Bagian 32. The War

723 120 41
                                    

Pagi yang sibuk selalu menjadi pemandangan biasa di Seoul dan sekitarnya. Kota metropolitan tersebut hampir tak pernah sepi dengan manusia yang memiliki urusan duniawi masing-masing. Entah itu player ataupun non-player, mereka membaur menjadi satu menjalani kehidupan masing-masing.

Dunia memang sedang aman akhir-akhir ini. Semenjak pertarungan terakhir Kyungsoo yang menggemparkan dunia karena hampir menghancurkan Eropa, tidak ada lagi pertarungan besar. Kemunculan para monster juga berkurang jauh dari biasanya. Hal ini tentunya membuat orang-orang merasa damai dan tenang, bahkan para player sendiri merasa nyaman tidak harus bergulat dengan monster-monster Arcade.

Hal berbeda justru dirasakan oleh Kyungsoo. Ketenangan yang sudah berlangsung cukup lama ini membuatnya gelisah. Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk seolah-olah sedang dalam perjalanan, dan ketika hal buruk tersebut datang maka akan terjadi pertumpahan darah yang hebat.

"Kyungsoo, kau tidak jadi pergi?" Chanyeol menyadarkan lamunan Kyungsoo.

"Ah iya, kalian di sini saja nanti siang aku kembali," jawab Kyungsoo yang kemudian merapikan setelan jasnya.

"Semangat hyung! Investor mu pasti akan langsung menyetujuinya saat tahu pemilik Josong Hotel itu kau," sahut Sehun.

"Kalian berdua tahu aku tidak berbakat dalam pekerjaan ini. Namun, aku harap ini menjadi langkah baik untuk hotel berikutnya. Kalau begitu aku pergi, jaga toko buku ini dengan baik." Kyungsoo melenggang keluar dari toko buku miliknya lalu masuk ke sebuah mobil yang sudah menunggunya.

"Selamat pagi Tuan," sapa seorang laki-laki muda di kursi kemudi.

"Selamat pagi Taeil, kita langsung ke hotel."

"Baik Tuan."

Berada di mobil yang berbeda Kim bersaudara sedang sibuk dengan urusan bisnis perusahaan mereka. Semenjak Kim Jongdae pergi, kedua orang ini tak berniat mencari pengganti. Bagi Kim Minseok dan Kim Junmyeon, posisi sekretaris mereka itu tak akan tergantikan.

"Hyung, kita ada pertemuan dengan pihak Shinwa siang ini kan?" Junmyeon membuka suara.

"Benar."

"Lalu bagaimana dengan kunjungan pegawai pajak?"

"Biar aku yang menghadapi pegawai pajak, kau urus saja pihak Shinwa. Lagipula orang-orang pajak tidak akan lama, mereka hanya akan memeriksa hasil laporan yang sudah kita kirimkan," jelas Minseok masih fokus dengan tablet di tangannya.

"Hah, kau selalu saja santai. Aku sendiri selalu gugup jika sudah berhadapan dengan pegawai pemerintah, aku takut melewatkan sesuatu dan berujung fatal," sahut Junmyeon.

"Aku juga sebenarnya. Mengingat kita berdua selalu melimpahkan urusan itu pada Jongdae." Minseok sedikit menyesali kata-katanya yang kembali menyebut nama rekan kerjanya tersebut.

"Pulang kerja nanti mau mampir ke tempat Jongdae? Sudah lama juga kita tidak menjenguknya," ungkap Junmyeon.

"Boleh, nanti kita bawakan bunga kesukaannya," jawab Minseok kemudian tersenyum.

Semenjak Arcade sudah benar-benar menyatu korban dari keganasan monster sebenarnya lebih banyak lagi. Pertarungan antar player yang juga akhirnya meregang nyawa, belum lagi dengan korban-korban lain yang terkadang tak sempat melarikan diri saat terjadi sebuah pertarungan. Banyak yang kehilangan orang-orang tersayang mereka, banyak yang harus hidup dalam duka kehilangan untuk waktu cukup lama. Minseok dan Junmyeon ada diantaranya, mereka berdua akan selalu berduka atas kepergian Jongdae di masa lalu.

Meninggalkan suasana jalanan Seoul yang sibuk, di sebuah bangunan perkantoran ada Byun Baekhyun yang tengah menyesap kopi hangat sambil mengamati sibuknya kota.

ARCADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang