𝓣𝓪𝓱𝓪𝓹 17: 𝓐𝔂𝓸 𝓑𝓮𝓻𝓶𝓪𝓲𝓷 𝓓𝓮𝓷𝓰𝓪𝓷𝓴𝓾

9 3 0
                                    


Tahap 17: Ayo Bermain Denganku

Sindy C. Vidya

[15.26]

Arena Akademi Mage Kremwelts

Abrus menampakkan diri dari balik pohon, berjalan mendekat ke arena yang beberapa kali menjadi tempat kekalahannya. Seharian penuh ia tidak mengikuti pelajaran karena tahu betul ruang kelas kini benar-benar membosankan. Mungkin hanya berpindah dari satu lorong ke lorong yang lain mengamati gerak-gerik Ronan.

Tiga orang terlihat sudah setia menunggu di arena, bercengkerama pada satu sisi. Di tempat komentator, berdirilah si mage suara yang sedang mengamati keadaan. Tribun penonton tidak sepadat pertandingan resmi, tetapi lebih ramai daripada pertandingan non-resmi biasanya.

"Tes-teees! Yak! Inilah pertarungan yang ditunggu-tunggu! Berawal dari sedikit kekacauan di kantin pada jam istirahat tadi siang, siapa sangka konfliknya akan mengarah ke hal yang lebih besar?"

Pembawa acara itu diam demi memberi ruang pada teriakan heboh penonton yang seketika menggema.

"Aha! Kalian benarrr, warga Akademi Kremwelts! Aku, Stefan, pembawa acara kelas empat yang seharusnya mengikuti remidial, rela mengorbankan momen memperbaiki nilai mengenaskan itu hanya demi menjadi komentator acara meriah ini! Berbahagialah kalian!" Stefan mengangkat kedua tangan, penonton kembali bersorak.

"Hah~ jadi komentatornya memang benar Stefan ya~ hihihi. Aku sangat membenci suaranya setiap membicarakan kekalahanku melawan si matahari itu." gumam Abrus yang mendengar suara kerasnya bahkan sebelum memasuki arena. "Sekarang, sekarang, apakah kau akan memuaskanku dengan mengumumkan kemenangan?"

Setelah mengatakannya, Abrus memasuki arena. Mayoritas penonton langsung berdiri dan berteriak, menunjuk mage bayangan itu yang akhirnya datang.

"Monster Bayangan tiba!"

"Ke mana saja dia selama pelajaran? Aku tidak melihatnya!"

"Apa dia beneran Monster? Melawan Hellio dia tak tahan lima menit!"

"Lawan satu orang aja nggak bisa, apalagi tiga! Hahaha!"

"Apalagi maginya bayangan gitu, harusnya dia nggak masuk jurusan fighter!"

"Benar, jurusan spy lebih cocok!"

Abrus tak memedulikan berbagai komentar tanpa bobot itu. Ia memilih memindai tribun penonton dengan penglihatannya yang tajam, mencari seseorang ....

"Di mana, di mana kau, jangan bilang kau tak datang," gumam Abrus.

Ia menemukan orang itu di kanan, berdiri di tribun depan mengenakan jubah lusuh yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Penonton itu melambaikan tangan sedikit dan tersenyum tipis. Abrus tersenyum lebar.

Penumbra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang