Dani mengernyit mendengar komentar Anna itu. "Teh panas?" ulangnya. "Maksudnya?"
"Teh panas efeknya apa coba? Menghangatkan dan menenangkan kan? Nah, sebelum ngomong sama Mika aku ngerasa gimanaa gitu, soalnya imej dia kan semacam orang yang sulit dijangkau. Belum lagi gosip-gosip tentang dia, udah kayak artis atau politisi aja. Tapi pas ngomong langsung ternyata reaksinya menyenangkan. Dan terserahlah apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang ceritaku, tapi tanggapannya bikin aku merasa dihargai. Jadi biarpun rasanya kecewa bukan dia orangnya karena berarti masih harus nyari lagi, tapi aku jadi merasa lebih hangat dan lega kayak habis minum teh panas," Anna menjelaskan panjang lebar.
"Gitu ya? Tapi kenapa disamakan dengan teh panas?"
"Teh panas kan bahasa inggrisnya hot tea, pengucapannya mirip dengan hottie, a physically attractive person, orang yang penampilan fisiknya menarik. Yaa sambil menyelam minum air lah."
Anna nyengir lebar. Dani melongo mendengarnya sebelum menampar lengan atas sahabatnya itu keras-keras sambil berseru, "Apaan sih Na? Garing banget tau!"
Anna ketawa ngakak sambil mengaduh dan mengusap-usap lengan atasnya yang kena tampar. Dani jadi ikutan ketawa melihatnya, sampai dia menyadari keberadaan seseorang dari sudut matanya. Spontan tawanya berhenti.
"Si kampret nongol," gerutunya. Anna menoleh.
"Lho Daniel? Sejak kapan di situ?" tanyanya ramah.
Daniel berdiri dua meter di belakang mereka. Ekspresinya kaku, dan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Tatapannya lurus ke arah pintu samping yang tertutup. Dia tidak menjawab pertanyaan Anna.
"Dan?" Anna memanggil namanya lagi. Barulah Daniel tersadar dan melihat ke arah Anna.
"Barusan," dia menjawab pertanyaan pertama Anna dengan nada datar.
"Mau latihan basket?" tanya Anna lagi.
"Ya."
"Ooh, selamat latihan ya."
"Ya ..."
'Ya'-nya Daniel yang kedua terdengar lebih halus dan ekspresif dari yang pertama. Dani berusaha menahan tawa melihatnya. Jelas cowok kampret ini mendengar jokes garing Anna yang tadi, alhasil dia terbakar api cemburu dan jadi bete. Lebih lucu lagi karena Anna sama sekali tidak sadar soal itu.
Dani memutuskan untuk sedikit memanas-manasinya. "Na, balik yuk. Kita cari tempat ngadem. Disini panas, dan ngomongin teh panas tadi bikin aku makin kepanasan."
"Iya sih. Kami balik duluan ya Dan. Tadi Mika udah kami tanyain dan bukan dia juga orangnya, jadi kita besok tinggal nanyain dua kakak kelas itu aja." Anna melambaikan tangan ke Daniel.
"Oke," sahut Daniel. Dia masih kesal dengan ucapan kompornya Dani, tapi sikap Anna padanya lumayan mendinginkan hatinya.
Daniel berbalik melihat ke belakang sebelum membuka pintu samping untuk melihat Anna, tapi yang terlihat olehnya malah muka Dani yang memasang ekspresi jahat sambil mengacungkan jempol tangannya ke arah bawah. Daniel susah payah menahan diri untuk tidak melemparkan sepatunya ke kepala cewek itu.
•••
Besoknya, Anna sampai di sekolah jauh lebih pagi dari biasanya karena Mas-nya harus berangkat lebih pagi ke kampus untuk suatu urusan. Suasana sekolah masih sangat sepi, bahkan kabut pagi pun belum hilang.Anna memilih naik tangga samping untuk menuju kelasnya. Tapi baru melangkahkan kaki ke anak tangga pertama, Anna mendengar suara bisik-bisik dari suatu tempat. Dia celingukan berusaha menemukan sumber suara itu dan menemukannya dari balik pintu keluar samping yang ada di samping tangga. Dia jadi merasa deja vu, dan memilih untuk coba menguping karena penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Kenangan
Teen FictionTAMAT Sebuah payung yang 10 tahun lalu dipinjamkan oleh Anna kepada seseorang, mendadak dikembalikan secara misterius oleh orang lain. Berbekal petunjuk minim dan sahabat yang setia menemani, dia mencari orang yang mengembalikan payung itu ...