12. Tukang bubur

412 135 99
                                    

"Satu dua satu satu dua— aduh salah." Amatsuki tengah memperagakan sesuatu sambil melihat video di ponselnya dengan seksama. Ternyata ia tengah berlatih dance di atap sekolah.

"Bagian itu susah banget!" Lagi-lagi remaja beranting bulan itu mengamati video dance cover di ponselnya. Tanpa sadar waktunya malah habis untuk nonton ASMR yutuber mukbang jamur enoki.

Kembali pada latihannya.  Setelah beberapa kali mencoba, Amatsuki masih agak sulit pada gerakan six step. Gerakan ini adalah dasar dari gerakan footwork yang memerlukan fleksibelitas kaki. Bukannya semakin ahli, latihan ini malah berakhir dengan kaki Amatsuki yang keseleo.

Laki-laki beranting bulan itu merebahkan badan, napasnya naik turun dengan cepat. Ia mengepalkan tangannya lalu menghantamkan ke lantai. "Apa! Apa yang gue bisa!!! Kenapa idup gue ampas kek gini?!"

Saat Amatsuki meraih tasnya dan hendak bergegas pergi, ia sangat terkejut ketika ada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

"Heh?! Mr. Shoose?!"

"Lo ngapain masih disini? Menikmati surya perlahan menghilang?"

"Ng-nggak, aku—"

Shoose menghampiri Amatsuki. "Lo itu bimbingan gue kan, Mat? Harusnya lo tuh cerita aja kalau ada apa-apa ... manatau gue bisa bantu. Gue khawatir banget pas beberapa hari ni lo nggak sekolah."

"I-iya... maaf Mr. Shoose. Aku, hanya tidak ingin menyulitkan siapapun."

"Maaf, gue baru denger kalau lagu FPS yang booming itu ternyata lagu lo. Gue jadi marah banget sama diri gue sendiri, gue gagal jadi pembimbing—"

"Tidak seperti itu, Mr. Shoose. Tadinya aku ... sudahlah nggak ada gunanya juga kalau dibahas lagi, hehe. Intinya, itu bukan salah anda, Mr. Shoose," jawab Amatsuki sembari menggaruk lehernya yang digigit laba-laba.

"Nggak, Mat. Itu salah gue. Maaf!" kata Shoose sembari membungkuk di hadapan Amatsuki.

"Nggak, sensei. Anda tidak bersalah. Semua karena aku, Maaf," kata Amatsuki sambil membungkuk pula.

Shoose berdiri kemudian membungkuk lagi. "Lo nggak salah, Mat. Itu karena gue, Maaf!"

Begitulah seterusnya mereka saling meminta maaf sambil bergantian membungkuk sampai mereka lelah.

Shoose memegang kedua pundak Amatsuki dengan napasnya yang bergerak cepat karena battle membungkuk tadi, lalu menatap dalam iris mata remaja di depannya dan tersenyum simpul. "Ini, lo datang ke sini, besok. Bilang aja gue yang nyuruh." Shoose memberikan sebuah undangan kepada Amatsuki.

"Un! Arigatou gozaimasu!" kata Amatsuki sembari membungkuk, memberi hormat kepada Shoose lalu meninggalkan atap sekolah.

Setelahnya, Shoose pun hendak pulang juga. Hari sudah semakin sore. Saat ia menuruni anak tangga, tiba-tiba ia dikejutkan dengan seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

"Lo pikir bocah itu punya potensi?"

"Kaget an*ying. Gue kira setan!" kata Shoose sembari mengelus dadanya saat melihat kehadiran Araki. "Hmm... ya, semua bergantung dari orang yang mengasah potensi itu. Manusia boleh berencana, tapi mood yang menentukan," jawab Shoose.

『𝕴𝖓𝖓𝖔𝖈𝖊𝖓𝖙 𝕭𝖔𝖞𝖘』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang