45. Nilam

86.3K 11.3K 991
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Masukk" jawab Luna dari dalam

"Eh! Stoopp!" Seru Luna saat melihat Nilam yang masuk. Luna segera beranjak dari rebahannya lalu mendorong Nilam agar keluar dari kamarnya.

"Keluar! Ga nerima banci kaleng-kaleng disini!" ketus Luna. Nilam yang juga tidak mau mengalah tetep kekeh ingin masuk dan saat sudah masuk dia langsung saja menutup pintunya dan menguncinya.

"Banci apaan?! Sembarangan kamu!" Sewot Nilam memegang kunci kamar Luna

"Nama kamu yang mendukung 'Nilam-pir'.. siniin kunci nya! Kalo kamu gamau keluar biar aku aja yang keluar." Sinis Luna "Eh? Tapi kan ini kamarku?" Lanjutnya bingung. Nilam terkekeh pelan melihatnya

"Kamu aja deh yang keluar!" Ketus Luna

"Gak mau!" Jawab Nilam santai lalu rebahan dikasur Luna

"Heh!! Kasur aku! Yah najis dong!" Luna mengeluh dan menatap kasurnya miris

"Jadi menurut kamu aku najis?" Tanya Nilam serius

"Iya" jawab Luna enteng

"Luna.." panggil Nilam sedih

"Jangan drama!!" Ketus Luna "itu kan yang biasa kamu katakan padaku" lanjut Luna tersenyum sinis, dia duduk di kursi meja riasnya lalu menatap Nilam tajam.

"Apa ga ada kesempatan kedua buat aku?" Tanya Nilam memandang Luna dengan miris

"Sakit ga diperlakuin kek gitu?" Tanya Luna. Nilam mengangguk mengiyakan, rasanya memang sangat menyakitkan

"Itu yang selama ini Visya rasakan! Tidak hanya itu. KAMU BAHKAN MAIN TANGAN SAMA VISYA! COWOK MACAM APA KAMU!" Teriak Luna emosi. Nilam menatap sedih Luna bahkan tanpa sadar air matanya sudah mengalir

"Selama ini kalian hanya membela ular itu tanpa tau kalau dia jalang yang sebenarnya! Kalian selalu menyalahkan bahkan menyakiti Visya padahal Visya hanya mau melindungi kalian dari wanita busuk itu! Apa kalian terlalu bodoh hah? Sampai mengetahui itu saja tidak bisa!" Seru Luna meluapkan semua emosi nya bahkan sampai melemparkan botol parfumnya kearah Nilam hingga Jidatnya berdarah. Nilam hanya tertunduk diam dengan menangis menyesali semua perilakunya dulu pada Luna.

*Nilam dkk dan keluarga Luna masih belum tau tentang Luna yang bukan Visya asli. Yang tau hanya Kenan, aron,Bian, Lio, Nanda dkk dan para sahabat Luna (part 25). oke?

"Luna.. aku-" Nilam tidak mampu melanjutkan kalimatnya, selama ini dia memang merasa bersalah pada Luna. Tapi dia ingin egois dia ingin Luna memaafkannya dan menjadi miliknya, salahkah Nilam?

"Kalian selalu saja mengatai Visya jalang hanya karna dia cari perhatian kepada abangnya dan kamu, Lelaki yang disukainya?!" Ucap Luna mulai terisak, dia merasakannya lagi, merasakan rasa sesak yang sama yang pernah dialami Visya dulu

"Tapi sekarang kamu masih mencintai aku kan?" Tanya Nilam berharap

"Ngimpi!" Sentak Luna

"Luna aku mohon.. beri aku kesempatan, aku janji aku akan membahagiakan kamu.. aku mohon sama kamu Luna" mohon Nilam berlutut didepan Luna sambil memegang tangannya

"Nggak!" Sentak Luna berjalan mundur, dia paling benci pada orang yang berlutut padanya. Pernah di Berlin ada musuh yang berlutut didepannya memohon ampun, Luna yang merasa kasihan ingin memaafkannya tapi dia malah kelepasan menembak kepalanya karna kesandung kerikil.

"Luna aku mohon.. beri aku kesempatan. Kalau tidak beri saja aku maaf biar aku sendiri yang mencari kesempatan itu!" Mohon Nilam yang masih kekeh berlutut didepan Luna

"Jangan harap! Berdiri atau aku akan kelepasan membunuhmu!" Kata Luna tajam

"Luna aku-"

"Berdiri!!" Bentak Luna yang sudah menodongkan pistolnya kearah Nilam. Dia tidak main-main, dia bahkan mengambil pistolnya yang dia sembunyikan di laci mejanya.

Nilam sangat terkejut dengan ancaman Luna yang sungguh-sungguh. Dia perlahan berdiri lalu mundur beberapa langkah dari Luna

"Aku tidak membunuhmu atau teman-temanmu karna kalian sahabat abang aku! Tapi jangan berpikir aku akan berbelas kasih dengan tidak menyakiti kalian! Aku gak sebaik dulu yang sudah kamu sia-siakan Nilam!" Bisik Luna memainkan moncong pistolnya dileher Nilam.

Nilam sangat ketakutan bahkan tubuhnya sudah bergetar karna takut.
"Luna itu bahaya" lirih Nilam

"Oh? Kamu mau merasakan bahaya yang sebenarnya?" Tanya Luna menyeringai. Dia mengambil pisau kecil kesayangannya di sakunya yang selalu dia bawa kemana-mana

"Mau merasakannya?" Tanya Luna berbisik pelan dengan memainkan pisau miliknya

"Lu-na.." panggil Nilam takut

"Tcih! Ganteng doang! Nyali sebesar biji selasih!" Sinis Luna

Sreett

"Anggap itu peringatan dari aku! Dan jangan pernah ganggu atau mencampuri urusanku! Sekarang pergi!" Kata Luna dengan dingin.

Nilam memegang lehernya yang berdarah karna Luna menyayatnya dengan pisau kecil miliknya, tidak dalam tapi cukup mengeluarkan banyak darah. Dia memandang Luna dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku akan pergi, tapi aku gak janji kalau aku gak akan kembali" lirih Nilam menatap Luna dalam 'dan mendapatkanmu' lanjut Nilam dalam hati

Luna hanya menatap Nilam datar lalu menunjuk pintu kamarnya. Nilam pergi dari sana setelah menatap Luna sangat dalam. Diluar Kamar Luna, Nilam menemukan para sahabatnya dan kedua abang Luna yang menatapnya dengan penuh arti tapi miris. Sejak tadi mereka sudah menguping semua perdebatan Luna dan Nilam bahkan Feby kembali menangis karna merasa menyesal dan bersalah

"Gw obati luka lo" kata Bian singkat lalu mereka mengikuti Bian ke kamarnya. Tempat biasa mereka bekumpul kalau main kesana, kenapa tidak kamar Feby? Soalnya kamarnya selalu berantahkan sedangkan kamar Bian rapi dan enak ditempati.

VILLAIN or PROTAGONIS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang