Jejak #2

12 0 0
                                    

Bapak sekuriti itu tersentak sedikit karena seruan mendadak Anna, sedangkan Anna dan Dani saling bertatapan dengan ekspresi senang bercampur tidak percaya.

"Beneran Bapak ketemu sama orang yang ngembaliin payung ini?? Orangnya kayak apa Pak?" tanya Anna lagi, kali ini dengan volume suara lebih pelan.

Sekuriti itu mengernyit mendengarnya. "Kok nanya kayak apa orangnya? Masa' kamu gak tau siapa yang minjam payungmu itu?"

"Yaa, yang minjam sama yang balikin beda pak. Saya juga udah lama gak ketemu sama orang yang minjam. Jadi saya mau ketemu sama orang yang balikin buat nanyain kontak orang yang minjam. Gitu Pak."

"Ooo..." sekuriti itu manggut-manggut, lalu terdiam sejenak dengan mata menerawang ke atas. Sebentar kemudian dia mulai bercerita, "Saya sebenarnya nggak liat jelas anaknya kayak apa, soalnya waktu itu udah hampir gelap tapi lagi ada pemadaman listrik, jadi lampu di lorong gak nyala. Yang jelas sih anaknya laki-laki, badannya tinggi dan tegap, lebih tinggi dari saya. Dia pake seragam biasa, jadi kayaknya bukan anak ekskul olahraga. Kalo anak ekskul olahraga kan pake baju olahraga semua.

Saya liat dia pas mau masuk ke dalam kelas, kelas sebelas IPS 3 ya, bu Endang habis ngajar di situ. Saya tanya ke dia, mau ngapain udah maghrib gini masuk ke kelas? Dia jawab, mau ngembaliin barang, sambil nunjukin payung itu. Saya masih bisa liat motif payungnya karena waktu dia nunjukin payung itu, payungnya masih kena sedikit cahaya. Habis itu dia masuk ke kelas, tapi saya gak bisa liat dia ngapain karena gelap. Dia masuknya cuma sebentar doang sih, sebentar banget malah, saya baru noleh sebentar buat ngeliat langit eh dia udah keluar aja dan pamit ke saya. Udah itu dia jalan duluan ke arah tangga karena saya perlu ngunci pintu-pintu kelas dulu."

Anna mengerutkan kening mendengarnya, merasa sedikit kecewa. "Jadi Bapak gak tau ya mukanya kayak apa, atau dia anak kelas berapa."

"Iya dek, sori ya. Eh tunggu dulu," sekuriti itu berpikir sejenak. "Tapi kok rasanya saya kenal betul dengan anaknya. Rasanya kayak sering ketemu akhir-akhir ini, tapi saya gak bisa ingat anak itu siapa. Oh iya!" Sekuriti itu spontan menjentikkan jarinya. "Saya sempat liat anak itu nyapa salah satu anak basket! Anak basket itu saya liat pundaknya ditepuk. Coba kalian tanya anak-anak basket, siapa tau memang teman salah satu dari mereka."

Mood Anna langsung kembali naik bersemangat mendengarnya. "Oke Pak, makasih ya!" katanya pada sekuriti itu, lalu bersama Dani dia keluar dari pos sekuriti. Mereka sempat berpikir mau langsung nyari anak-anak basket, tapi kemudian Dani teringat orangtuanya menyuruhnya langsung pulang hari ini, jadi mereka putuskan untuk melanjutkan penyelidikan besok saja.

Keduanya berpisah di depan pos sekuriti karena Dani pulang dengan sepeda motor ke arah yang berlawanan dari rumah Anna, sedangkan Anna pulang dengan angkutan umum. Saat berjalan menuju halte bus yang berjarak 200 meter dari sekolahnya, hujan gerimis mulai turun, dan Anna langsung membuka payung itu. Ada sesuatu yang terjatuh dari dalam payung dan refleks ditangkapnya. Ternyata sebuah kertas putih polos seukuran kartu pos. Kertas itu agak lebih tebal dari kertas biasa, dan sedikit melengkung karena tergulung di dalam payung. Di salah satu sisinya terdapat tulisan dengan huruf-huruf yang sangat rapi dan indah :

°°°

Kepada Savannah Ori


Maaf ya payungmu baru bisa dikembalikan sekarang.


Tapi sekali lagi, terima kasih banyak atas saranmu dulu. Saran yang begitu sederhana, namun sangat besar dampaknya. Kami sekeluarga sungguh sangat terbantu.

Jejak KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang