Jejak #4

13 1 0
                                    

Suara isakan itu langsung berhenti. Anna juga jadi ikutan menahan nafas sambil komat-kamit. Ayo dong bernafas lagi. Kau manusia kan?! Beneran deh pokoknya harus manusia!

Akhirnya terdengar kembali suara nafas dari dalam bilik. Spontan Anna menghembuskan nafas lega. Suara nafas itu sudah tidak lagi terisak, tapi masih sedikit bergetar.

"Halooo...?" Anna memanggil ulang. "Kamu beneran nggak pa-pa? Perlu kuambilin sesuatu? Atau mau kupanggilkan seseorang?"

"Gak ... usah ..." akhirnya siapapun yang ada didalam bilik itu menyahut pelan dengan suara bergetar dan agak parau. "Aku ... gak pa-pa kok. Cuma ... mau nenangin diri sebentar ..."

"... Yakin?" tanya Anna memastikan.

"Iya ... beneran. Makasih udah ngawatirin aku ..."

"... Ooh, oke deh."

Anna lalu masuk ke bilik paling pojok untuk menuntaskan urusannya. Setelah keluar dari bilik  toilet dan mencuci tangan di wastafel, dia kembali mendengar suara tangisan tertahan itu. Dia jadi merasa agak sedih mendengarnya.

Semoga pemikirannya salah. Semoga memang bukan apa-apa.

•••

"Nih, daftar kelas dari nama-nama yang tadi."

Anna dan Dani melongo melihat kertas yang disodorkan oleh Daniel itu. Istirahat kedua baru berjalan 15 menit dan kedua cewek itu bahkan masih menunggu pesanan makanan mereka, tapi Daniel sudah menyelesaikan satu langkah lagi dari tahap penyelidikan mereka.

"Kau dapat datanya dari mana?" tanya Anna was-was. Daniel tadi memang sudah bilang apa yang mau, atau lebih tepatnya, apa yang bisa dilakukannya untuk mendapatkan data itu. Tapi semoga aja sebenarnya dia pake cara lain yang lebih.

"Dari buku absen di meja piket. Tadi kupinjam sebentar."

"Pinjamnya bilang dulu kan?"

Daniel tertawa pelan. "Mana mungkin dikasih kan?"

ASTAGAAAA. Dia benar-benar melakukannya!

Anna menatap Daniel dengan pandangan tidak percaya sedangkan Dani menepuk keningnya dan melengos. Daniel spontan tersadar karena melihat ekspresi Anna, lalu berusaha memperbaiki situasi.

"Aku sadar itu bukan cara yang benar, tapi kadang-kadang kita memang terpaksa harus melanggar beberapa peraturan kalau mau melakukan sesuatu dengan cepat."

Bodoh, Dani mengolok dalam hati. Daniel juga rupanya berpikiran sama dan memasang ekspresi ngeri karena tidak percaya pada apa yang diucapkannya sendiri. Tapi rupanya Daniel masih disayang dewi fortuna karena Anna ternyata bisa menerima alasan itu.

"Kalau sama guru urusannya memang susah sih ya. Ya udahlah." kata Anna sambil mengambil kertas yang disodorkan Daniel itu.  Daniel langsung menghembuskan nafas lega sedangkan Dani langsung mendelik pada Anna.

"Lho?" Anna mengerutkan kening melihat isi kertas itu. "Kok ada beberapa nama lagi yang dicoret?"

"Ooh itu, setelah dapat daftar kelasnya aku nyuruh orang lain buat ngecek kayak apa bentuk fisik orang-orang di daftar nama itu, jadi yang jelas-jelas nggak sesuai kriteria langsung kucoret. Sisanya tinggal 5 orang itu. Lebih hemat waktu kan?"

Anna dan Dani kembali terdiam mendengar jawaban Daniel. Nyuruh? Nyuruh orang lain? NYURUH ORANG LAIN ?? Dia pakai kacungnya buat bantu penyelidikan?

Entah ini hal yang baik atau bukan dengan membiarkan Daniel membantu mereka.

•••


Anna dan Dani menghabiskan sisa waktu istirahat kedua untuk mencari orang yang namanya masih ada di dalam daftar, tanpa Daniel karena cowok itu ada urusan lain (Dani senang sekali karenanya). Ada tiga orang yang seangkatan dengan mereka termasuk Mika sang ketua OSIS, dan dua orang kakak kelas yang salah satunya adalah Kak Rangga.

Jejak KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang