Jejak #1

12 1 0
                                    

       Anna mendadak terbangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Gelisah, seperti ada sesuatu yang terjadi tapi dia tidak tahu apa itu. Tapi di sisi lain dia juga merasa tenang, seolah hal itu bukanlah hal gawat dan dia akan tahu sendiri seiring waktu.

       Mimpinya barusan terasa sudah lama sekali. Itu kejadian sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu dia masih berumur 7 tahun dan sedang liburan semester 1 di kelas 1 SD di rumah Budenya di kampung. Dengan kepedean dan penuh rasa sok tahu, dia sempat ngobrol dengan Om-Om yang lagi berteduh di warung Budenya, lalu meminjamkan payungnya ke Om-Om itu.

       Akhirnya payungnya nggak balik sih, tapi ya sudahlah. Cuma payung kok. Tapi sejujurnya dia sudah lupa sama sekali soal itu sampai diingatkan oleh mimpinya tadi. Dan sekarang selain soal kenapa dia mendadak memimpikan hal itu, dia jadi penasaran dengan muka Om-Om itu, karena hanya itulah yang tidak bisa diingatnya, padahal dia ingat persis semua percakapan mereka.

       Karena Anna kecil bersikap ramah ke Om-Om itu, dia berkesimpulan kalo Om-Om itu sepertinya lumayan ganteng. Sebab dia ingat betapa centilnya dia dulu, kalau ketemu cowok jelek dia bakal kabur, kalau ke cowok yang biasa-biasa saja dia bakal judes. Tapi kalau cowoknya ganteng seperti artis-artis di tv atau seperti model cowok di majalah remaja langganan Mbaknya, dia bakal langsung SKSD.

       Anna jadi malu kalau mengingat kelakuannya semasa kecil dulu.

       Setelah hanya termenung saja menatap langit-langit kamar yang gelap selama beberapa saat, Anna mengulurkan tangannya tanpa melihat ke arah meja kecil di sisi kanan tempat tidur di mana dia meletakkan hp-nya tadi malam sebelum tidur. Dinyalakannya layar hp, yang menunjukkan waktu 04:44. Dia mengerang sedikit karena menyadari sudah terlalu mepet untuk tidur lagi.

       Ditendangnya selimutnya untuk menyingkirkan diri dari kenyamanan kasur di pagi hari dan segera berdiri untuk mematikan AC kamar sambil menyalakan lampu, dan memulai harinya dengan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

•••


       Walaupun Anna memulai harinya dengan lebih cepat, tapi dia tetap sampai di sekolah di jam yang biasa alias nyaris mepet karena dia berangkat sekolah dengan nebeng sepeda motor Mas-nya. Begitu dia sampai di lantai 3 tempat kelasnya XI IPS 3 berada, dilihatnya anak-anak IPS 2 di sebelah justru keluar dari kelas dengan membawa tas mereka. Karena penasaran, Anna bertanya ke salah satu anak kelas itu yang dikenalnya.

       "Kalian mau kemana bawa tas segala?"

       "Melayat ke rumahnya Rissa, bapaknya meninggal tadi pagi," jawab cewek yang ditanyanya itu.

       "Hah?! Bapakmu meninggal kok malah tenang-tenang aja sih?!"

       "Bukan bapakku! Bapaknya Rissa si sekretaris OSIS itu!!" cewek itu sewot. Sebenarnya namanya Lisa, tapi karena dia cadel caranya menyebutkan 'Rissa' jadi terdengar lebih mirip 'Lissa'.

       "Ooh Rissa yang itu, sori deh," Anna meringis. "Memang bapaknya meninggal karena apa?"

       "Kanker kelenjar getah bening. Kasian, katanya umur bapaknya tahun ini baru 40 tahun, Rissa itu anak pertamanya."

       "Ooh gitu ...," Anna manggut-manggut. "Oke deh, aku masuk kelas dulu. Titip salam turut berduka yaa."

       "Okee."

       Anna masuk ke kelasnya. Bel sudah berbunyi tapi guru di jam pertama belum datang, jadi seisi kelas masih riuh walaupun sudah duduk di tempat masing-masing.

       Sesampainya di tempat duduknya, Anna melihat ada sebuah benda panjang muncul dari laci mejanya. Diambilnya benda itu dan seketika dia terperangah. Itu adalah payung yang dipinjamkannya pada Om-Om sepuluh tahun yang lalu! Dia bahkan langsung melihat tulisan tangannya di kelas 1 SD yang menuliskan "Savannah Ori", nama lengkapnya yg ditulis dengan spidol di bagian bawah tudung payung.

Jejak KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang