8. Cerita Pada Aldy

955 81 10
                                    

Entah kenapa, aku merasa tidur ku kali ini bersandar pada sesuatu yang empuk dan lembut. Nyaris saja aku mengira aku tidur di ranjang jika tak mengingat kalau kami semua sedang berada di dalam bis yang menuju candi borobudur.

Dan karena itulah yang membuat ku langsung terjaga saat ini. Mana mungkin aku bisa tidur senyaman itu jika aku tengah berada di dalam bis.

" udah bangun Key? " sapa Aldy, begitu dirinya merasa aku sudah terbangun dari tidur ku. Pasalnya dirinya cukup merasa aku yang mulai menggesekkan kepala ku di bahunya.

" eh? Astaga. Sorry kak. Aku tidur malah nyender ke kakak. Sorry, sorry kak. Aku gak sengaja. " ucap ku panik.

Karena aku menemukan diri ku yang tertidur bersandar nyaman di bahu Aldy. Bahkan aku memeluk lengannya saat aku tertidur. Aku pun segera melepaskan pelukan ku di tangannya dan segera menjaga jarak dengan dirinya.

" gak papa. Aku yang sengaja nyenderin kepala kamu ke bahu ku. Lagian pasti gak enak nyender ke kaca bis. Mending kamu nyender ke aku kan. " balasnya sembari tertawa karena melihat wajah panik ku saat ini.

" maaf ya kak. " ujar ku tetap merasa tak nyaman pada dirinya.

" santai aja, sama aku ini kok. Memang kamu ngantuk banget ya? Kata Haris juga kamu pusing? " tanya dirinya setelah menganggukkan kepalanya pada ku guna menjawab ucapan ku tadi sembari dirinya mengganti topik pembicaraan kami berdua.

" iya. Kemaren gak bisa tidur. " jawab ku menjawab pertanyaan Aldy dan membuat kening pria ini berkerut bingung.

" lho? Kenapa? Bukannya kemaren masuk kamar duluan ya? Kamarnya gak nyaman Key? " tanya dirinya lagi.

" enggak. Enggak kok. Bukan karena itu. Kamarnya nyaman kok. Ergh gimana ya. " ucap ku tak enak jika harus mengatakan yang sebenarnya pada Aldy.

" kenapa Key? Ada sesuatu? " ucap Aldy semakin penasaran karena ucapan ku barusan.

" enggak. Gak papa kak. " ujar ku akhirnya tak ingin memperparah suasana. Lagipula aku juga tak ingin di anggap mencari - cari perhatian semua orang dengan cerita ku.

" jujur aja. Ada apa? Apa ada sesuatu di kamar? " tanya Aldy mendesak diri ku.

" nggh. Iya. Sebenernya kemaren aku gak bisa tidur gara - gara di gangguin. " aku akhirnya memilih jujur pada dirinya mengatakan semuanya tentang kejadian malam tadi.

" di ganggu? Sama siapa? " tanya Aldy bingung.

Pasalnya dirinya tau jika kamar yang ku pakai hanya berlima bersama dengan Putri, bu Listy, bu Rahma dan bu Amy saja. Rasa - rasanya tak mungkin ada yang mengganggu atau menjahili ku. Dirinya juga cukup lama begadang di ruang tamu bersama Haris dan tak ada yang masuk ke kamar ku sehabis aku masuk kamar. Sehingga tak mungkin ada yang jahil menganggu ku di kamar.

" ergh, aku itu sensitif kak. Kadang aku bisa liat sesuatu yang kalian gak bisa liat. Kadang aku juga bisa ke ganggu. Apalagi karna aku kadang ngerasa, kadang enggak. Jadi sekali di ganggu lumayan gak enak. Dan tiap aku dapet tamu bulanan, pasti makin bikin aku sensitif. Aku tiap ke tempat baru, suka langsung ngerasa gak enak. Ya gitu lah. " ucap ku menjelaskan sedikit.

" maksud mu? Di ganggu sama orang dunia lain? " tanya Aldy meyakinkan dan membuat ku mengangguk.

" iya kak. " sahut ku.

" ganguannya parah Key? " tanya Aldy sekali lagi.

" iya. Ranjang ku di ketuk - ketuk dari bawah. Trus ada suara perempuan yang ngomong dari dalam toilet. " jawab ku.

Aku pun menceritakan kembali apa yang aku alami pada Aldy. Sama seperti cerita ku pada Haris dan Putri tadi pagi. Dan tak ada yang aku tutup - tutupi lagi.

" jadi, kemaren malam kamu di ganggu yang begituan? Tapi bukannya kita udah lama nginep di villa? Kenapa kamu baru di ganggu kemaren? Atau udah sering gangguannya?Hari - hari sebelumnya kamu juga di gangguin Key? " tanya Aldy beruntun pada ku. Dirinya tak menyangka jika aku mengalami hal seperti ini.

" enggak kok. Kalo di sini ya baru kemaren aja. Mungkin ucapan perpisahan kali karna kita mau balik. Gak ke sini lagi. " sahut ku tertawa pelan. Seolah - olah itu adalah hal biasa yang aku alami.

" kenapa gak cerita? Kalo gitu kan bisa pindah kamar. Kan kamu bisa telepon aku. Atau manggil aku. Aku juga duduk di ruang tengah kan. " tanya dirinya lagi dengan sorot mata khawatir. Dapat ku rasakan nada kekhawatiran dirinya pada ku.

" enggak lah. Gak papa kak. Udah gak kaget lagi sebenernya. Cuma ya gitu. Bikin pusing aja. Apalagi sampai ganggu jam tidur ku kayak kemarin malam. " jawab ku.

Aku memang sudah tak terlalu kaget lagi dengan keadaan ku seperti ini. Karena memang aku sudah seperti ini semenjak dulu. Semenjak aku masih berkuliah dan masuk ke dalam Himpunan Mahasiswa jurusan ku.

Bahkan setiap aku pergi ke tempat baru atau pergi ke suatu daerah, aku selalu akan merasakan hal yang sama. Aku juga pernah mendapat gangguan yang lebih parah dari ini. Dan membuat aku menangis terisak.

" sering ya dapet gangguan gitu kalau pergi study tour? " tanya Aldy memandang diri ku.

" he he iya. Empat tahun study tour ya empat kali kena. Yang paling parah sih pas angkatan ku yang study tour. Soalnya semua temen ku pada di gangguin juga. Sampe kami gak bisa tidur semaleman karna di gangguin. " ucap ku.

" oh ya? Pas angkatan mu memang ada apa? " tanya dirinya penasaran.

" di gangguin juga. Pas kami lagi praktikum di kebun Apel, handphone temen ku ilang. Padahal pas lagi di depan kebun baru aja nelpon mama nya. Eh dapetnya malah di kamar, di dalem gulungan selimut. Terus malemnya, kamar ku pintu sama jendela belakang yang buat ke taman jugadi ketuk. Mau di buka paksa pintunya. Ku fikir temen ku yang kamar sebelah mau usil. " ujar ku menjelaskan pada dirinya.

" terus gimana Key? " Aldy terlihat semakin penasaran dengan cerita ku sehingga membuat ku akhirnya meneruskan cerita ku ini.

" ku tegur lah. Jangan berisik kata ku. Akhirnya ya berhenti. Besok paginya, aku mau balas ngagetin temen ku yang di kamar samping lewat pintu belakang. Dan ternyata di belakang itu tamannya di batesin dinding beton di depan sama di kiri kanannya. Sama sekali gak mungkin ada orang yang bisa lewat dari kamar samping. " tambah ku panjang lebar.

" serem ya. " gumam Aldy memandang ku.

" biasa ini mah. Udah sering kak. Jadi biasa aja. Kemarin pas di Lawang Sewu juga. " balas ku tertawa. Membuat dirinya membelalakkan ke dua matanya menatap ku.

" tunggu, waktu di Lawang Sewu? Pas kita naik ke lantai dua? Waktu kamu bilang kamu pusing? Jangan - jangan waktu itu kamu di ganggu juga? " tanya dirinya. Apalagi dirinya mengingat saat itu aku tiba - tiba saja pusing tanpa sebab yang pasti dan pucat pasi.

" iya. Waktu itu berisik banget di sana. Trus ada yang ngeliat juga. Banyak yang mandangin kita. Mana ada yang usil ngedeketin aku. Makanya sempet bikin aku pusing. Untung aja kakak mau megangin tangan ku. Kalo enggak, gak tau deh gimana. " jawab ku tersenyum simpul.

" pas kita di lorong beranda di antai dua juga. Ada perempuan lewat di depan kita. Pakai gaun panjang warna putih lusuh gitu. Rambutnya pirang di sanggul. Cantik banget. Mukanya bule banget. Kayak orang Eropa. Dan setelah dia lewat, gangguan udah gak banyak lagi. Cuma liatin kita dari jauh aja. Makanya setelah itu aku biasa aja. " tambah ku dan membuat Aldy membelalakkan matanya memandang ku.

" astaga. Kenapa gak bilang sama kakak waktu itu? Tau gitu kita langsung turun aja. Langsung ke bis biar kamu bisa istirahat. " ucapnya. Dirinya menatap ku dengan pandangan khawatir.

" enggak lah. Mana bisa aku bilang - bilang masalah begituan. Aneh nanti. Aku gak mau di bilang cari - cari perhatian kakak. " ujar ku. Membuat dirinya menghela nafas.

" kalau ada apa - apa bilang ya. Jangan punya fikiran kayak gitu. Aku tau kamu bukan perempuan kayak gitu. Jangan bikin kakak khawatir lagi ya Key. " sahutnya dan membuat ku menganggukkan kepala ku pelan.

" iya. " balas ku pelan.

*****

ASISTEN DOSEN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang