𝓣𝓪𝓱𝓪𝓹 11: 𝓜𝓮𝓷𝓰𝓰𝓮𝓵𝓪𝓹𝓷𝔂𝓪 𝓑𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 (2)

9 5 1
                                    


Masa kini

"Sejak saat itu, Cruz tak mau dekat-dekat denganku. Anggota keluarga lainnya juga sih, mereka selalu ... waspada. Yah, ada keuntungannya. Seingatku, aku bisa menonton televisi tanpa diganggu."

***

Enam tahun yang lalu

Keinginan membunuh Abrus timbul setahun setelah kejadian lengan robot dan Cruz. Saat itu jam dua dini hari, seisi rumah mayoritas tidur. Pasti ada satu-dua yang bangun di kamar masing-masing. Abrus tidak, ia duduk di ruang keluarga sambil menatap lekat televisi yang terputar di depan matanya. Mela sedang mengawasi dari atas, Abrus tahu. Namun, Abrus tidak peduli sedikit pun.

"Televisi lebih seru," gumam Abrus sambil memencet remot.

Berita terbaru! Pelaku pembunuh berantai kini terungkap! Seorang pria berinisial IV telah membunuh dua belas korban hanya dalam kurun waktu dua minggu. Diduga menggunakan magi waktunya yang langka, ia berhasil berpindah tempat dalam waktu singkat. Kedua belas jasad korban semua memiliki kesamaan, diantaranya ....

"Membunuh?" monolog Abrus. "Korban?"

Pelaku mengaku bertemu semua korban dengan modus jual-beli online. Kini pelaku sedang menjalani tes kejiwaan ....

"Jadi, membunuh bisa membuat orang mati?"

Seketika, ingatan itu kembali. Saat ia melihat kobaran api ... asap yang sesak memenuhi pernapasan ... dua orang terjebak di dalamnya ... orang tuanya ....

"Mereka mati ... mereka dibunuh ...." Abrus merasa ruang keluarga berputar, foto dan herbarium berubah menjadi garis-garis buram.

"Aku bisa merasakannya ... api itu ...." Sebuah dengungan panjang terdengar, Abrus memegangi kepala yang berkedut-kedut.

"Bayar ... bayar ... nyawa untuk nyawa ... bayar ..."

Samar-samar terdengar suara orang menuruni tangga. Ada sentuhan yang mencapai pundak Abrus, lalu lengan yang menggoyangkan tubuhnya.

"Abrus!" panggil Mela panik.

"H-hah!" Abrus tersentak, menoleh ke wajah khawatir Mela lalu terengah-engah.

"Aku melihatmu memegangi kepala." Mela menarik Abrus mendekat, mengecek kepala dan punggung. "Ada apa?"

"Mel ... tidak, Kak Mela."

"Iya?"

"Apa kakak pernah ... ingin ... membunuh seseorang?"

Mata hijau Mela melebar. Mela menoleh ke televisi, lalu kembali menatap Abrus lagi. Sepupu Abrus balik bertanya, "Memang kenapa?"

Penumbra [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang