ketika Chanyeol baru saja selesai mandi, ia mendapati neneknya sudah terduduk di ranjang miliknya. Chanyeol yang hanya mengenakan celana pendeknya langsung berniat menggoda sang nenek. Namun, niatnya terhenti saat neneknya ternyata duduk sambil memegangi sebuah batu berwarna merah.
"Nenek? Ada apa?" Chanyeol bersimpuh di hadapan neneknya yang terlihat sendu.
"Ini adalah batu peninggalan orang tuamu Chanyeol. Batu ini dikirimkan saat usiamu sepuluh tahun, orang tuamu berpesan, jika batu ini mampu menghidupimu selama beberapa tahun. Nenek selama ini menyimpannya karena nenek merasa masih bisa memberikanmu kehidupan. Namun, umur nenek sudah semakin tua dan kau juga sebentar lagi akan lulus kuliah, jadi ambilah batu ini, kau boleh menjualnya dan gunakanlah uangnya untuk kehidupanmu kelak," jelas sang nenek.
Chanyeol menerima batu merah tersebut. Dilihat dari sudut manapun sudah jelas sekali jika batu ini begitu mahal. Entah berapa juta dolar yang bisa ia dapatkan jika ia menjual batu tersebut. Mungkin satu tahun upahnya sebagai pengantar susu bahkan jauh lebih kecil dari nilai jual batu tersebut.
"Aku akan jual batu ini hari ini juga." Chanyeol tersenyum.
"Kenapa begitu terburu-buru?"
"Jika uangnya banyak, aku ingin mengajak nenek jalan-jalan dan makan enak. Nanti sisanya kita pakai membeli apartemen mewah, jadi kita bisa tinggal di sana," jelas Chanyeol.
"Chanyeol-ah, nenek tidak menginginkan itu semua. Nenek hanya menginginkan kebahagiaanmu, jadi berhenti memikirkan nenek, dan pikiran dirimu sendiri," sahut sang nenek.
"Bagaimana bisa aku memikirkan diriku sendiri? Nenek adalah satu-satunya orang yang aku punya sekarang, jadi mari kita hidup berdua dengan penuh kebahagiaan," jawab Chanyeol memberikan senyum terbaiknya.
Chanyeol memeluk neneknya, lalu tanpa ia sadari batu tadi bercahaya dalam waktu beberapa detik. Setelah memeluk neneknya, Chanyeol kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Hari ini ia akan menjual batu tersebut, dan seketika itu juga ia akan mendapatkan banyak uang yang bisa mengubah kehidupannya dan neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCADE
FanfictionPark Chanyeol terselamatkan dari kematiannya. Ia diselamatkan oleh seorang pria bernama Doh Kyungsoo yang ternyata seorang 'player' berperingkat Grandmaster. Masuk dalam dunia yang tak pernah diketahuinya, Chanyeol harus berkecimpung dengan bahaya d...