Emi merasa sedih akhir akhir ini. Ia merasa bila Arno seperti tak peduli padanya.
Biasanya kembarannya itu akan memberinya pelukan atau akan pamit jika akan pergi entah kemana itu. Tapi ini tidak, menyapanya saja tidak. Meski biasanya tidak. "Arno" panggilnya pada sang Kakak yang asik dengan telpon genggamnya. Ia ingin sekali curhat pada Arno.
"Ar!"
"hm"
"aku mau cerita tentang--"
"tentang kau yang menolak cintanya Kevin, right?" ucap Arno memotong ucapan Emi. "keluarlah, aku ingin istirahat. Kau harus bisa menghadapi masalahmu sendiri mulai sekarang. Karena aku memiliki urusan sendiri" Emi tertohok mendengar ucapan Arno yang seakan mengusirnya secara halus.
"apa kau tak mau memeluk ku untuk membantu ku agar tenang?" tanya Emi mulai kesal.
"tidak. Ayolah Em, kau bukan anak kecil lagi. Kita sudah dewasa dan pasti memiliki masalah masing masing. Aku tidak bisa selalu ada di sisimu"
"apa Cintya lebih penting dari ku?" tanya Emi sengit. Sepertinya cinta yang Arno miliki untuk Cintya sedikit berlebihan hingga ia di acuhkan oleh kembarannya.
"ya, sangat" Emi tersenyum kecut mendengar jawaban Arno. Bahkan ia menjawab tanpa mau melihatnya dahulu.
Fine. Ia juga tak akan memperdulikan Arno lagi, ia keluar kamar Arno dengan perasaan yang semakin kacau. Bukannya tenang ia malah semakin berapi api.
**
Pagi harinya saat sarapan tak ada percakapan antara twins. Biasanya Emi mengucapakan selamat pagi atau mengulas senyum ramah pun kini entah hilang kemana buat Andra, Key dan Yelia heran.
Ada apa gerangan dengan si kembar ini, "Mom, Dad, Grandma. Aku duluan, ada kelas pagi. assalamualaikum" pamit Emi buat mereka keheranan.
"waalaikumsalam" jawab ketiganya layaknya bergumam.
"ada apa dengan kembaran mu?" tanya Yelia pada Arno. Arno mengendikan bahu tanda tak tau, "aku duluan" ucap Arno setelah selesai makan.
Arno keluar dan melihat Emi yang baru saja tancap gas ke kampus. "ada apa dengan anak anak?" tanya Andra pada Key.
"aku juga tak tau, kemarin mereka masih baik baik saja" jawab Key.
Sementara itu Emi tak sengaja melihat Arno mengambil arah yang berbeda dari arah yang biasa mereka lalui ke kampus. Mungkin dia jemput cewenya. Pikir Emi.
Setelah beberapa menit berkendara akhirnya dia sampai di kampus. Ia berjalan menyusuri lorong hingga kelas.
Kelas masih sepi karena ia hanya membual soal kelas pagi.
>>>>skip>>>>
Arno merasa ada yang janggal pada hari ini namun tak tau apa itu. Ia pikir pikir apakah ucapanya pada Emi semalam itu terlalu berlebihan? Saat istirahat ia melihat Emi sendirian. Tak ada teman wanitanya yang selalu disisinya, Emi pun hanya minum sambil memainkan ponselnya.
Ia melihat seseorang menghampiri Emi. Ahh ya, itu Ardi. Temannya Kevin.
"tumben sendirian lo?" tanya Ardi pada Emi buat sang empu mendongak. Ia menatap dingin Ardi, "pergi"
"lo ngusir gua? gua baru duduk loh ini. Bahkan belum pesen" ucap Ardi sewot. Apakah waktunya tak tepat untuk menemui Emi?
"gua gak peduli, lo pergi atau..." Emi menggantungkan ucapannya buat Ardi tak sabaran. "atau apa?"
Emi tak menjawab, ia malah bangkit dan pergi dari sana. "ehh! Emi!" panggilnya tapi tak di gubris oleh sang pemilik nama.
Sedangkan Emi, ia tak hanya pergi dari area kantin melainkan ia juga pergi meninggalkan area kampus. Tak peduli bila ia kena alpa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MONSTER KILLER [END]
Mystery / ThrillerYOUR DEAD IS MUSIC TO MY EARS itulah kata yang akan terlintas dibenak para penjahat ketika mendengar deritan suara benda tajam yang digesekan. The Monster Killer adalah pembunuh yang sangat menyeramkan dengan cara yang terlampau sadis. apalagi tatap...