Season I: ARCADE

3.2K 253 24
                                    

Manusia, hidup dalam dunia mereka masing-masing. Berkutat dengan kehidupan yang dijadikan rutinitas. Bekerja, bermain, berkumpul bersama keluarga, hal-hal tersebut lumrah untuk dilewatkan oleh manusia pada umumnya. Namun, bagaimana jika ada dunia yang tak bisa diakses oleh sembarangan manusia, bagaimana jika ada sebuah dunia yang tersembunyi di antara kehidupan manusia itu sendiri? Dunia yang selama ini tersimpan dengan rapat dan hanya diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung di sana.

>•••<

Seoul - 06.12

Pagi datang menyapa setiap jiwa yang sedang bersiap menapaki hari. Mereka tengah bersiap menulis ulang kegiatan harian yang selama ini dijalani, tetapi ada juga yang masih bertanya-tanya apakah yang akan terjadi hari ini, apakah sama seperti kemarin atau ada ceria baru yang tak terduga.

Ikut dalam rutinitas harian tersebut, seorang pria berjalan sambil sesekali mengamati arloji miliknya. Udara yang dingin membuat embusan napas pria berkacamata itu berubah menjadi uap, tetapi hal tersebut tampaknya tak menjadi permasalahan pria yang memakai setelan turtleneck ditambah dengan mantel tebal yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Langkah kaki pria tersebut terhenti di depan sebuah toko buku. Tangannya merogoh saku celana untuk menggapai kunci yang sebelumnya sudah disimpan. Tak butuh usaha berarti sampai akhirnya pintu kayu bercampur kaca itu terbuka, dan dengan sesegera mungkin pria berkacamata itu menghilang di balik pintu tersebut.

Tak langsung membalik tulisan 'open' di depan pintu. Pria itu justru berjalan cepat menuju sebuah komputer tua yang ada di sudut toko bukunya. Ia menghidupkan komputer tersebut, lalu mengambil sebuah usb disk dari saku mantelnya. Begitu usb tersebut tersambung berbagai tulisan muncul dan bergulir dengan cepatnya. Bukannya bingung, pria yang memiliki bibir berbentuk hati itu justru nampak mengerti dengan semua tulisan acak di layar komputernya.

"Red Beryl telah muncul di Digital."

Tulisan tersebut muncul di layar komputer tadi. Pria pemilik toko buku itu tadinya nampak tenang, tetapi seketika ia berjalan cepat untuk meninggalkan toko miliknya. Namun, tepat di depan pintu tokonya seorang wanita berparas sangat cantik muncul, dan dia tersenyum tipis.

"Selamat pagi Doh Kyungsoo," sapa wanita tersebut.

"Aku sedang sibuk, Lee Ji Eun." Kyungsoo tampak tak begitu menyambut kedatangan wanita cantik itu.

"Ingin mencari Red Beryl?" Ji Eun menghentikan langkah Kyungsoo sekali lagi. "Akan ada banyak orang yang mengincar Red Beryl, dan mereka rata-rata berasal dari organisasi. Kau ingin berlomba dengan mereka?"

"Apa kau sedang menawariku untuk bergabung dengan organisasi lagi? Aku sudah pernah mengatakan jika aku tidak tertarik." Kyungsoo sekarang menanggapi wanita berpakaian cerah tersebut.

"Aku sedang ingin membuat organisasi khusus para Grandmaster, tiga lainnya akan bergabung jika mereka tahu bahwa peringkat tertinggi di Arcade sudah bergabung," jelas Ji Eun.

"Apa alasannya? Seorang Grandmaster hebat sepertimu sampai harus datang merekrut orang lain?" Kyungsoo menatap penuh selidik.

Ji Eun memutar bola matanya malas. Ia sudah pernah menjelaskan hal ini pada Kyungsoo, tetapi pria di hadapannya ini memang sepertinya terlalu pikun.

"Challenger. Mereka sering berbuat semena-mena akhir-akhir ini. Aku hanya ingin player lainnya tak terbunuh sia-sia hanya karena mereka menggunakan kekuatan dan kekuasaan dengan sesuka hati." Ji Eun tampak sendu saat menjelaskan hal tersebut.

Kyungsoo bukannya tidak tahu apa yang sudah dialami oleh wanita ini. Karena sesungguhnya ia juga pernah mengalaminya. Kehilangan seseorang yang berharga hanya karena ketamakan orang-orang bodoh dibalik nama sebuah pangkat.

"Aku mengerti maksudmu. Namun, para Grandmaster membentuk satu organisasi bersama hanya akan memicu peperangan lain di Arcade, kita hanya akan menjadi sasaran empuk orang-orang yang ingin menjatuhkan kita, ditambah lagi mereka juga akan mengincar orang-orang yang ingin kita lindungi, baik di Arcade maupun di Digital."

Kyungsoo melangkah maju mendekati Ji Eun. Membuat wanita itu perlahan mundur karena merasa sedikit terintimidasi oleh tatapan datar dan wajah tanpa ekspresi milik pria berkacamata tersebut.

"Mari kita lalui jalan kita masing-masing Lee Ji Eun. Hal itu akan jauh lebih baik, dan kau harus segera berangkat menuju hotelmu. Seorang pemilik hotel mewah tidak cocok berada di toko buku bekas di pagi hari begini." Kyungsoo berbalik mengunci pintu toko bukunya lalu beranjak.

Ji Eun tak menjawab apapun. Ia memandangi punggung Kyungsoo yang berjalan menjauh. Sebenarnya, Ji Eun paling tidak suka bicara dengan pria yang begitu dingin dan datar tersebut, tetapi sebagai Grandmaster terkuat di Arcade wilayah Korea Selatan, Kyungsoo sangat diperhitungkan.

Kyungsoo terus melangkah tanpa menghiraukan Ji Eun. Ia tak menampik jika tujuan Ji Eun tidaklah salah, tetapi Kyungsoo tak mau direpotkan dengan organisasi-organisasi lainnya yang mungkin akan mengincar posisinya sekarang. Selain itu seseorang dengan organisasi tak bisa melakukan banyak hal, karena mereka akan terikat dengan peraturan organisasi yang dibuat Arcade, dan Kyungsoo bukanlah orang yang suka diikat dengan semua peraturan yang ia anggap bodoh.

Langkah kaki Kyungsoo akhirnya terhenti di sebuah lampu merah. Nampak ada seorang pria dengan pakaian kasualnya sedang sibuk memeriksa isi tasnya. Tampaknya pria itu seorang mahasiswa yang hendak berangkat ke kampus. Kyungsoo diam memandangi sosok pria tersebut sampai akhirnya ia melihat benda yang ia cari, sebuah batu berwarna merah yang baru saja dikeluarkan oleh pria itu dari dalam tas.

"Red Beryl," gumam Kyungsoo.

Pria di seberang jalan itu akhirnya melangkah saat lampu penyebrangan sudah berubah menjadi hijau. Namun, sebuah mobil van yang melaju kencang karena tak ingin terjebak lampu merah justru menyebabkan malapetaka. Tak bisa menghentikan laju kendaraannya, mobil van tersebut akhirnya menabrak pemuda tadi, bahkan membuat tubuh pria itu terlempar begitu juga dengan seluruh isi tasnya.

Kyungsoo menjentikkan jarinya lalu sebuah selubung kaca terbentuk di sekitar tempat itu. Berjalan pelan, Kyungsoo menghampiri pemuda yang keadaannya sangatlah parah. Namun, Kyungsoo justru tertarik pada sebuah batu merah yang tergeletak tak jauh dari pemuda tadi. Ia mengambil batu yang ia yakini sebagai Red Beryl, dan batu itu harus basah karena darah dari pemuda yang sekarang terlihat sangat kesakitan.

"To-tolong," gumam pria itu dengan napas putus-putus.

Kyungsoo memandangi batu di tangannya dan pemuda itu bergantian. Lalu Kyungsoo meletakkan batu tersebut pada telapak tangannya dan seketika sebuah cahaya merah muncul begitu terang sampai terasa sangat menyilaukan.

Begitu cahaya itu padam, semuanya berubah. Kyungsoo melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan, sementara itu sebuah takdir baru saja ia ubah dan akan ada konsekuensi dari hal tersebut. Di hadapan Kyungsoo kini terduduk seorang pemuda yang nampak bingung, di depan sana mobil van tadi berhenti dengan pengemudinya yang kebingungan karena merasa telah menabrak sesuatu.

"Siapa namamu?" Kyungsoo bertanya pada pemuda yang masih kebingungan tadi.

"Hah? Aku? Aku, Park Chanyeol." Pemuda tersebut menatap Kyungsoo dengan tatapan bingung.

"Baiklah Park Chanyeol, selamat datang di Arcade."

Season I: ARCADE

~Dimulai~

ARCADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang