Chapter 15

738 110 0
                                        

Chan dan Minho masuk ke dalam dan saat anak-anak melihat Minho mereka langsung melompat ke pelukan Minho.

"Kak, apa kamu akan kembali?" tanya Jeongin.

"Kita akan tau sebentar lagi" ucap Chan.

"Ayo Jeongin, ayo main video game!" Hyunjin kemudian menarik Jeongin ke ruang keluarga.

"Ayo ke lantai atas" ucap Chan. Mereka berdua berjalan ke kamar Chan. Chan membukakan pintunya untuk Minho dan mereka kemudian duduk di atas kasur Chan.

"Kak, aku minta maaf. Aku penakut sekali. Seharusnya aku menelponmu" Minho menunduk.

"Minho, harus berapa kali aku bilang padamu kalau tidak apa-apa jika kamu ingin bekerja kembali di kafe?"

"Ya tapi aku...aku tidak mau" bisik Minho.

"Apa maksudmu?"

"Maksudku..um.."

"Apa ada hubungannya dengan Eunji?"

"Apa?"

"Aku lihat bagaimana kamu melihatnya di kafe. Apa dia bilang sesuatu padamu?"

"Kak, aku benar-benar --"

"Minho"

"Semacam... dia bilang anak-anaknya membutuhkan keluarga yang normal"

"Itu saja?"

"Dan aku akan menyesal jika tidak menjauh darimu"

"Dan kamu mempercayainya? Oh Minho...tidak ada yang bisa dia lakukan" Chan memeluk Minho.

"Ya tapi aku takut karena aku tidak mau psikopat itu melakukan sesuatu pada anak-anak...dan kamu" Minho berbisik di ahir talimat berharap Chan tidak mendengarnya... tapi... dia mendengarnya... dan hanya berpura-pura dia tidak mendengarnya.

"Well...apa kamu tetap akan bekerja di kafe?" Chan bertanya sembari menjauh.

"Aku tidak tau" Minho menunduk lagi.

Setelah beberapa menit hening Chan tersenyum dan menatap Minho. "Apa kamu masih bersedia ikut kelar dan membeli Christmas things?" Minho menatap Chan dengan mata berbinar dan mengangguk. "Bagus" Chan mengusak rambut dan berlari turun ke ruang keluarga.

"Kak, you can't just run like that!!" Minho merengek dan berlari menyusul Chan.


* * *


"Ayah ayah yang ini juga!" Jeongin berlari menghampiri Chan dengan satu pak ornamen lagi di tangannya.

"Jeongin, kita sudah ada 6 pak opnamen sekarang. Tidakkah kamu pikir ini sudah cukup?" Chan terkekeh.

"Tapi ayah kamu membiarkan kak Hyunjin beli semua karangan bunga yang dia mau!"

"Tapi sudah ada ornament lebih dari cukup, bukankah begitu Jeongin? Kalau tidak cukup aku yakin kak Chan pasti akan membeli lagi nanti ya?" Minho berlutut guna menyamakan tingginya dengan Jeongin.

"Iya"

"Sekarang pergi dan pilihlah permen-permen dengan Hyunjin ok?"

"Ok" Jeongin tersenyum lalu berbalik menatap Hyunjin. "Kak Jinnie ayo!" Keduanya kemudian berlari ke kategori makanan manis. Minho berdiri dan tersenyum.

"Kenapa mereka hanya mendengarkanmu huh? Itu tidak adil" Chan menatap Minho.

"Ayo kak, jangan bilang superti itu. Ayo temukan saya mereka sebelum mereka membuat masalah"


* * *


Mereka pulang beberapa waktu yang lalu dan setelah mera-iklan semuanya di ruang tamu mereka duduk di sofa sembari meminum coklat panas dan menonton acara-acara natal. Lalu tiba-tiba,

"Ayah ayah lihat lihat! Saljut turun!!" Jeongin mulai melompat dengan senang. Tak lama setelah Hyunjin juga ikut melakukannya.

"Boleh kita main di luar? Please please pleaseee" ucap Hyunjin. "Baiklah baiklah, pakai mantelmi" Chan berdiri dari sofa. "Kau ikut?" tanyanya pada Minho.

"Aku akan cuci gelas-gelasnya dulu" Minho tersenyum.

"Ayo anak-anak"

Saat Minho kelar mungkin setelah 5 menit Jeongin dan Hyunjin sedang berlari-lari dengan senang.

"Jeongin, Hyunjin hati-hati agar tidak jatuh" panggil Minho memperingati kedua anak itu.

"Ok!" Mereka berdua berteriak tanpa berhenti berlari.

"Mereka terlihat lebih bahagia saat ada kamu di sekitar mereka" ucap Chan sambil melihat anak-anaknya dan tersenyum. Minho tersenyum juga. Anak-anak itu terlihat terlalu menggemaskan.

"Mereka benar-benar menggemaskan" Minho terkekeh melihat Jeongin dan Hyunjin mencoba menangkap butiran salju. Keheningan memenuhi udara , tapi bukan keheningan yang canggung. Tapi tak lama setelah itu suara nafas Chan mencoba menghangatkan tangannya memecahkan keheningan itu. Minho melihat ke Chan. "Apa tanganmu kedinginan?"

"Tidak, aku baik-baik saja"

"Ini" Minho melepaskan sarung tangannya dan memberikannya pada Chan.

"Tapi Minho..."

"Pakai sama kak. Mantelku memiliki kantong" Minho tersenyum.

"Makasih" Chan tersenyum lalu memakai sarung tangan Minho. Sarung tangannya kecil karena tangan Chan lebih besar dari tangan Minho. Tapi rasanya tetap hangat dan terasa seperti Minho sedang memegang tangannya. Jantung Chan berdebar memikirkan hal itu.


----------------------------------

Author's note : Kenapa mereka sweet sekali :"


Credit :

Original Author : 

Translator : Bang_Youngmi  

Once upon a lost child || BANGINHO / MINCHAN [TRANSLATED BOOK!!] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang