"Nona, waktunya bangun!" Ucap Eder dengan nada cerianya.
"Aah.. 5 menit lagi! 5 menit.. ini hari liburku kan.." Eluhku sambil menarik selimut semakin tinggi hingga menutupi kepalaku
"Ada undangan dari pangeran!" Eder menarik selimutku kebawah
"Aah! Kenapa dia selalu menggangguku!" Aku pun duduk sambil mengumpulkan energi ku. Aku menghabiskan semalaman untuk memikirkan MC, aku yakin pasti ada kantung mata hitam dibawah mataku sekarang.
"Siapkan aku baju apa saja yang nyaman dipakai" aku langsung berdiri dari ranjang dan menuju kamar mandi.Melepas bajuku dan menggantungnya ke tempat gantungan. Aku duduk di bak mandi yang sangat besar ini, mungkin sebutan kolam lebih tepat. Air hangat langsung terasa di kulitku, tidak ada lagi kedinginan karena mandi di pagi hari sejak aku menjadi Chrysanth. Menyenderkan kepalaku, tubuhku mulai rileks dan mataku mulai berat sampai aku mendengar ketukan pintu
"Nona?"
"Ah! Iya?"
"Izinkan saya masuk"
"Ah iya.. ha?!"
Terlambat untuk menyadari, Eder sudah masuk.. 'aku harus mulai terbiasa dengan hal ini, lagipula ia juga tak melihat tubuhku'
Eder mulai membasuh rambutku, dan memijatnya perlahan. 'hmm aku mulai nyaman dengan ini' setelah semuanya selesai Eder keluar kamar mandi meninggalkan handuk yang tadi ia siapkan.Aku mengambilnya dan mulai mengeringkan tubuhku, keluar kamar mandi aku menunggu Eder membawakan ku dress yang aku minta.
Dia menunjukkan dress berwarna biru dan putih 'keduanya bagus sih tapi aku ingin yang berbeda' aku melihat kedalam lemari dibelakang Eder yang masih terbuka, ada satu dress yang mencuri pandanganku.
Dress berwarna merah gelap dengan lengan pendek, dress itu mengeluarkan aura elegan dan berkelas.Aku berjalan dan mengambilnya dari dalam lemari
"aku ingin pakai yang ini"
Eder nampak tercengang "tapi nona.."
"Iya, aku tauu.. berbalik lah sebentar.." aku hanya mendorong Eder untuk berbalik.
'Di dunia ini dress warna hitam, merah dan pink dianggap tidak sopan jika dipakai oleh seseorang yang sudah seumuran ku. Dress hitam hanya untuk pemakaman, dress merah dianggap memberikan kesan menggoda dan dress pink dianggap terlalu kekanak-kanakan. Persetan dengan apa yang orang lain pikirkan, aku akan memakai dress pink maupun hitam dan itu tidaklah mencerminkan seperti apa diriku! Tubuh ini cocok memakai warna apapun, sia sia saja jika aku tidak menjelajahi semua warna dress yang ada. Lagipula MC juga pernah memakai dress warna pink sebelumnya, dan itu malah membuatnya menonjol dan menarik perhatian orang lain, reaksi orang orang juga tidak terlalu buruk. Awas saja jika dunia ini pilih kasih terhadapku'Setelah memakai dress tadi, aku menyuruh Eder untuk berbalik, ia langsung membantuku untuk menaikkan resleting dan membantuku menyisir rambutku.
Aku menatap pantulan diriku di kaca besar 'cantiknya..' warna merah bajuku sama dengan warna mataku, warna putih rambutku membuat semuanya kontras.
Aku bisa melihat Eder tersenyum di pantulan kaca
"Nona sangat cantik dengan warna ini" entah kenapa hanya dengan mendengar itu pipiku menjadi memerah. Aku jadi mengingat Chrysanth yang suka memakai dress merah, ia malah dituduh menggoda pangeran lalu dihukum oleh orangtuanya.
'Ah! Benar juga, pangeran terlihat tidak suka ketika Chrysanth memakai dress merah! Uhuh aku sungguh pintar!'
aku bisa membayangkan hidungku memanjang seperti Rea. 'aku jadi merindukannya... Aah.. tidak ada waktu untuk itu! Misi kali ini adalah membuat pangeran tidak suka kepadaku! Yeh!' aku cukup percaya diri dengan hal ini."Aku siapkan sarapannya dulu nona, permisi.."
'cara bicara Eder bercampur antara casual dan formal, yah.. aku rasa itu adalah salah satu daya tariknya'
Aku berjalan lalu duduk di sofa kamarku dan menunggu.. melihat sekeliling kamar yang redup, ini membuatku nyaman. Terlihat tirai jendela kamar yang masih belum dibuka. Sama seperti Chrysanth, aku juga tidak begitu suka cahaya matahari.Eder datang dengan membawa troli penuh makanan diatasnya. Ia tak lupa menyeduhkan teh untukku juga.
"Eder, duduklah! Mari makan bersama"
"Terimakasih Nona" ucapnya.
ia mulai duduk di depanku. Walau kelihatan ragu ragu, aku lega karena Eder mulai kelihatan nyaman berada di dekatku.
Seorang putri juga tetap membutuhkan seorang teman.
Kami pun makan bersama.
---Eder mengeluarkan jam sakunya
"Nona, waktunya kita berangkat" ucap Eder dengan senyum manisnya.
Aku langsung menaruh cangkir teh yang tadi aku pegang dan hanya mengangguk mendengar itu.Eder mengantarku ke kereta dan membantuku naik seperti biasa. Kepalaku terasa berat sementara aku masih berusaha terjaga. Eder sepertinya menyadari hal itu "nona bisa tidur sebentar, perjalanan masih cukup jauh" ucapnya sambil menepuk nepuk pundaknya. Awalnya aku ragu ragu, namun yasudahlah rasa kantukku tidak tertahankan lagi. Mataku terasa berat dan akhirnya aku terlelap.
Eder POV:
Perjalanan mulai tidak terasa mulus, jalanan banyak dipenuhi batu. Aku melihat nona yang tertidur di pundakku, perlahan-lahan memindahkannya ke pangkuanku agar ia lebih nyaman. Aku menghela nafas 'bahkan dengan guncangan tadi ia masih belum terbangun, dia benar-benar kelelahan' aku menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajahnya, membelai pipinya yang lembut dan menciumnya.. tersadar dengan apa yang aku lakukan pipiku mulai memerah "astaga! Apa yang aku lakukan?!"
Reader POV:
"Nona, kita sudah sampai" suara lembut Eder membangunkan ku.
Membuka mata, mendapati muka Eder yang ada diatasku.
"Aah! Demi jenggot Zeus!" Aku malah mendengar Eder yang tertawa terbahak-bahak "maaf nona.." ucapnya sambil mengusap air mata dipojok matanya
"Jenggot Zeus?" Eder mulai berusaha menenangkan ritme nafasnya.
"Ah.. sudahlah!.." aku melihat celana Eder 'fyuh, Untung saja aku tidak meneteskan air liur tadi'
"ayo!" Eder membantuku untuk turun seperti biasa, aku bisa melihat pundak kusir yang bergetar. 'Apa sih, kalian receh sekali. Mirip Rea saja...'Berjalan melewati lorong-lorong istana, aku tegakkan kepalaku layaknya seorang nona yang berwibawa sambil mengalami mini panic attack karena tidak tau arah.
Dari ujung lorong aku melihat Ciel yang berjalan membawa beberapa buku, ia terlihat menyadari keberadaan ku
"Ah.. Nona! A.. apa kabar" ucapnya sambil tersenyum canggung'oh wow, aku tidak menyangka mendapat salam darinya, sepertinya strategiku berhasil'
"Apa kabar, apa kau bisa mengantarku ke ruangan kakakmu?" Ucapku sambil tersenyum."Ah.. kakak.. aku bisa mengantarmu!" Aku bisa melihat senyumnya jatuh beberapa detik tadi
"mari" lanjutnya
Kami bertiga pun berjalan bersama.
Aku melihat buku buku yang Ciel bawa "Maaf bila mengganggu" ucapku"Aah tidak apa-apa!.. Buku buku ini rencananya akan kubaca tadi"
"Aah begitu.." hening...Ciel berhenti, "ini ruangan kakak"
aku melihat pintu megah yang ada di depanku dan mengetuknya.
Seorang butler dari dalam ruangan membukakan pintu, mataku langsung tertuju pada furnitur di dalamnya.
'aah ruangan pribadiku tidak se gemerlap ini.. untung saja.. kalau tidak, mataku bisa sakit melihat lampu gantung yang cerah itu"
"Maaf nona, saya akan membangunkan tuan terlebih dahulu. Nona bisa duduk sebentar"
Aku bisa merasakan gejolak amarah di kepalaku. Tdak bisa membayangkan jika jadi istrinya nanti, mungkin aku akan mati karena darah tinggi.
"Baik.." aku memaksakan diriku tersenyum
'sabar.. sabar..'
Butler itu pun keluar meninggalkan beberapa dessert yang sudah disiapkan
"Aku tidak ada waktu untuk hal ini!" Aku mengambil salah satu kue coklat yang ada di depanku dan memakannya dengan cepat.. baru menyadari bahwa masih ada Ciel disini.
...sunyi...
Aku merasakan mata abu-abunya yang cantik menatap jiwaku..
"Ano.. nona bisa ikut minum teh bersamaku di taman"..✿✿✿〜
Ingat teman-teman, jangan menyentuh seseorang tanpa persetujuan seperti Eder. Imajinasi seperti itu tetep ada di kepala saja ya :')
Status: edited√
KAMU SEDANG MEMBACA
YANDERE! Various × fem reader: ᴛʜᴇ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ (indo)
FantasyWarning: dark story (gore, self harm) 15+ Tiba tiba terlempar ke dunia lain karena tersandung, setelah sadar tiba tiba menjadi tuan putri. Beruntung bukan? sampai saat kau sadar bahwa kau bukanlah sang Heroine melainkan sebagai antagonis. Pernah den...