| Chap 15

1.1K 101 9
                                    

Reyga POV

Manik gue terus memandang kearah jendela, merasakan jika sosok Milo masih tenggelam dalam kesedihannya.

Dirinya terus melepaskan tangisan emosionalnya dalam dekapan gue.

Gue hanya bisa terus mengusap usap punggungnya serta surainya lembut, mendekapnya erat erat dalam dada gue. Gue benci melihatnya seperti ini.

Sesekali gue kecup pangkal kepalanya untuk menenangkan dirinya.

Farel yang merasa iba langsung mengalihkan pandangannya kearah gue, begitu juga sebaliknya, gue langsung menoleh kearah Farel, maniknya berbicara.

Hanya isak tangisan Milo saja yang terdengar dalam ruang UKS ini, terdengar begitu pilu sampai gue benar benar merasa terenyuh.

Namun tiba tiba kepalanya langsung mendongak keatas menatap gue, dengan senyuman gue langsung mengusap air matanya yang berlinang menggunakan ibu jari gue.

Author POV

Reyga terlihat tengah menghapus air mata Milo menggunakan ibu jarinya dengan sangat lembut.

Memang saat ini Milo merasa sedih dan kesal, namun dia sadar jika dirinya tak boleh membuang buang waktu dengan terus menangis, Milo butuh klarifikasi.

Dirinya merasa jika semua ini tidak bisa terus berlanjut seperti ini karena dia takut sang pelaku akan melakukan hal yang lebih gila dari ini.

Tanpa ragu ragu Milo langsung membuka bibir merahnya yang sedari tadi terkatup, dirinya segera melontarkan pertanyaan yang selama ini masih mengganjal dihatinya kepada Reyga.

"Kak... Selama ini, ada hal yang mengganjal hati gue."

Alis Reyga langsung terangkat sebelah membuat Milo langsung menghela napasnya dalam dalam dan kembali menatap Reyga.

"Apa bener lo udah punya tunangan?"

Manik Reyga tiba tiba langsung terbelalak, dia terkejut bagaimana bisa Milo menanyakan hal itu disaat seperti ini.

Reyga hanya terdiam, bibirnya terus terkatup, dia tak dapat menjawabnya.

Farel yang berada disamping mereka langsung menghela napas panjang dan kembali memandangi mereka.

Lantaran tak kunjung menjawab, Milo langsung menggenggam kedua lengan kekar milik Reyga dan menatapnya dengan pandangan risau.

"Kak jawab gue!"

Dan akhirnya, bibir Reyga tak terkatup lagi, dirinya mulai menjawab pertanyaan Milo.

"Iya..."

"Gue punya Mil..."

Milo mulai melangkahkan kakinya beberapa kali kebelakang, melepaskan pelukan yang diberikan Reyga kepadanya dengan sigap. Dirinya mulai dilanda oleh kebimbangan.

"Terus kenapa lo ngasih gue harapan kak?!!!"

"Gue, bahkan tunangan lo itu bukan benda yang bisa lo permainin seenaknya!!!"

"Gue punya perasaan, gue punya hati...."

"Lo tega kak!"

"Gue kecewa sama lo..."

Kali ini Milo terlihat sudah sangat kecewa, dirinya meningginggikan nada bicaranya ketika mengungkapkan perasaannya seperti itu.

Air mata lagi lagi terjatuh, namun kali ini adalah air mata kekecewaan untuknya, rasa sakit dihatinya semakin bertambah setelah mendengar pernyataan Reyga.

Milo langsung melangkah keluar meninggalkan sosok Reyga dan Farel yang sudah diselimuti oleh kecanggungan.

"Milo--" Pada saat Farel ingin melanjutkan kalimatnya, pintu UKS sudah terlebih dahulu tertutup dengan sangat keras, membuat ucapannya tak dapat dia lanjutkan.

"Reyga!!"

"Kenapa lo ga jelasin yang sebenernya sama dia? Kenapa lo diem aja?!" Kata Farel sambil menatap sosok Reyga yang tengah menundukkan kepalanya.

"Gue sengaja..."

"Hah?! Sengaja?"

"Gue mau dia menjauh dari gue."

"Terus kenapa selama ini lo ngejar dia bego?!"

"Demi tuhan Reyga! Dari awal harusnya lo perjelas, jangan kayak gini."

"Lo gapaham... Gue punya cara gue sendiri, bukan urusan lo."

"Oke! Terserah lo aja! Kalo begini caranya, lo itu sama aja kayak pecundang!"

"Gue gangerti lagi sama diri lo Rey."

Hanya pandangan kecewalah yang lagi lagi menerpa Reyga, akhirnya sosok laki laki jangkung itu, Farel, langsung melangkah kakinya pergi meninghalkan Reyga sendirian didalam UKS.

Reyga yang saat ini sudah diselimuti rasa bimbangnya hanya bisa tertunduk dalam perasaannya yang bercampur aduk.

.

.

.

Milo melangkah, semenjak dirinya keluar dari UKS, wajahnya menjadi semakin murung, sekarang langkah kakinya tidak menuju ke kelas, melainkan menuju kearah belakang sekolah yang sepi itu, dia butuh ketenangan.

"Kenapa semuanya jadi kayak gini?!!"

Milo langsung mengambil posisi duduk lalu mengadahkan kepalanya memandang langit, dengan mata yang sembab, sosoknya masih terus mengeluarkan air mata dari maniknya.

Namun pada saat dirinya ingin memejamkan mata tiba tiba,

"Milo?"

Ya, Devan tiba tiba muncul, ini membuat sosok Milo langsung mengusap air matanya dengan cepat dan mulai menolehkan kepalanya perlahan untuk melihat sosok Devan.

Dia berlaga seolah semuanya baik baik saja, dengan manik yang sembab, bibirnya langsung mengukirkan sebuah senyuman.

"Oh... Devan, haha... Ada apa Dev?"

Devan langsung mengambil posisi duduk disamping Milo dan mulai memeluk tubuh Milo dengan sangat erat, ini membuat dirinya langsung terkejut.

Devan tak dapat dibohongi oleh Milo begitu saja.

"De-Devan?" Tak ada jawaban dari sosok Devan, hanya pelukan yang menjadi semakin eratlah yang menjadi jawabannya.

Hati Milo terenyuh, tak kuasa menahan air matanya, tangisannya langsung kembali terpecah dalam dekapan Devan.

"Dev... Gue harus apaa!! Hikss--"

Hanya isak tangisan Milo yang terdengar, membuat Devan langsung mengerutkan dahinya dan mengusap usap surai Milo lembut.

"Mil... Besok pulang sekolah..."

"Temuin gue di rooftop.

"Ada hal yang harus gue sampein ke lo..."

.

.

.

Hai hai!

Author disini!

Untuk kalian yang masih setia mengikuti kisah ini, Author ucapkan terimakasih sebesar besarnya!^^

Jangan lupa tinggalkan jejak membaca kalian, juga jangan bosan bosan dengan kisah mereka ya.

Kalau begitu,

Sampai jumpa di next Chapter!

d=(´▽`)=b

The Way I Love You [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang