Ruang kelas Akademi Mage Kremwelts
[16.23]
Waktu di kelas melata bagai siput, Abrus sudah berkali-kali menguap mendengar penjelasan guru sejarah. Abrus suka berburu nilai dan belajar ketika tidak ada hal lain yang dipikirkan. Kini otaknya penuh dengan berbagai pilihan cara mengeksekusi Hellio yang paling memuaskan. Lonceng pulang yang ditunggu-tunggu pun berdenting, mata Abrus yang berat menjadi ringan seketika.
Abrus langsung mengemasi buku dan melesat dengan magi bayangannya ke apartemen untuk segera berganti pakaian. Hellio pasti heboh dengan korban luka bakar dari maginya sendiri jadi dia akan mampir ke healing center. Waktu Abrus cukup untuk berganti dan kembali.
Hellio memang biasa tidur di asrama, Abrus tahu betul. Namun, setelah lolos untuk lomba tingkat distrik? Pasti ia akan diberi surat izin untuk disampaikan ke anggota keluarga, meminta persetujuan mereka. Kemungkinan Hellio pulang ke rumah sore ini memang tidak seratus persen, tetapi Abrus harus memanfaatkan setiap celah yang terbuka. Tidak pulang juga menguntungkan, Abrus bisa menyelinap ke kamar Hellio untuk mengamati gerak-geriknya. Yang manapun oke, kok.
***
Healing Center Akademi Mage Kremwelts
[16.57]
"Mereka sudah pasti baik-baik saja, kan?" Terdengar suara khawatir Hellio.
"Tidak ada luka yang parah. Tiga hari lagi mereka akan kembali normal," jawab seorang healer—Abrus sudah hafal suaranya.
"Syukurlah, terima kasih banyak! Apa aku perlu membayar kebaikanmu?"
"Tidak, tidak! Ini pekerjaanku, santai saja. Kau sebaiknya pulang sekarang, Dik Hellio. Hari sudah gelap."
Terdengar keheningan seketika—Abrus membayangkan wajah bodoh Hellio yang menatap langit—lalu jawaban, "Benar juga. Sampai jumpa besok, Healer Jaison!"
Abrus yang sedari tadi bersembunyi dalam mode bayangan di balik pohon mendekat ke healing center, melihat Hellio yang melambaikan tangannya satu per satu ke setiap pasien di setiap bilik, mengucapkan, "Sampai jumpa." "Sampai ketemu besok." "Semangat!" dan "Semoga cepat sembuh!"
"Tch," decak Abrus pelan. Melihat kelakuanmu saja aku sudah muak, dasar caper. Pantas saja Tuan Law ingin menghabisimu.
Hellio berhenti sejenak di luar klinik, mata keemasan melirik sekeliling.
Ouch, apa aku sudah ketahuan? pikir Abrus. Yah, takkan ada perbedaan.
Hellio menarik napas panjang, lalu tampak merapikan diri. Abrus kembali sembunyi di bayangan pohon, melihat ekspresi Hellio yang seratus delapan puluh derajat berubah.
Senyum ceria bagai matahari yang barusan terlontar berubah menjadi cemberut muram. Alisnya mengernyit, kedua tangan mencengkeram cangklong ransel. Hellio khawatir dan takut.
Kau juga palsu. Memikirkannya saja membuatku jijik.
Hellio berjalan cepat menyusuri jalan setapak di antara pepohonan. Kaki terlatih Abrus mengikuti, melompat dari satu bayangan pohon ke pohon lainnya. Kawasan Akademi Mage Kremwelts terletak di ujung Distrik Freygard, dikelilingi pohon lebat sebagai pembatas sekaligus pelindung.
Akhirnya Hellio sampai di luar hutan. Selanjutnya mereka berjalan ke stasiun kecil, Abrus bersembunyi di balik tiang sementara Hellio memesan tiket dan memerhatikan peta jalur sambil sesekali melirik jam tangan. Sepuluh menit Abrus asyik mengamati orang yang berlalu-lalang sebelum kereta Hellio tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra [Completed]
FantasyAbrus adalah seorang siswa Akademi Mage Kremwelts sekaligus assassin paruh waktu. Mereka menyebutnya Monster Bayangan. Abrus memiliki dendam tersendiri terhadap Hellio, si Neraka yang selalu meraih peringkat pertama dan nilai sempurna di segala bid...