⚠️Gabriel : Teman Tapi Menghisap

34.9K 1.2K 65
                                    

Gabriel : Teman Tapi Menghisap
_________________________________________

Sudah 2 hari ini pantatku perih, duduk serba salah, perutku mual, boker tak nyenyak, tidurpun tak enak. Aku memutuskan memeriksakan pantatku ke dokter kelamin, takut kalau terjadi sesuatu dengan liang senggama favorit Ibra, aku cuma ngasal sih, ya kali aja kan memang favorit Ibra. Namun dokter mengatakan bahwa anusku baik-baik saja, tidak ada penyakit lain yang kuderita, itu hanya wasir biasa.

"Beneran wasir dok?" tanyaku memastikan saat dokter yang bernama Edwin itu menjelaskan masalah pantatku.

"Iya, masa saya bohong, memangnya kenapa?" tanya dokter Edwin.

"Ehm ... anu dok, gimana ya dok ngomongnya, saya bingung"

"Kamu sering dianal sex?" tanyanya dengan wajah tegas. Mati aku, bisa- bisanya dokter Edwin berpikir kesitu.

Aku hanya tersenyum, dengan wajah malu aku mengangguk.

"Iiichhhh ... kalo sering nggak apa-apa kok, saling berbagi aja, kebetulan eike udinda lambreta tinta diewita (Aku udah lama tidak di eue)" ujarnya lagi.

Aku melongo, rasanya rahangku ingin copot, padahal baru saja si Edwin bertanya dengan wajah sekuriti, sedetik kemudian ia berubah menjadi hello kitty.

"Saya permisi dok, makasih."

Aku segera pergi meninggalkan ruangan dokter, bisa bisanya spesies begitu diterima menjadi dokter, bagaimana nasib pasien yang memeriksakan penisnya, apa dijilat dulu dengan alasan bagian dari pemeriksaan.

"Gimana? kandungan kamu sehat kan?" tanya pria arab yang duduk di kursi tunggu.

Aku lupa bahwa aku ke rumah sakit tidak sendirian, pria arab ini memaksa untuk ikut mengantarku saat aku mengeluhkan sakit perut dan pantat, tapi selama diperjalanan tadi, dia menyebalkan bagiku.

"Mungkin kamu hamil, soalnya aku keluar di dalem."

"Apa mungkin karena punyaku kepanjangan, jadinya mentok ke rahim kamu."

"Bisa jadi, pas kita lagi ML, kamu lagi masa subur."

Dan banyak lagi kata-kata ngaco darinya, aku sudah menolak untuk diantar, tapi bukan Ibrahim namanya kalau keinginannya tidak dapat terwujud.

Aku menatap wajah Ibrahim sangat dekat, "eeh, jangan di rumah sakit, malu sama orang, ke toilet aja" ujarnya cengengesan.

Segera kutarik rambutnya, kuteriakkan di telinganya "udah berapa kali dibilang, aku cowok, aku nggak hamil, nyebelin!"

Dan lagi-lagi Ibrahim memasang wajah innocent, "jadi aku mandul dong, udah gak kehitung keluar di dalem kok kamu gak hamil-hamil" ujarnya lirih.

"Bodo amat, Ibrahim anak pak Sholeh."

Aku meninggalkan Ibrahim yang masih terpaku didepan ruang dokter.

"Riel ... tunggu" teriak Ibra.

Ibra menyusulku, ia mensejajari langkahku, akhir-akhir ini !ku heran dengan laki-laki di sampingku, ia memaksaku untuk tidak lagi menggunakan kata panggilan Lu dan Gua, menurutnya itu terlalu kasar, aku terpaksa menurut saja apa maunya, ia juga setiap saat ingin selalu ada di sampingku dengan alasan aku butuh bodyguard, aku tidak bisa menjaga diri sendiri, aku ceroboh, banyak lagi yang ia tuduhkan. Aku sempat berpikir apa Ibra mulai memiliki rasa, tapi kemarin masih sempat kuperhatikan Rasty datang ke kantor untuk bertemu Ibra, entahlah, aku bingung, terserah Ibra saja asal dia senang.

"Jadi kamu sakit apa?" tanyanya dengan nada lembut, kalau sudah begini, sulit bagiku berlama-lama ngambek.

"Janji dulu kalo kamu gak ketawa" ujarku terus berjalan di koridor Rumah Sakit.

TTM (Gay Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang