Tahap 13: Meredupnya Matahari (2)
Sindy C. Vidya
Beberapa perumahan memiliki arena kecil untuk berlatih magi dan berduel, tetapi perumahan mereka hanyalah kelas menengah biasa yang memiliki satu lapangan. Lapangan plester yang sekelilingnya tumbuh berbagai macam buah-buahan. Hellio dan Hellia berjalan dari rumah hingga mencapai lokasi—tidak balapan lari seperti yang biasa mereka lakukan.
Banyak anak-anak seusia mereka dan warga perumahan lain yang sudah berdiri berkeliling—beberapa duduk—siap menonton. Rumpun rambut oranye kemerahan Louise sudah terlihat, menunggu di satu sisi lapangan. Ketika Hellio dan Hellia tiba, banyak sorakan menyambut mereka.
"Halo Hellio, Hellia!" seru Stefan, anak dua tahun di atas Hellio yang biasa bermain dengan Louise. Hellio melambaikan tangan dan tersenyum gugup.
"Eh, katanya Hellio belum bisa mengendalikan magi?"
"Tapi apinya besar banget, keren!"
"Oh iya!"
"Mungkin dia bakal bikin pesta bakar-bakar waktu tahun baru nanti!"
Matahari cerah, tidak sampai terik membara. Louise tersenyum bangga, sementara kedua adiknya terlalu gugup hingga tak sanggup berbicara. Semua yang menonton sudah tahu sehebat apa magi Louise, bocah sepuluh tahun yang memenangkan turnamen anak tahun lalu.
"Santai saja!" ucap Louise. "Aku cuma kakakmu!"
Hellio dan Hellia mengambil posisi, masing-masing di sisi kanan dan kiri wilayah lapangan mereka. Oliver si wasit mengangkat bendera.
"Kita akan melaksanakan pertarungan magi, satu lawan dua, satu ronde dengan durasi tak terbatas! Petarung yang berhasil menumbangkan lawan, mendorong mereka keluar garis batas atau membuat mereka menyerah adalah pemenangnya!"
Penonton di sekitar lapangan bersorak.
"Pertarungan dimulai dalam tiga, dua ...."
TENG!
Stefan mendentingkan bel, Oliver mengibarkan benderanya.
Slash!
Louise tidak menahan diri, langsung mengeluarkan dua irisan api. Hellio tersentak kaget, refleks menembakkan apinya ke irisan itu. Ada suara ledakan ketika dua magi bertemu.
Blar!
"Wooow!"
"Boleh juga!" seru Louise, menyerang dengan irisan api lagi. Sekali lagi, tangan Hellio seperti bergerak dengan sendirinya melontarkan api untuk menangkis serangan itu.
"Sekarang ganti kalian yang menyerang!" perintah Louise. "Aku ingin melihat kemampuanmu sejauh apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra [Completed]
FantasiAbrus adalah seorang siswa Akademi Mage Kremwelts sekaligus assassin paruh waktu. Mereka menyebutnya Monster Bayangan. Abrus memiliki dendam tersendiri terhadap Hellio, si Neraka yang selalu meraih peringkat pertama dan nilai sempurna di segala bid...