Sekarang jam istirahat pertama, dan mereka bertiga sedang berjalan di tengah lorong untuk menuju kantin, mau menemui salah satu dari dua kakak kelas itu yang dilaporkan terlihat di salah satu kantin. Daniel berjalan 2 meter di belakang mereka seperti biasa, namun tiba-tiba Anna berhenti berjalan dan berkata, "Sebenarnya ya, sekarang aku merasa kalaupun kita temui kak Rangga dan kakak kelas yang satu lagi itu, kita tetap nggak akan dapat jawaban yang kita mau."
Dani dan Daniel diam saja mendengar ucapan Anna. Daniel dari awal memang ikutan hanya agar bisa dekat dengan Anna, jadi dia tidak berekspektasi apapun terhadap kemungkinan hasil yang akan mereka dapat. Sedangkan Dani justru heran karena tidak biasanya semangat Anna meredup di tengah jalan.
"Sejak kapan kamu merasa gitu?" tanya Dani.
"Sejak habis bicara sama Mika kemarin. Aku udah bilang kan ngomong sama dia bikin aku ngerasa lebih tenang dan lega, rasanya kayak akal sehatku balik lagi dan sadar kalau ini kayak nyari jarum di tumpukan jerami karena kemungkinannya terlalu banyak," Anna lalu berbalik ke belakang menghadap Daniel. "Misalnya orang yang nepuk pundakmu itu. Bisa aja mobil yang dipakainya itu mobil pinjaman."
"Benar juga," komentar Daniel.
"Jadi sekarang mau berhenti aja?" tanya Dani memastikan.
"Nggak lah. Kita tetap nanya ke 2 kakak kelas itu buat nuntasin yang sekarang. Langkah selanjutnya kupikirkan dulu nanti. Aku akan coba mikir dari sudut pandang lain." Anna terdiam sejenak. "Pokoknya mau kayak apapun aku harus ketemu sama orang itu. Pantang pulang sebelum petang. Kalau emang udah kepepet, aku bakal minta tolong polisi untuk bantu menyelidiki."
Dani tersenyum melihatnya. Ternyata memang masih Anna yang biasa. "Mana mungkin polisi mau dimintai tolong penyelidikan beginian," komentarnya.
"Makanya, kita harus terus nyelidiki, jadi nggak perlu harus ngerepotin polisi segala. Atau payungnya kita foto aja dan sebarkan di internet pake tulisan 'Dicari pemilik payung ini. Yang bisa bantu menemukan pemiliknya akan diberi bingkisan menarik'."
"Emangnya hadiah hiburan ikutan kuis!" Dani tertawa meledek.
"Payung?" tanya Daniel tidak mengerti.
"Payung yang sering dibawa Anna itu," jawab Dani dengan ketus. "Anna ngotot nyari orang gara-gara payung itu."
"Kenapa?"
"Karena aku nggak nyangka payung itu bakal balik, soalnya sikonnya keliatan nggak memungkinkan," kali ini Anna yang menjawab, tentunya dengan nada yang lebih bersahabat. Lalu dia menambahkan karena Daniel tetap keliatan bingung, "Kapan-kapan kuceritain lengkapnya, sekarang kita ngomong sama si kakak kelas itu dulu."
Sesuai prediksi Anna, kakak kelas itu memang nggak tahu apa-apa soal payung maupun mengenal Daniel, walaupun dia memang ada di sekolah sabtu sore itu. Lalu kemudian Daniel "tertangkap" oleh para anggota ekskul basket yang ada di kelas dua belas sehingga Anna dan Dani pergi meninggalkannya dan kembali ke kelas lebih dulu. Dani bahkan melambaikan tangan sambil tersenyum lebar padanya, yang dibalas Daniel dengan gestur memotong leher.
"Ni, kau sama Daniel mulai akrab ya," kata Anna tiba-tiba. Itu kalimat pernyataan, bukan pertanyaan.
Dani melotot mendengarnya. "Siapa yang akrab dengan siapa hah?!"
"Kau dengan Daniel."
"SAMA SEKALI ENGGAK !!! OGAH AKU DEKAT-DEKAT DENGAN SI KAMPRET ITU !!"
"Nggak perlu ngegas segitunya juga kalee. Maksudku kalian akrab kayak saudara, alergi dekat-dekat, asal ketemu langsung saling menghina, padahal jangan-jangan aslinya kalian saling ngerti satu sama lain, kayak Mbak dan Mas-ku," Anna terkikik dengan ekspresi yang sungguh memuakkan bagi Dani, dan apa yang barusan diucapkannya itu makin menambah kadar muaknya Dani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Kenangan
Teen FictionTAMAT Sebuah payung yang 10 tahun lalu dipinjamkan oleh Anna kepada seseorang, mendadak dikembalikan secara misterius oleh orang lain. Berbekal petunjuk minim dan sahabat yang setia menemani, dia mencari orang yang mengembalikan payung itu ...