Tahap 15: Bukankah Sebutan Itu Terlalu Kejam?
Sindy C. Vidya
Senin, 1 Maret
[09.45]
Ruang Kelas Akademi Mage Kremwelts
Hellio menatap kosong lembar catatan yang masih bersih tak bertulisan. Sejak bangun di Healing Center, ia hanya menenggak segelas air. Jaison melarangnya pergi dikarenakan luka dari Louise dan racun yang memberatkan tubuh. Namun, Hellio menyelinap karena khawatir pikiran-pikiran tak sehat justru makin parah apabila ia berdiam diri seharian di Healing Center. Lagipula, banyak materi yang harus dikejarnya.
Apa yang kulakukan? pikir Hellio. Bahkan kalau aku datang ke pelajaran tidak ada gunanya, bukan?
Seseorang mencoel pelan lengan Hellio. Hellio hanya melirik teman sebangkunya tanpa menoleh semili pun.
"Dari tadi kau melamun, kawan," bisik Clarence khawatir. "Kau baik-baik saja?"
Hellio menoleh pelan—lehernya sakit—dan melemparkan senyuman tipis. "Tidak perlu mengkhawatirkan diriku, Lance. Aku agak kurang fit."
"Harusnya tetap di Healing Center sampai sembuh, dong!" bisik Clarence lagi, kini agak keras.
"Nanti aku kehilangan banyak materi," balas Hellio. "Aku tak mencatat karena tanganku kaku. Nggak apa-apa kok, nanti bisa pinjam teman."
"Baiklah kalau begitu." Clarence menghela napas. Hellio kembali memusatkan perhatiannya ke papan, bersyukur Clarence telah mengembalikan akal sehatnya walau sejenak.
Teng! Teng! Teng! Teng!
"Baiklah anak-anak, istirahat!" Mr. Mystisk menepuk tangan untuk menarik perhatian siswa. "Kumpulkan tugas kalian minggu depan!"
"Baik, Mr. Mystisk!"
Mr. Mystisk memindai seluruh ruangan—seperti biasa, lalu wajah bertopengnya menoleh ke ujung ruangan dan berkata, "Oh, Nak Hellio?"
"Ah! Iya, kenapa?" Hellio tersenyum setengah meringis.
"Aku membiarkanmu karena kau selalu membantuku dan mendapat nilai sempurna. Lain kali jangan melamun di pelajaran saya!"
"Siap, Mr. Mystisk! Maaf ...."
"Pokoknya jangan diulangi. Sampai jumpa minggu depan, anak-anak!"
Guru sejarah mage itu membuat portal hitam yang menelannya entah ke mana. Seketika, ruang kelas yang gelap dan redup berubah menjadi cerah seperti sediakala. Mungkin mereka memang sadar, atau disadarkan Mr. Mystisk. Seketika, segerombolan penghuni kelas menghampiri Hellio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penumbra [Completed]
FantasíaAbrus adalah seorang siswa Akademi Mage Kremwelts sekaligus assassin paruh waktu. Mereka menyebutnya Monster Bayangan. Abrus memiliki dendam tersendiri terhadap Hellio, si Neraka yang selalu meraih peringkat pertama dan nilai sempurna di segala bid...