Bagian 31. The Last Terror

656 112 16
                                    

Debur ombak ganas menghantam bebatuan cadas di tepi samudera. Suara dentuman kencang terdengar disertai dengan pekikan makhluk yang cukup kencang. Tak jauh dari sana, bersama dengan ombak yang terus menerjang pantai, terbaring lemas makhluk besar berbentuk seperti gurita.

Makhluk yang ditubuhnya terdapat luka-luka tersebut tak bisa lagi melakukan perlawanan. Dari kabut yang cukup tebal, muncul Kyungsoo mendekati makhluk tak berdaya tersebut.

"Sudah kuduga kau akan kembali ke tempat asalmu Kraken," gumam Kyungsoo tersenyum tipis setelah berhasil mengalahkan sepuluh teror berikutnya yaitu Kraken.

Kraken awalnya dimiliki oleh seorang player yang cukup terkenal. Player tersebut pernah mendatangi Seoul dengan maksud untuk mengalahkan Kyungsoo, tetapi justru player wanita itu yang terbunuh. Saat itu Kyungsoo sudah berkeinginan untuk mengambil Kraken, tetapi saat pemiliknya terbunuh maka otomatis Kraken kembali lagi ke tempat asalnya.

Usai mengalahkan Kraken, Kyungsoo hanya tinggal mengumpulkan dua makhluk lagi. Menurut informasi yang didapatkan dari Ji Eun, dua makhluk lainnya telah dimiliki player lain. Sudah saatnya, Kyungsoo harus menantang player pemilik satu dari sepuluh teror tersebut agar bisa memilikinya.

Player pertama yang akan ia kalahkan adalah seorang player berperingkat satu di negaranya. Menginjakkan kaki di Cape Town, Kyungsoo akan menantang player peringkat satu di Afrika Selatan bernama Maclear Kaapstad.

Kehadiran Kyungsoo di Cape Town langsung disambut dengan organisasi keamanan Arcade setempat.

"Selamat datang di Cape Town, Tuan Doh Kyungsoo," ucap seorang wanita.

"Aku tidak tahu aku harus tersanjung atau takut karena namaku sudah diketahui," jawab Kyungsoo santai.

"Namamu tersebar luas di sistem saat beberapa negara melaporkan kehilangan sepuluh teror mereka secara tiba-tiba."

"Begitu? Aku tidak berpikir bahwa mereka merupakan milik suatu negara. Sepuluh teror hanya akan menjadi milik bagi player yang mampu mengalahkannya," jelas Kyungsoo.

"Tentu. Aku sudah menduga jawaban itu akan keluar dari mulutmu. Namun, kami di Cape Town juga sudah mengantisipasi kedatanganmu. Sebelum kau melangkah lebih jauh kami dari organisasi keamanan Arcade Cape Town, meminta kau meninggalkan negara ini."

Kyungsoo tersenyum tipis menatap wanita di hadapannya. Ia tak menyangka jika negara ini cukup solid dengan melindungi para player di sini dari ancaman luar.

"Aku tak akan membuat masalah. Aku hanya ingin menantang Maclear Kaapstad dan memintanya menyerahkan The Great Elephant." Kyungsoo tak berbasa-basi.

"The Great Elephant adalah makhluk suci di tempat ini. Tuan Kaapstad mendapatkannya setelah bertarung selama berhari-hari tanpa mencoba melukai makhluk tersebut. Itu adalah pertarungan adil tanpa senjata."

"Jadi kau diutus oleh Maclear Kaapstad menemuiku agar aku tak menantangnya bertarung? Jadi player nomor satu di Cape Town bahkan tak berani melawanku?" Kyungsoo sengaja memprovokasi.

"Beraninya kau menghina Tuan Kaapstad!"

"Cukup Anew." Seorang pria berperawakan tinggi dengan tubuh besar muncul tanpa bisa terdeteksi oleh Kyungsoo.

"Tuanku Kaapstad, mohon maaf. Aku sudah meminta player ini pergi, tetapi ia menolak."

"Selamat pagi Tuan Maclear Kaapstad. Sungguh kehormatan bagiku untuk bertemu denganmu." Kyungsoo menundukkan kepalanya sebentar.

"Kehormatan juga bagiku karena sudag bertemu salah satu Challenger seperti Anda Tuan Doh Kyungsoo." Kaapstad berjalan mendekati Kyungsoo.

Mendengar ucapan Kaapstad, beberapa player di sana saling melemparkan pandangan. Banyak diantara mereka yang belum tahu bahwa Kyungsoo sudah berperingkat Challenger, peringkat tertinggi dalam dunia Arcade.

ARCADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang