54. Pembalasan

76.4K 10.6K 917
                                    

Warning!! Adegan kekerasan!!

Byurrr!!

"Akkhhh" Zia terbangun terkejut karna Luna menyiramnya dengan air Es

"Bangun tidur mulu kamu!" Gerutu Luna kesal

"Jalang sialan! Lepasin gw bitch! HEH KALIAN YANG DILUAR CEPAT SELAMATIN GW!!" teriak Zia marah melihat kondisinya yang terikat di kursi. Dia mencoba mencari bantuan kepada orang-orang bayarannya yang  diluar

Luna melempar ember yang dibawanya dengan asal. Dia tidak takut dengan teriakan Zia. Dan soal orang-orang Zia yang ada diluar? Itu sudah dibereskan, Luna menghubungi anak BM dan memberitau keberadaannya. Dengan cepat anak-anak BM sudah membereskan sisa kekacauannya.

"Dari pada teriak ga jelas, mending kamu simpan suara kamu" ucap Luna santai dengan memainkan pisau kecil kesayangannya

"Karna aku takut, kamu kehabisan suara karna menjerit kesakitan saat aku siksa nanti" bisik Luna ditelinga Zia lalu melemparkan senyum manis yang membuat Zia menggigil ketakutan.

"DERRY SIALAN! BANGUN ANJING!!" teriak Zia ketakutan mencoba membangunkan Derry yang hanya diam disebelahnya.

"AKKHHHHH" teriak Zia ketakutan. Karna dengan santainya Luna menyenggol kepala Derry hingga menggelinding.

Memang Luna sudah lebih dulu membunuh Derry sebelum membangunkan Zia. Dan berhubung Derry dan dirinya tidak terlalu terlibat banyak masalah jadi Luna tidak terlalu menyiksanya. Mungkin hanya memotong lidahnya, membelah jantungnya dan terakhir memenggal kepalanya hingga lepas. Lalu apa yang akan dia lakukan pada Zia yang sudah banyak menyusahkannya?

"Pembunuh!!" Seru Zia menatap Luna dengan takut dan marah

"Iya aku? Kenapa? Kamu mau minta tolong untuk dibunuh?" Tanya Luna polos dengan menudingkan pisaunya didepan muka Zia

"Lepasin gw! Hiks gw mohon jangan bunuh gw hiks" mohon Zia menangis ketakutan membuat Luna semakin tersenyum lebar

Srettt
PLAKKK!

Luna menyayat pipi Zia sangat dalam lalu menamparnya dengan keras tepat di luka sayatannya. Membuat darah mengucur deras dari pipi kanan Zia

"Menangis dan memohonlah! Aku suka mendengarnya" senyum Luna sangat manis tapi itu terlihat sangat menakutkan dimata Zia

"Hiks lepasin gw hiks gw janji akan bertobat" tangis Zia. Luna menarik rambut Zia dengan kuat seakan ingin melepaskannya dari kepala Zia

"Cewek kayak kamu bisa bertobat?" Tanya Luna polos, Zia mengangguk semangat karna merasa punya kesempatan untuk melarikan diri dan membalas Luna lain kali.

Luna tersenyum senang, lalu melepaskan tarikan rambut pada kepala Zia.

"Aku senang kamu bisa sadar!" Seru Luna bahagia. Zia yang melihat itu tersenyum licik dan menambah aktingnya agar terlihat lebih bagus.

'Bodoh!' Batin Zia tersenyum licik

"Tapi.." Luna terlihat berpikir keras, dan detik berikutnya wajahnya berubah menjadi dingin dan kejam dengan seringai sadis yang terpasang di wajah cantiknya

"Aku bukan Nilam dkk yang akan tertipu dengan akting busukmu" sarkas Luna menusuk perut Zia berulang kali

"AKKHHH" jerit Zia kesakitan. Dia menatap tak percaya pada Luna.

Luna tersenyum sadis kepada Zia. Kalau Zia bisa Licik dan jago akting, Maka Luna lebih dari itu. Dia bahkan bisa jauh lebih licik dari Zia uler. Dan itu semua berkat bimbingan tuan Rolan yang terhormat yang menurunkan bakat psycho dan akting kamuflase miliknya pada Luna.

"Kamu dulu suka memfitnah Visya kan?" Tanya Luna dengan memotong jari Zia satu persatu

"AKKHH SAKITT HENTIKANN!" Jerit Zia

"Gimana rasanya tertawa bahagia diatas penderitaan orang?" Lanjut Luna tidak menghiraukan jeritan Zia. Baginya itu hanya musik pengiring disela kegiatannya memotong daging uler

"Kamu bahkan beberapa kali ingin membunuh Visya, iya?" Tanya Luna memotong tangan Zia sebelah kiri

"Kamu membuat Visya dibenci abangnya bahkan disiksa tanpa tau kesalahannya!" Kata Luna menguliti lengan kanan Zia yang masih utuh.

"Dan lebih parahnya! Kamu mencuci otak bang Feby yang awalnya udah bodoh menjadi lebih bodoh!" Kesal Luna mengukir jidat Zia dengan tulisan 'Kafir' karna mengingat kelakuan Zia yang kayak Dakjal

BRAKK!!

"LUNAA!!" teriak orang yang mendobrak pintu. Luna yang kaget pun tanpa sengaja menancapkan pisaunya dijidat Zia. Membuat Zia lebih menjerit kesakitan dengan bercucuran air mata dan darah.

Orang yang baru saja berteriak, mendadak ngeri melihat pemandangan didepannya. Dia menyengir melihat Luna yang menatapnya dengan tajam

"Hehe sorry!" Cengir orang itu. Luna mencebikkan bibirnya kesal

"Kalian kalo mau masuk ketok dulu dong! Kan kaget aku! Gimana kalo nih uler mati!" Seru Luna kesal. Bahkan saking kesalnya tanpa sadar Luna semakin menancapkan pisaunya di dahi Zia, Membuatnya menjerit histeris karna kesakitan.

"Luna itu!" Kata Lexa menunjuk Tangan Luna yang menekan pisau dijidat Zia. Iya, yang mendobrak pintu dan berteriak heboh saat masuk adalah Lexa dkk.

"Eh yaampun!! Jangan mati dulu!" Seru Luna kaget

"Lun lo gimana sih! Kan udah bilang sebelumnya! Kalo mau nyiksa uler itu ajak-ajak!" Kesal Cia lalu mengambil Tongkat besi yang ada disana dan berjalan kearah Luna dan Zia

"Luna lupa! Yaudah nih buat kalian aja! Luna ikhlas deh" kata Luna polos dengan menyerahkan Zia yang sudah sekarat

"Sip! Gitu dong, gw kan juga mau nyiksa nih uler!" Seru Fani semangat menghampiri Zia lalu menyeret rambutnya yang udah lengket dengan darah.

Dengan cepat Cia memukuli kepala Zia dengan tongkat besi. Membuat darah berceceran dimana-mana. Fani mengambil air garam yang sudah disiapkan diember penuh lalu menyiramnya ke Zia membuat Zia yang awalnya ingin menjemput ajalnya menjadi tersenggal menahan rasa sakit, dia sudah tidak sanggup untuk berteriak.

Lexa mendekat dengan membawa paku besar lalu dengan sadis dia menusuk kedua bola mata Zia membuat sebuah suara letusan terdengar. Terakhir Luna mendekati mereka dengan membawa linggis lalu menancapkan linggis itu tepat di jantung Zia membuat Zia menghembuskan nafas terakhirnya.

'Terimakasih Luna' bisik sebuah suara tepat ditelinga Luna. Luna mengangkat kepalanya dan tersenyum manis, dia yakin tadi itu suara Visya

"Sama-sama" balas Luna

"Kenapa Lun?" Tanya Lexa disebelah Luna

"Gapapa" jawab Luna tersenyum manis. Membuat ketiga sahabatnya juga ikut tersenyum melihatnya.


VILLAIN or PROTAGONIS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang