Ch 8: Raspberry Pudding

505 98 14
                                    

"Ano.. nona bisa ikut minum teh bersamaku di taman" Ciel berbicara dengan sedikit gugup.
Aku menatapnya dengan kaget
'seharusnya, dia bersikap dingin dan menjauhi aku kan? Kenapa berubah drastis seperti ini.. aku jadi tidak tau ingin senang atau khawatir, takutnya ada beberapa plot yang berubah dan aku tidak tau apa yang akan terjadi'

Setelah sadar aku melamun, aku langsung menjawabnya "aah... Iya boleh"
Ciel mengangguk dan mulai berjalan ke arah taman, memberikan gestur kepadaku untuk mengikutinya. Melihat Eder yang kebingungan dia diperbolehkan ikut atau tidak, Aku langsung menggenggam tangannya dan berjalan mengikuti Ciel.

Ciel berhenti di taman halaman belakang istana, disana terlihat ada sebuah meja dan beberapa kursi yang sudah disiapkan.
'Aku ingat dia memperlakukan ini kepada MC saat ia mulai membuka hatinya dan setuju untuk berteman dengannya. Syukurlah, dia tidak keluar dari karakternya'

Ciel mempersilahkan aku dan Eder untuk duduk, "Sebenarnya aku tidak biasa membaca di tempat seperti ini, tapi aku ingin mencoba hal yang baru"
'kelihatan sekali dia sudah mempersiapkan ucapan itu dari tadi, terkadang aku juga melakukan hal yang sama agar omonganku jadi lebih lancar'

Aku duduk di kursi yang sudah disiapkan sementara Eder terlihat ragu ragu.
"Duduklah, tidak perlu sungkan" ucap Ciel tiba-tiba. Eder pun duduk di kursi sebelahku.
Ciel langsung menuangkan teh untuk kami berdua.
'aah iya, aku baru ingat. Ciel adalah anak adopsi ratu dari keluarga kalangan bawah. Mungkin itu yang membuatnya memperlakukan Eder dengan cara yang sama? Padahal seingatku dia sangat keras terhadap bawahannya'

Aku mengambil sepiring pudding yang sudah ada di depanku. Pudding susu dengan lava coklat disekitarnya dan buah raspberry diatas. Aku memasukkan sesendok pudding itu ke mulutku, rasa lembut pudding dan manis coklatnya terasa meleleh, ditambah rasa raspberry yang manis dan sedikit asam membuat pudding ini tidak eneg saat dimakan.
"Kakakku benar, nona sangat menyukai makanan manis" ucap Ciel dengan senyum kecil diwajahnya
'yaa.. aku suka semua makanan, hanya saja makanan manis lebih banyak variasinya disini.. tunggu! sejak kapan dia dan Feran akur?!'

"Aahh disini kau rupanya.. kupikir dessert yang tadi aku siapkan sudah cukup agar kau bersedia menungguku" pundakku sedikit terangkat karena kaget, aku menoleh ke arah suara itu berasal dan melihat Feran dengan setelan jas rapinya. Ekspresi wajahnya yang sok tersakiti itu menyebalkan

"Ah, kakak.." Feran berjalan mendekat ke arah kami. Sambil menepuk pundak Ciel, Feran berkata
"Ternyata kau yang mencuri pasangan date ku" Feran pun tertawa kecil. Samar samar, aku bisa melihat tangan Feran yang menggenggam terlalu erat di pundak Ciel
'kukira sudah akrab, kenapa ini kayak kucing gelut...
Gini dong.. tontonan gratis'.

"ah, iya kakak.. walaupun seharusnya kau lebih baik tidak mengganggu sih. Mengingat tadi dirimu yang telat" ucap Ciel dengan senyum terpaksanya, terlihat matanya yang berkedut karena kesal.

"umm kalian berdua tidak apa-apa?" Ucapku dengan sedikit ragu 'jangan pernah ikut campur ketika dua kucing bertengkar'
"Ah iya! Kami tidak apa-apa!" Ucap mereka bersamaan.
Situasi mulai canggung, hingga Feran tertawa "lihatlah mukamu! Kantong mata itu sehitam tinta pulpen kerajaan"
"Ini gara gara aku susah tidur tau! Dan kamu malah mengundangku pagi pagi sekali namun kau sendiri belum siap siap!"
"Ah.. maaf maaf, aku juga bangun kesiangan tadi pagi, aku telat 2 jam saja kan.. kita masih bisa melanjutkan date ini" ucapnya sambil menggaruk garuk lehernya.
Aku berpikir sejenak 'jika aku pulang pun, orang tuaku akan marah karena aku pulang terlalu cepat'
Aku menghela nafas "baiklah, apa yang ingin kau lakukan hari ini?" Wajah Feran langsung terlihat bersemangat.
"Sebelum itu, aku ingin kencan kita menjadi lebih privat" ucapnya sambil melirik ke arah Eder dan Ciel.

Eder terlihat langsung berdiri dari kursinya "kebetulan saya memang ada beberapa keperluan" Eder pun berpamitan, tidak lupa dengan salamnya. Kulihat juga Ciel merapikan bukunya dan mendekapnya "saya juga pamit nona, kakak.." Ciel menunduk sedikit lalu berjalan pergi.
'Ah.. bagus, sekarang tersisa aku bersama orang menyebalkan ini' aku melirik ke arah Feran, mendapati dirinya yang sudah tersenyum kepadaku. 'apasih..'

YANDERE! Various × fem reader: ᴛʜᴇ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ (indo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang