⚠️Gabriel : Teman minta jatah

96.3K 1.9K 68
                                    

Aku mempunyai teman, seorang straight. Dia mengetahui jika aku seorang gay saat tidak sengaja berkunjung ke kossanku, bodohnya saat itu aku tidak mengunci pintu, sehingga temanku melihat adegan seorang laki-laki menghujam liang senggamaku.

Aku takut bukan main, takut jika dia jijik dan menghindar dariku. Namun tak disangka setelah kejadian ia memergokiku, ia sama sekali tidak menghindar, malah ia semakin sering berkunjung, dan tentunya minta jatah preman karena ia penasaran ingin ikut mencicipi tubuhku. Aku sebenarnya tidak mau, karena aku menganggapnya teman, apalagi aku mengenal pacarnya, bahkan aku dan Pacar perempuannya cukup dekat. Namun karena aku sedikit takut sebab ia tahu rahasiaku, Aku memberikan saja keinginannya untuk mengagahiku, dan ia malah ketagihan. Hampir setiap saat dan setiap waktu ia datang padaku hanya untuk meminta jatah, aku sudah sempat menolak, tapi dipikir-pikir rasanya enak.

Ia keturunan arab, dadanya berbulu lebat hingga menyatu ke bagian selangkangannya, masalah ukuran otong tidak perlu ditanya, sesuatu di selangkangannya super jumbo, bagaikan logo microphone pelunas hutang, tapi bagian microphonenya saja, tidak termasuk gagangnya. Jelas saja aku berat untuk menolak permintaanya, mana bisa aku cuek dengan bentuk microphone jumbo di selangkangannya itu.

Namun diluar hubungan sex kami, kami masih berteman. Hangout bersama, di kantorpun tidak kaku, kami masih sering makan siang bersama tanpa membahas kejadian kejadian sex yang pernah kami lakukan berdua. Baginya sex denganku hanya pelampiasan nafsunya saja. Diluar itu, kami tetaplah sepasang teman, tidak kurang dan tidak lebih.

"Wey Gabriel, ngelamun aja, pasti ngelamun jorok ya?" ia menepuk bahuku cukup kencang, membuyarkan lamunanku yang telah jauh diawang- awang, memikirkan selangkangannya dan juga tubuhnya yang beberapa hari ini sering hadir dalam mimpiku.

Entahlah, akhir-akhir ini aku terlalu berperasaan saat melayani nafsunya, sepertinya aku mulai jatuh hati.

Aku yang sedang duduk di bangku kerjaku tersenyum, sambil memainkan pulpen di bibirku. "Dasar Ibrahim bego, ngagetin mulu kerjaannya" ujarku melotot.

"Geb, ganti aja, jangan pake pulpen, pake ini mau nggak?" ujarnya menggodaku yang mengemut pulpen, ia menunjuk selangkangannya.

Laki-laki keturunan arab itu bernama Ibrahim, nama yang bagus, seperti nama Nabi. Sayangnya kelakuannya tak sama, berbanding terbalik. Dengan wajah tampan khas arabian hot man yang sering ku googling, ia selalu memanfaatkan ketampanannya untuk bergonta ganti pacar agar bisa ditiduri. Tentu saja, jangan pikir setelah dia meniduriku, dia berubah menjadi gay, nyatanya tidak, walaupun aku mau dan tidak menolak, tapi Ibrahim tetap hanyalah menjadikan aku selingan saat ia tak menemukan mangsa wanita.

"Gua isep depan orang, biar tau rasa lu" ujarku membuatnya tertawa.

Aku dan Ibrahim satu kantor, satu management, bahkan satu divisi, kami sama sama Assisten Manager Marketing di perusahaan ini. Ibrahim tugasnya memeriksa penjualan para sales lokal, sedangkan aku memeriksa penjualan dari para sales export, tentu saja pekerjaanku lebih ringan, tidak seperti Ibrahim, karena penjualan didalam negeri meliputi hampir semua wilayah yang ada di Indonesia, sedangkan untuk export, produk yang dibuat oleh perusahaan tempat kami bekerja baru menyentuh negara Amerika Serikat, Inggris, Meksiko dan Kanada.

Kami berada dalam satu ruangan tertutup dengan lapisan kaca, meja kami berhadapan, kaca ruangan diatur dengan kaca yang bisa dilihat dari dalam namun tidak dapat tembus dari luar. Selain aku dan Ibrahim di ruangan ini, ada manager kami, namanya Ibu Melanie namun lebih suka dipanggil Mba Mel, meja kerjanya ada dipojok ruangan, dipisahkan oleh sekat kaca transparan, sehingga baik kami atau Bu Melanie bisa saling melihat satu sama lain.

"Geb, Mba Mel kemana?" tanya Ibra yang duduk di kursi depanku, kursi yang biasa untukku menerima tamu.

"Gua Gabriel, bukan Gebby" ujarku cemberut, ia mengubah panggilannya semenjak tau aku adalah seorang gay, bahkan ia meracaukan nama Gebby saat batangnya menghujam liang senggamaku.

TTM (Gay Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang