Ch 15: roti awan

220 37 3
                                    

"ayo cepatlah masuk" ucap Nail yang memecah suasana
"Iya iya"
Aku pun masuk kedalam ruangan itu, melihat sekelilingku yang kosong 'tidak semenarik ruang latihan Feran'
"Kita akan mulai latihan dengan meditasi, aku lihat kau seperti orang kurang dapat mengendalikan emosi"
'ah... Ayolah.. kegiatan membosankan itu?' eluhku dalam hati
"Baik.."

"Duduklah dibawah sini, aku juga ingin memeriksa denyut nadimu terlebih dahulu"
Aku langsung duduk didepannya, dan menyerahkan pergelangan tanganku.
Saat menyentuh pergelangan tanganku, ekspresi Nail berubah.
"Denyut nadimu terlalu lemah, sungguh sangat ajaib kau bisa bernafas hari ini.."
"Maksudmu?"
'Aku ingat jelas Crysanth tidak memiliki masalah seperti ini di dalam game'
"Sepertinya ada yang membuatmu seperti ini.. namun kau tidak mungkin diracuni, karena kalau itu penyebabnya maka kau sudah pasti akan mati sekarang ini"
Aku berusaha berfikir apa yang berbeda dari diriku dan Crysanth yg asli dan aku pun ingat..
Meraba leherku-
'kalung ini.. Crysanth tidak pernah memakai kalung ini sebelumnya'
"Nail-"
"S e n i o r!"
"Iya iya, senior, apa kau tau kalung apa ini?" Aku pun memperlihatkan bandul kalung itu
"Entahlah.. kalung itu mirip seperti kalung penyerap energi jahat"
"Oh.."
'Mungkin aku hanya terlalu banyak berfikir'
"Langsung kita mulai saja.."

"Duduk dengan benar agar nyaman"
"Posisi dudukmu harus tegas!"
"Jangan terlalu kaku! Ahh!! Gimana sih!"

"Ya sabar lah, namanya baru belajar! Kau hanya berteriak tanpa menunjukkan contohnya"
Alis Nail pun keatas seperti berbicara “benar juga”, namun tentu saja ia tak mengucapkannya 'cih dasar tsundere'

Ia pun duduk didepanku, aku meniru posisi duduknya
"Hembuskan nafasmu pelan pelan..."
'Pelan pelan...
yaa aku bisa merasakan efeknya...'

"Jangan tidur!"

......

"Kuharap kau cepat ada kemajuan agar aku tidak menjadi tutormu lagi"

"Heh, bukannya kau saja yg kurang tepat mengajarnya"
Ucapku sambil berbisik

"Itu gara gara kau yang lemot otaknya!"
Aku menutup telingaku dan berkata
"Ya ya ya"

Aku melihat Nail merogoh sesuatu dari sakunya.
"Ini, kartu izin masuk perpustakaan besar. Dari Profesor"
Aku pun mengambilnya, kartu itu berwarna hijau dengan lambang buku terbuka berwarna keemasan.
'woah, ini yg kucari cari'

Aku bergegas pergi meninggalkan ruangan ini namun sebelum itu...
"Tunggu, siapa nama profesormu itu?"
Nail memijit mijit keningnya dan berkata
"Profesor Frietz Yamaoka"
"Ah, ok"

Aku pun keluar dari ruangan itu
Mendengar suara langkah kaki dari arah sampingku..
"Ah.. disini ternyata.."
'Eder?'
Tanpa menoleh, aku langsung melompat ke arah suara tadi sambil merentangkan tanganku.
*Bruk
"Aku tau ini terdengar agak aneh, tapi walaupun baru satu hari, aku benar-benar merindukanmu!"
Ucapku sambil tersenyum lebar
"Ah.. iya nona.. itu.."
Baru saat itu lah aku sadar posisi kami yang agak aneh dengan aku berada diatas Eder.
"Ah.. maaf maaf, pasti berat.."
Eder dengan muka merah itu pun hanya berkata
"Iya.. tidak apa apa, ayo kita langsung ke ruangan nona, aku sudah membawakan makanan kesukaan nona"
Senyumku semakin melebar mendengar itu sampai aku berpikir
'darimana Eder mendapatkan kuncinya?, Aku tau aku menganggap Eder dan aku sederajat namun bukankah itu tetap pelanggaran privasi?..'
Namun melihat senyumnya aku langsung menghapus rasa kecurigaan ku
'lagipula apa yang akan Eder lakukan kalaupun dia mempunyai akses terhadap barang pribadiku"
.
.

*Cklek
Pintu kamarku pun terbuka. Baru saja aku melangkahkan kaki, langsung tercium aroma masakan Eder yang biasa aku makan.
"Nona duduk disini, saya akan membuatkan teh dulu"

Di sekitar dapur, terdapat dua kursi dan satu meja yang cukup untuk dua orang, aku pun duduk disana.
Eder datang dengan membawa nampan dengan beberapa piring diatasnya. Ia meletakkannya satu persatu, ada biskuit, roti awan empuk berwarna biru muda, dan roti melon dengan taburan gula diatasnya.

Eder duduk didepanku lalu menuangkanku secangkir teh yang ia buat tadi. Aku tersenyum kecil melihatnya sudah mulai nyaman dan tidak canggung saat berada disekitarku.
Aku mengambil satu roti awan itu dan membelahnya menjadi dua, didalamnya ada selai strawberry yang langsung menetes ke jari jempolku. Mengigit rotinya dan menikmati tekstur rotinya yang lembut dan rasanya yang manis.

Aku melihat Eder yang tersenyum sambil melihatku makan, kami bertatapan mata dan aku langsung mengalihkan pandanganku.
'bagus, sekarang aku yang membuat suasananya menjadi Canggung'

"Oh iya, darimana kau mendapat kunci kamarku?" Ucapku untuk memecah suasana
"Oh.. uhmm.. itu... Saya tau saya tidak sederajat dengan nona.. dan masuk kedalam ruangan nona tanpa persetujuan nona adalah hal yang sungguh tidak etis, saya pikir nona tidak akan terlalu memikirkannya..."
'aaah aku malah merasa seperti orang yang jahat..'
"Iya tidak apa-apa kok, aku hanya penasaran saja" ucapku dengan canggung.
Mendengar ucapanku, Eder langsung tersenyum cerah sementara aku menghela nafas dan tersenyum lega.
'anak ini benar-benar senang dengan hal kecil seperti ini?'

Aku pun lanjut makan bersama Eder
"Jangan terlalu banyak makannya nona, nanti nona akan melewatkan makan malam"
"Tenang saja, selalu ada ruang untuk makanan lezat di perutku" ucapku sambil menepuk-nepuk perutku.
Eder tertawa melihat tingkahku.
Di momen momen seperti inilah yang membuatku rileks dan melupakan semua beban pikiranku.

_

*Untuk 1000 vote, penulis bakal up headcanons untuk Eder, Ciel, dan Feran yang SFW dan NSFW juga ;)

Apa itu headcanons?
Contoh:
Eder memotong motong pisangnya sebelum memakannya (njir gk normal)
Ya seperti itulah

YANDERE! Various × fem reader: ᴛʜᴇ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ (indo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang