⚠️Ibra : Sebab Akibat

30.7K 1.1K 59
                                    

Ibra POV - Sebab Akibat -
_________________________________________

"Mas Baim, ini ada kiriman dokumen dari vendor buat Koko Briel, boleh minta tolong titip di mejanya nggak?" ujar Lita menghadangku saat ingin masuk ke dalam ruangan dimana aku pernah menggenjot Gabriel. Maksudku ruangan kerjaku bersama Gabriel dan juga Mba Melanie, tapi aku memang lebih mengingat bagian menggenjotnya daripada bagian kerjanya, padahal cuma sekali tapi terkenang sampai saat ini.

Lita adalah bagian admin marketing regional export import, yang tak lain dan tak bukan adalah bawahan langsung Gabriel.

Kuambil Dokumen yang dititipkannya padaku, lalu mengerlingkan mata menggoda Lita, "oke, mas bawa."

Cewek berkacamata ini kalau diperhatikan cantik juga, bahkan sangat cantik, seandainya aku masih suka main perempuan seperti dulu, mungkin Lita sudah menjadi korbanku. Tapi sayangnya dibanding setiap hari menggoda Lita, aku lebih tertarik menggoda dan menggenjot atasannya. Bossnya Lita itu lucu saat tertawa, imut saat cemberut, dan menggemaskan saat mendesah, apalagi kalau sudah meracau menyebut namaku, rasanya duniaku lengkap sudah. Setelah akhir-akhir ini aku semakin dekat, semakin akrab dan semakin sering berduaan saat waktu luang, aku makin mengenal kepribadiannya. Ternyata Gabriel suka menonton drama korea, makanan favoritenya adalah Pempek, dan aktor favoritenya adalah aku. Sebenarnya aku tidak tahu juga siapa aktor favoritenya, tapi sepertinya aku bisa dikategorikan sebagai Aktor. Jelas saja, dia bahkan tidak tau kalau akhir akhir ini aku suka berakting menyembunyikan perasaanku yang lebih dari seorang teman dan partner kerja. Tapi permasalahannya, aku juga tidak yakin dengan perasaanku, apa yang aku rasakan ini cinta atau bukan, jujur saja saat aku tidak melihatnya sehari saja, aku dilanda rindu berat, lebih berat dari rindu yang dirasakan Milea untuk Dilan, dan saat melihatnya aku merasa senang bercampur sange juga. Itulah permasalahanku, setiap Gabriel ada di sampingku, Ibra junior tidak dapat dikontrol, maunya ikut- ikutan saja menyentuh ataupun disentuh Gabriel.

Bandel memang si Ibra Junior ini, nggak mau nurut sama tuannya, itulah sebabnya aku masih belum yakin dengan apa yang aku rasakan padanya saat ini. Setiap bisikan cinta datang, aku selalu menepisnya jauh-jauh. Gila! tidak mungkin kalau aku sampai berpacaran dengan laki-laki, tapi dengan TTM seperti ini saja, aku cukup puas, let it flow sajalah, biarkan mengalir seperti air kencing yang menyiram toilet, kalau jodoh tak akan kemana, kalau bukan jodoh, paling kubunuh orang yang menjadi jodohnya, simple bukan. Aku menggelengkan hal gila yang berpusara di kepalaku, tidak mungkin aku mencintai Gabriel, sekali tidak tetap tidak, aku hanya butuh tubuhnya, itu yang harus aku camkan saat ini.

Berbicara soal kesangean duniawiku, tiga hari ini aku belum mencicipi tubuhnya lagi karena sedang sakit, mana sakitnya di bagian pantat, itu bagian favoritku yang ada di tubuhnya, ada-ada saja memang, membuat pusing bagian kepala atas dan bawahku saja, minta hisap pernah, tapi tetap saja kalau kata Pak Sholeh, bapakku yang logatnya berqolqolah itu, rasanya QURANG AFDOL.

Aku sudah masuk ke dalam ruangan, tapi Gabrielku tidak ada di tempatnya bekerja, tidak biasanya jam delapan pagi seperti ini dia belum datang, padahal, biasanya dia paling rajin datang pagi, apa wasirnya makin parah. Sial ! kalau makin parah, kapan aku bisa mencicipi bekas wasirnya, terdengar menggelikan, tapi biar sajalah, memang itu lokasi yang aku jamah.

Aku meletakkan dokumen yang dititipkan Lita di atas meja kerja Gabriel, meja kerja yang pernah menjadi saksi percintaan yang kami lakukan, aku mengendus mejanya, ternyata sudah tidak beraroma cairannya yang muncrat di meja, Aku pikir masih. Aku melihat tas laptop Gabriel sudah ada di kursinya, jadi Gabrielku sudah datang, tapi kemana gerangan pria berwajah oriental itu, kupandangi bingkai foto Gabriel yang ada di meja, dia memang menggemaskan sekali, seharusnya dia memajang fotoku juga disini, pasti lebih semangat kerjanya, kuputuskan untuk mencium saja fotonya, sebelum nanti mencium empunya foto. Aduh! Fotonya saja membuatku horny, coliin aja apa ya.

TTM (Gay Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang