Aku menidurkan nona diatas kasurnya dan menyelimutinya.
"Obat tadi ternyata memiliki efek samping yang kuat" ucapku sambil menghela nafas.
"Setidaknya efeknya tidak akan membahayakanmu"
Duduk disampingnya, aku menyingkirkan beberapa rambutnya dari depan wajahnya
"Aku harap aku tidak akan gagal melindungimu kali ini" ucapku dengan berbisik sambil tersenyum, lalu memberikannya kecupan selamat tidur yang sudah biasa aku berikan sejak kami kecil.
"Untuk sekarang, ada beberapa hal yang harus aku urusi"Aku keluar dari kamar nona tidak lupa juga untuk mengunci pintunya.
"Hedera" aku menoleh ke arah suara yang memanggilku
"Maine" seorang lelaki muda yang merusak sekaligus memperbaiki hidupku. rambut hitam panjangnya dan senyum ramahnya membuatku muak.
"Mari kita berbicara di ruangan lain, kau tidak ingin nona manis mu tiba tiba bangun dan mengetahui-"
"Iya iya, aku tau"_
Aku terbangun dengan kepalaku yang sakit. Melihat ke arah jendela mendapati langit yang sudah gelap.
"Sepertinya aku tidur terlalu lama, tidak biasanya aku tidur selama ini. Dimana Eder?"
Melihat area sekitarku, tak sengaja melihat sekilas mata kuning yang bercahaya di dalam semak-semak
*Deg
Apakah itu orang yang sama dengan yg aku lihat di mansion keluargaku?. Dengan bodohnya aku masih saja menatapnya dengan tajam.Sesuatu di semak semak itu pun bergerak.
Tubuhku menjadi diam tak tau harus melakukan apa.
*Kresek kresek
Sesuatu itu pun keluar dengan bulunya yang berwarna hitam.
Aku menghela nafas, "ternyata hanya kucing"Kucing tersebut mendekatiku dengan matanya yang berbinar binar. Aku langsung membuka jendela kamarku untuk menyentuhnya, siapa sih yang bisa menolak makhluk seimut itu.
Aku mendekatkan tanganku kearahnya dengan pelan pelan agar tidak membuatnya takut. Dengan imutnya ia semakin mendekat ke arah sentuhanku.
"Lucunyaa..., Apa yang kau lakukan malam malam begini. Aku harap kau belum memiliki pemilik" aku melihat ke arah lehernya yang tidak memiliki kalung nama "sepertinya ini memang hari keberuntunganku"
Aku menggendongnya ke atas sambil memikirkan nama untuknya.
"Warna matanya kuning dan hijau hmm.. Neo!, namamu sekarang adalah Neo"
Kucing itu pun menjadi bersemangat seolah-olah mengerti perkataanku, aku mengelus ngelusnya lagi..Namun aku mengingat kembali jika aku sedang di asrama.
"Apakah boleh jika ada hewan peliharaan disini...
Aah! Dia sangat kecil, jadi tidak mungkin ketahuan.... kan??" Bahkan aku sendiri meragukan ucapanku, aku melihat kearah kucing itu lagi.
Gerak geriknya yang bersemangat itu membuatku tak tega untuk melepaskannya lagi.
'kasihan, pasti dia sudah lama kesepian.'
"Yasudahlah, kalau ketahuan pun Eder bisa mengurusinya nanti eheheh"
Aku pun segera menutup jendela kamarku.Aku segera merebahkan diriku diatas kasur lagi kini dengan kucing lucu itu diatas dadaku.
Berusaha menutup mata walau aku tau itu tidak akan berhasil.
Aku akhirnya menyerah dan membuka mata, memutuskan untuk jalan jalan sebentar tanpa perlu ragu karena takut, sebab diluar pagar di jaga ketat oleh penjaga yang pastinya sudah berpengalaman.Aku mengambil kunci diatas laci dan lentera yang sudah ada diatas meja.
Saat akan membuka pintu, aku berubah pikiran untuk membawa lampu meja kecil itu saja, karena aku yakin itu pasti lebih terang, dan membawa kucingku di tangan satunya.
'kalau saja cerita hidupku berubah genre, setidaknya aku sudah membawa sumber cahaya yang cukup dan satu tumbal'Aku akhirnya keluar dari kamar, tak lupa menguncinya. Mulai berjalan tanpa tau tujuan awal ingin kemana.
Melihat ke arah sekitarku yang sungguh sangat sepi, area halaman juga terlihat kosong dengan beberapa lampu taman yang redup.
Sampai aku melihat sesuatu..
Sesosok bayangan hitam yang duduk di salah satu kursi taman.
'emaak.. berpikir rasional berpikirlah dengan rasional, mungkin itu karena ia duduk di kursi yang tidak ada lampu disebelahnya.. lalu kenapa dia justru memilih kursi dengan cahaya minim?'
Aku melihatnya bergerak cepat kearah ku, dengan pasrah aku memejamkan mataku sambil berbisik.
"Lakukan secepat mungkin"Namun aku malah mendengar suara cekikikan seseorang. Saat membuka mata, aku melihat seorang laki-laki seumuranku dengan rambut sepundak dan baju yang acak acakan.
"Kau sungguh orang yang aneh" ucapnya sambil tertawa
"Ucap seseorang yang duduk ditanam sambil memegang satu tas berisi permen lollipop"
Jawabku, ia malah mengangkat bahunya dan berkata
"Mau satu?" Sambil mengerahkan satu bungkus permen lollipop berwarna biru.
"Tidak, terimakasih"
Aku pun mulai berjalan terus untuk menghindarinya.
"Hei hei, kau mau kemana? Bolehkah aku ikut?"
"Tidak, lebih baik kau tidur saja, melihat kantong matamu yang lebih gelap daripada matamu itu kau bener benar butuh tidur"
"Aww terimakasih, aku senang kau peduli. Aku Vano, tetangga kamar sebelahmu. Ngomong ngomong masakannu terlalu pedas"
Ia pun langsung berbalik arah lalu berbicara kepada dirinya sendiri
"Menarik, dia bisa melihatku di kondisi saat ini?" ucapnya sambil tertawa bersemangat.'hah? Sungguh orang yang aneh'
Aku terus berjalan dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan besar, merogoh sakuku aku menemukan kartu izin yang masih ada karena aku yang tidak berganti baju tadi.Melewati lorong terakhir aku melihat sekilas rambut hitam dengan beberapa bagian berwarna biru tua.
"Eder?" 'tapi setahuku Eder tidak mempunyai kenalan berambut hitam panjang, lagipula apa yang dia lakukan malam malam begini.. yasudahlah'
.
.Aku berada di depan perpustakaan besar, menaruh kartu tadi didepan pintu dan sekilas pinggiran kartuku berubah warna menjadi hijau, akhirnya terbukalah pintu besar itu.
Aku masuk dan menggunakan lampu mejaku tadi untuk menjadikannya sumber cahaya, "ruangan ini sangat sangat redup, lalu apa gunanya lampu besar itu jika tidak dinyalakan? Bukankah ini juga bukan perpustakaan umum jadi pasti tidak ada kata tutup kan? Yasudahlah, mungkin developer game ini ingin memberikan kesan misterius"Aku mulai berjalan menyusuri semua buku buku tebal berdebu itu.
'Melihat keatas terdapat setidaknya 2 lantai lagi, semakin keatas semakin gelap juga.. lebih baik aku menyelundupkan satu orang lagi jika ingin kesana. Feran atau Eder'
Dengan banyaknya buku disini mereka menulis semacam Bab disetiap raknya untuk memudahkan seseorang mencari buku yang mereka inginkan. Aku membacanya satu persatu..
"Filosofi.. biologi.. sihir.. mana! Akhirnya ketemu juga!" Aku langsung mencari judul buku yang setidaknya membantu dengan kondisiku yang seperti ini.
" ”Jenis jenis mana”, yang ini pasti membantu"
Aku pun langsung membawanya sambil melihat-lihat lagi
" “Mengendalikan mana, dan mendapatkannya”. Bukankah kau tidak bisa mendapatkan sebuah mana? Clickbait macam apa ini!!!"
Tiba-tiba saja aku mendengar seseorang mengetuk pintu perpustakaan
"Crys! Kau ada disini kan?" 'suara Eder?'
Aku langsung berlari dan segera membuka pintu. Langsung merasakan pelukan Eder yang sangat erat, untung saja Neo langsung kabur dari pelukanku sebelum Eder sempat memelukku tadi."aku kira kau kemana tadi! Lain kali jangan kemana-mana tanpa sepengetahuanku! Bagaimana jika kau kenapa-kenapa saat aku tak ada! Aku tidak ingin kehilanganmu yang kedua kali!"
"Woa woa.. aku tidak kemana-mana, tenanglah.. tadi aku kira kau sudah pulang" Eder pun meregangkan pelukan eratnya tadi.
"Biarkan aku mengantarmu ke dalam kamar" Eder pun langsung menggendongku di pelukannya.
"Hei! Ini sangat memalukan!"
"Kau dulu menyukainya"
Ucap Eder dengan senyum agak.. sedih?
Aku pun terdiam dan hanya menggenggam baju Eder sambil memegang erat dua buku yang tadi aku bawa.. 'tunggu, dua? Sepertinya buku clickbait tadi tak sengaja kubawa.. aku akan mengembalikannya besok'"Kenapa kucing ini mengikutimu?" Ucap Eder tiba-tiba
"Ehehe... Itu..."
_______________Playlist lagu Feran dan Eder udah ada lho di SoundCloud.
Dan itu berkaitan dengan sifat dan bahkan jalan ceritanya jika kalian dapat berteori😌Bisa langsung ke æ di:
#SoundCloud
https://soundcloud.app.goo.gl/nPgBG
KAMU SEDANG MEMBACA
YANDERE! Various × fem reader: ᴛʜᴇ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ (indo)
Viễn tưởngWarning: dark story (gore, self harm) 15+ Tiba tiba terlempar ke dunia lain karena tersandung, setelah sadar tiba tiba menjadi tuan putri. Beruntung bukan? sampai saat kau sadar bahwa kau bukanlah sang Heroine melainkan sebagai antagonis. Pernah den...