| Chap 21

838 60 1
                                    

Author POV

Selama jam pelajaran Milo benar benar tidak dapat berkonsentrasi dengan apa yang sedang dijelaskan oleh gurunya didepan kelas. Dia terus melamun.

Tentu saja Milo juga merasa kesepian. Biasanya selalu ada Devan yang bisa menghiburnya dikala dia sedang berada dalam masalah seperti ini. Namun sekarang semuanya berbeda.

"Devan... Lo dimana?" Batin Milo lirih sambil menatap ke tempat duduk Devan. Dia pergi begitu saja.

'Kriiiinggg!!'

Setelah mendengar bel istirahat berbunyi atensi Milo sekejap teralih.

Seluruh siswa dan siswi mulai berhamburan setelah guru yang mengajar didepan kelas berpamitan. Namun lain halnya dengan Milo, dia tidak pergi kekantin seperti biasa.

Milo segera mengeluarkan sebungkus roti cokelat dan susu pisang yang barusan diberikan oleh Jessie dari dalam tas ranselnya.

Entah mengapa dan bagaimana, hal tersebut berhasil menarik perhatian Santo alias ketua kelasnya, dia dapat melihat jika saat ini Santo mulai berjalan mendekat kearahnya dengan sebuah tas bekal di tangannya.

"Eh lo ga kekantin? Kalo gitu gue gabung ya." Ucap Santo, sontak Milo mengangguk. Bisa bisanya seorang Santo yang selama ini tidak begitu dekat dengan Milo mengajaknya makan bersama.

Milo melihat jika bekal yang di bawa Santo hari ini adalah sebuah nasi goreng dengan telur mata sapi sebagai toppingnya. Tiba tiba Milo menjadi teringat sepotong kenangan ketika Reyga mengajaknya makan nasi goreng yang sama disebuah emperan kaki lima kesukaannya. Kenapa melupakan semuanya terasa begitu sulit?

"Hmm, lo mau?" Tanya Santo yang berhasil memecahkan atensi Milo, dia menggeleng.

"Ga makasih, lo makan aja."

"Oke."

Selama Santo dan Milo menghabiskan makanannya masing masing mereka saling terdiam. Karena Santo merasa canggung akhirnya dia berinisiatif untuk angkat bicara kembali.

"Mil maaf ya gue sempet salah paham sama lo."

Dahi Milo mengerut, tentu saja dia heran dengan apa yang Santo ucapkan.

"Maksud lo?"

"Iya gue baru tau kalo ternyata foto foto lo sama anak kelas dua belas itu sebenernya palsu, semua orang udah tau siapa pelaku yang sebenernya."

Milo menghela napas, dia segera  menggeleng pelan kemudian menatap Santo lagi.

"Iya gapapa, tapi..."

"Tapi apa?"

"Tapi kalo gue emang beneran gay gimana? Apa lo bakal jijik sama gue?"

Santo terbelalak, dia dapat melihat sebuah senyuman sendu milik Milo sudah terpancar dibibirnya sempurna.

"Hm... Gue ya?"

"Jujur aja sih, gue gaperduli."

"Lagian itu juga pilihan lo kan?"

Tak percaya dengan jawaban Santo, Milo merasa moodnya sedikit membaik. Ternyata selain teman teman Reyga dan Jessie masih ada orang lain juga yang tidak mempermasalahkan orientasi seksualnya.

"Thanks san."

"Dont mind Milo, btw lo mau nemenin gue bentar ga kekantin? Soalnya gue lupa bawa minum."

Milo mengangguk, dia setuju dengan ajakan Santo.

"Oke, gue juga mau sekalian beli air minum."

Setelah Santo menutup bekalnya mereka beranjak melewati koridor, sesekali mereka tertawa setelah membicarakan suatu hal, setidaknya perasaan Milo menjadi lebih membaik.

The Way I Love You [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang