Anak-anak lain yang juga lagi piket di dalam kelas tercengang melihat Anna yang mendadak ditampar oleh kakak kelas itu hingga menghentikan apa yang sedang mereka kerjakan. Sedangkan Anna langsung berdiri tegak, mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan selanjutnya, yang sepertinya benar-benar akan segera dilakukam oleh senior itu.
"Jadi kau memang mata-mata ya...? Puas kau sekarang udah ngancurin hidup orang hah?!"
Senior nyolot itu mulai berbicara, dan Anna tentu saja tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya. Mata-mata?
"Maaf kak, aku gak ngerti maksud kakak. Mata-mata apa? Aku gak punya alasan buat mata-matain kakak," kata Anna dengan cepat, berusaha memperjelas situasi walaupun dia tahu akan sia-sia saja.
"Alah, gak usah sok bego deh! Kau udah dua kali kepergok lagi nguping omonganku!! Kau juga liat kan yang di pasar kemarin?! Mana mungkin itu cuma kebetulan aja!!!"
"Haah?? Tapi itu memang kebetulan kak!! Aku juga gak tau kenapa aku terus berpapasan dengan kakak! Dan aku juga gak tau kakak lagi ngapain di pasar waktu itu!"
"Kalau gitu kenapa kau bisa lewat jalan di situ hah?! Biasanya orang pasar juga gak lewat situ!!"
"Biasanya kan bukan berarti sama sekali gak ada yang lewat situ! Lagian suka-suka aku dong mau lewat jalan yang mana! Itu kan bukan jalan pribadi kakak!"
"Eh malah ngebantah ya!!"
Ampun deh, batin Anna dalam hati. Dia paham ini pasti soal ganja. Percuma saja dia berusaha menjelaskan, senior ini pasti nggak akan percaya karena sudah terlalu takut dan panik. Lagian sendirinya juga tengil amat, sudah tahu yang beginian ini beresiko tinggi apalagi buat anak beasiswa, temannya sendiri juga sudah memperingatkan, eh masih lanjut juga. Tiba ketahuan panik sendiri deh. Dasar bego, tolol, idiot!
Sayang sekali Anna tidak bisa mengucapkan kemarahannya itu secara langsung, soalnya itu sama aja dengan membuka fakta bahwa dia memang tahu kalau senior itu ngeganja, walau dia memang bukan mata-mata sekalipun.
"Kak, tolong ya, jangan bawa-bawa aku dengan masalah kakak! Kalo kakak memang punya kesalahan sampe takut dimata-matai segala, harusnya kakak introspeksi diri, bukannya melampiaskan kemarahan kakak ke orang lain!!"
"DIAM KAUUUU!!!!!"
Senior nyolot itu lalu menyerang Anna dengan serangan khas cewek, yaitu menampar, manjambak, dan mencakar. Sedangkan Anna berusaha melarikan diri dari serangan itu tanpa harus menyerang balik. Dia jadi menyesal sudah terbawa emosi dan malah membalas kemarahan senior ini.
Orang-orang di sekitar mereka juga langsung berusaha melerai, terutama para cowok. Anna bisa melihat beberapa orang berusaha menarik senior itu untuk menjauhi dirinya dan dia juga merasakan seseorang menariknya lalu mendudukkannya di kursi terdekat. Anna menghembuskan nafas lega, tapi dia bisa melihat senior itu tetap berusaha menyerangnya dan orang-orang masih bersusah payah untuk menahannya.
BRAAAKKK!!! Mendadak terdengar suara keras seperti sesuatu yang memukul permukaan kayu, membuat suasana hening seketika, termasuk senior yang mengamuk itu. Semua orang lalu menoleh ke asal suara keras itu.
Terlihat Mika berdiri di samping pintu dengan lengan kiri dan kepalan tangannya yang terangkat dan masih menempel di daun pintu, sepertinya dia lah yang membuat suara keras tadi dengan memukulkan tangannya ke daun pintu. Ekspresinya kaku. Agung berdiri di sampingnya sambil mengangkat ponselnya seperti sedang merekam video.
Mendadak seseorang berlari memasuki kelas dengan menerobos keduanya lalu menghampiri si senior nyolot itu. Kak Silvya, teman si senior itu. Dia langsung menyingkirkan orang-orang yang masih memegangi temannya itu lalu membisikkan sesuatu pada si senior nyolot. Ekspresi senior itu yang tadinya tegang perlahan memudar, dan Silvya lalu memberi isyarat agar orang-orang itu melepaskan si senior nyolot, yang dituruti dengan ragu-ragu. Untungnya si senior nyolot itu sudah berhenti meronta dan hanya menatap Anna dengan garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Kenangan
Teen FictionTAMAT Sebuah payung yang 10 tahun lalu dipinjamkan oleh Anna kepada seseorang, mendadak dikembalikan secara misterius oleh orang lain. Berbekal petunjuk minim dan sahabat yang setia menemani, dia mencari orang yang mengembalikan payung itu ...