Eri tersenyum geli melihat ekspresi Anna yang terlihat lelah tapi juga seperti ingin berteriak sekerasnya. "Tenang aja, aku ngajak ngomong ini buat ngasih solusi cara menanganinya," kata Eri dengan nada menghibur. "Makanya aku pengen ngomongin ini sebelum bel bunyi, jadi kau bisa tenang pas masuk kelas nanti."
Sontak ekspresi Anna terlihat lebih hidup sekaligus lebih lega. "Serius??" tanyanya antusias. "Apaan solusinya?"
"Gampang kok, bilangin aja itu Agung yang ngantar. Alasannya bebas, misalnya kau bareng dia karena kebetulan searah, atau kau nebeng dia sampe tempat tertentu. Terserah aja."
"Hee??" Anna tercengang mendengarnya, tapi kemudian memikirkan perkataan Eri itu. Dibanding ngomong jujur kalo yang nyetir itu Daniel atau membiarkan saja gosip kalo dirinya adalah pacar Mika, nebeng sama Agung memang kedengaran jauh lebih aman karena cowok itu bukan tipe high risk boy seperti Daniel atau Mika. Apalagi Agung memang tipe anak suka menolong dan hobi repot yang sepertinya memang akan memberi tebengan kalau ada yang minta.
"Tapi apa gak aneh kedengarannya karena itu mobil Mika tapi kok Agung yang nyetir?" tanya Anna.
"Sejak jadi anggota OSIS dia emang sering pinjam mobil Mika kok untuk macam-macam urusan. Mika juga selow aja kalau Agung make mobil itu untuk urusan pribadi asal dilaporin ke dia. Orang-orang di sekitar mereka tahu soal ini, jadi gak bakal ada masalah."
"Oke deh," Anna menghembuskan nafas lega. "Aku bakal bilang kalau aku minta nebeng ke Agung sampe depan taman makam pahlawan di sana. Eh, tapi kalo ada yang nanya ke Agung gimana?"
"Nanti kusampaikan ke dia. Kami udah koordinasi soal ini ke dia, kok."
"'Kami'??"
"Mika dan aku," Eri tersenyum. "Mika dapat kabar soal gosip nyusahin ini tadi pagi. Dia sadar gosip ini bakal lebih menyusahkanmu daripada dia, makanya dia mikirin gimana menyelesaikannya dengan cara yang paling sedikit menimbulkan kehebohan. Oh ya, dia juga udah berpesan ke Daniel agar diam-diam aja soal ini biar gak nambah masalah. Aku sih cuma bantuin buat ngomong ke kau aja."
"Waahh," Anna kagum mendengarnya. "Mika itu hebat juga ya. Kayaknya dia berusaha banget mengendalikan situasi biar semua orang bisa tenang. OSIS juga ngurusin langsung masalah geng yang mengganggu itu kan? Padahal biasanya itu kan pihak sekolah yang ngurus, bukan OSIS."
"OSIS terpaksa turun tangan karena cara sekolah menanganinya nggak efektif, sedangkan kita perlu hasil cepat dan dapat bertahan dalam jangka panjang. Ngelapor ke polisi hasilnya bisa cepat, tapi polisi juga gak bisa membubarkan geng begitu saja, apalagi kalau geng itu nggak punya sejarah kriminal serius. Makanya Mika melibatkan OSIS---tentu saja diam-diam. Terus pas banget kan ada Daniel, jadi kita bisa mengajukan perjanjian 'gencatan senjata' ke geng itu."
"Sejarah kriminal serius?"
"Ya, misalnya tindak kekerasan dan pelecehan seksual berat, atau mengedarkan narkoba. Kata Daniel geng itu nggak ngelaranng anggotanya jadi pemakai, tapi kalau jadi pengedar sama sekali nggak boleh."
"Terus anak-anak sekolah kita kalo dapat rokok ganja dari mana? Apa gampang dapetinnya?"
Eri terdiam sesaat. "Kau tahu soal itu juga?" tanyanya kaget.
"Eh, aku pernah dengar aja," jawabnya sambil nyengir. Mendadak dia teringat si senior nyolot itu.
"Kalau itu ada sindikatnya sendiri. Gampang enggaknya tergantung link masing-masing."
Anna jadi penasaran darimana kira-kira si senior nyolot itu mendapatkan rokok ganja. Mungkin memang karena masalahnya, dia jadi bergaul dengan orang yang salah dan mendapat akses untuk membeli barang itu. Cerita yang tipikal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Kenangan
Teen FictionTAMAT Sebuah payung yang 10 tahun lalu dipinjamkan oleh Anna kepada seseorang, mendadak dikembalikan secara misterius oleh orang lain. Berbekal petunjuk minim dan sahabat yang setia menemani, dia mencari orang yang mengembalikan payung itu ...