TMK-07

473 37 0
                                    

Fransiska sudah tak mengganggu Emi maupun Arno lagi. Warga kampus pun tau bila Emi adalah anak dari pemilik kampus. Namun belum banyak yang tau bila Emi dan Arno adalah saudara kembar.

Bila Arno ikut Andra ke kantor, Emi ikut Keyla ke Mall. "Mom."

"hm?"

"bagaimana bila suatu saat aku berhenti?"

Keyla yang sedang memilih baju pun langsung beralih menatap Emi. Tatapan yang sulit diartikan. "apa kau ingin berhenti?"

Emi mengangguk ragu.

"karena apa?" tanya Keyla melanjutkan aktivitasnya. "aku lelah Mom."

"bukannya kau suka? Membuat karya dan mendengar teriakan memohon mereka?" tanya Keyla pelan menatap Emi yang menunduk.

"aku ragu Mom."

Mereka selesai mencari apa yang di butuhkan dan segera membayarnya. "bukannya itu Key?" gumam seseorang yang melihat Keyla dan Emi keluar dari toko baju.

Keyla berjalan ke arahnya. Dengan ragu ia memanggilnya, "Key."

Mendengar namanya disebut, Keyla menoleh dan mendapati sahabatnya Lina. Sudah sekian lama mereka tak bertemu, semejak insiden itu mereka lost kontak. "Lina?"

"iya, ini gua Lina." ucap Lina senang.

"udah tua juga, pake lo-gua." cibir Key terkekeh.

Lina melihat ke arah Emi yang juga tengah menatapnya, "kamu yang nolong tante waktu itu kan?" ucap Lina memastikan.

Emi mengangguk sembari tersenyum kikuk, "iya, tan."

"owalah. Jadi lo yang di tolong anak gua." ujar Key terkekeh. "Mom, kalo mau ngobrol jangan disini." tutur Emi pelan. Ia risih dilihat pengunjung lain yang berlalu lalang.

"eh! Iya, ayo cafe sana. Tapi tungguin anak tante dulu." ujar Lina celingak celinguk. Dasar Kevin, suka lama kalo ditungguin.

"di chat aja nanti, caffe dulu yok." Lina menyetujui usulan Keyla. Mereka pun pergi ke cafe yang tak jauh dari tempat mereka bertemu tadi.

"lo kamana aja selama ini?" tanya Lina membuka obrolan.

"lo tau kan masalah gua?" Lina mengangguk sebagai jawaban. "gua di Prancis. Tepatnya di kota Lion. Dan beruntung gua ketemu nyokap, ternyata nyokap masih hidup dan tinggal sama kakek nenek."

"ish! Gua sampe nangis 3 hari 3 malem tau ngga, pas denger lo di selingkuhin dan ngilang gitu aja." decak Lina.

"Mama?" panggil seseorang buat Lina dan Key menoleh. sedangkan Emi sibuk ngemil. "dateng juga kamu, sini duduk."

"Key, kenalin ini anakku Kevin." ucap Lina memperkenalkan Kevin. Keyla mengangguk. Lina paham dengan raut bingung putra semata wayangnya ini, "ini tante Keyla. Sahabat Mama semasa kuliah"

Disaat Kevin menatap Emi, bertepatan dengan Emi mendongak. Jadilah tatapan mereka saling bertemu. "lho Emi?"

Emi menaikan satu alisnya menatap Kevin. "apa?" tanya Emi datar.

"kok gitu nada bicara kamu? Kenapa? Ada yang salah dengannya?" tanya Key pada Emi.

Emi menggeleng. "masih kesel aja, dia selalu gangguin aku pas makan. Masa orang lagi minum gelasnya di tarik! Ya aku sembur." dengus Emi.

Kevin mengaruk telinganya yang tiba tiba gatal. Ternyata Emi masih ingat. "kamu lakuin itu Kevin?" tanya Lina sengit.

"iya Mah," jawabnya mengangguk.

"masalahnya?" tanya Keyla menatap Kevin dengan serius.

"dia belom minta maaf sama aku, tan. Malah nyalahin aku." elak Kevin buat Key langsung menatap Emi. Dia paling tak suka jika anaknya melakukan kesalahan dan tidak meminta maaf atas kesalahannya.

"bohong dia. Aku dah minta maaf, padahal aku gak salah Mom. Aku lagi cari buku di perpus, nah pas balik badan tuh gak sengaja nabrak dia dan aku udah minta maaf tapi dia malah ngomong kalo aku tuh hobbynya nabrak dia. Padahal gak sengaja! Mana tau kalo ada dia di belakang aku." cerocos Emi menceritakan kejadian tempo hari.

Kevin termangu di buatnya. Ternyata Emi cerewet juga, jadi bayangin kalo jadi istrinya nanti. Eh!

"Kevin. Seharusnya kalo Emi udah minta maaf tuh ya maafin. Ngapain juga kamu ada di belakang dia pas itu, kamu kan paling anti masuk perpustakaan." sahut Lina buat Kevin terpojokan.

Terkuak sudah bila ia sengaja mengikuti Emi ke perpus, "y-ya aku ada urusan di perpus."

"urusan apa? Jangan jangan kamu sengaja cari masalah sama Emi?" tuding Lina memandang sengit putranya.

Kevin menggeleng. "enggak Ma, aku ke perpus emang lagi cari buku waktu itu." bantah Kevin.

"udah udah. Mending kita makan aja." lerai Keyla. Lina tak pernah berubah ternyata. Cerewet berlebih jika ada yang salah dan tak mau mengakui kesalahannya.

"btw, nikah sama siapa?" tanya Key.

Lina tersenyum malu malu buat Emi ikut menyunggingkan senyum aneh. Tau kan bila Emi melihat sesuatu berbau romansa akan jadi rada gila?!

"jangan buat gua jijik deh." ucap Key sinis buat senyum Lina luntur. "lu mah, gak bisa liat gua seneng dikit."

Keyla mamandang datar Lina. "really?"

"hehe... peace. Gua nikah sama Mario." ucap Lina manjawab pertanyaan Keyla tadi.

"Mario Teguh?" tanya Keyla sedikit bergurau dengan wajah sok polos.

"ihh! Bukan. Mario Reyond Mayondra." Keyla tertawa ringan melihat raut wajah kesal sahabatnya ini. Sedangakan anak mereka menyimak sembari makan makanan yang sampai beberapa saat tadi.

"jadi ketua dapet ketua nih?" tanya Key iseng buat Lina melotot. "Mama ketua apa?" pertanyaan spontan yang Kevin lontarkan buat Lina gugup.

Oh~anaknya gak tau toh_batin Keyla paham.

"ketua ekstra tari." sahut Keyla.

Kevin mengangguk paham sementara Lina menghembuskan nafas lega. Lina menatap Keyla yang tengah tersenyum mengejek. Key paham tatapan itu hanya mengangguk.

**

Kampus kembali gempar dengan penemuan mayat seorang mahasiswi di rooftop.

Sandrina Mekalister.

Dia jadi korban pembunuhan juga pemerkosaan. Sekali lagi, jatuh korban. Dan sekali lagi tak ditemukannya bukti pelaku. Dari cctv maupun sidik jari, bahkan jejak kaki.

Apa pelakunya mengepel lantainya sebelum pergi?

Disaat mereka tengah membicarakan tentang insiden kematian Sandrina, suara seseorang di pengeras suara buat mereka yang mendengarnya takut.

"kau sudah kami beri waktu untuk mengakui kesalahan mu tapi kau malah memberi jawaban yang salah. Tunggu saja ajal mu"

"anjir, serem euy... Saha eta?"

"sebenenernya siapa sih pembunuhnya?"

"mampus! Pembunuh di incer pembunuh. Gua doain yang pelaku pembunuhan di kampus ini mati mengenaskan!"

"AMIN!!!"

Bisikan demi bisikan terdengar. Ada yang mendukung si pemilik suara misterius yang di duga sebagai THE MONSTER KILLER dan ada juga yang menyumpahi pelaku pembunuhan di kampus ini.

Pihak kampus juga Vernon langsung bergegas ke tempat pengeras suara, sampai di sana tak di temukan siapa pun. Keadaan ruangan sangat sepi.

Sementara itu, Emi yang mengatakan semua itu di pengeras suara melalui telpon dengan suara yang sudah di samarkan. Dia masih dalam posisi semula, duduk di bangku taman dengan berpura pura menelpon seseorang.

Tbc.

THE MONSTER KILLER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang