Dalam setiap kesempatan, Kevin akan selalu berusaha menganggu Emi.
Emi, Zara dan Cintya. Mereka bertiga yang tengah asik makan harus berhenti. "gila sih, pembunuhnya makin jadi." decak Zara.
BRAKK!
"Hoy! lo yang di tengah" ujar seorang cowo menujuk Emi. Sedangkan yang di tunjuk tak bergeming dan asik makan. 4 cowo itu memperhatikan Emi dengan tatapan tajam. Zara dan Cintya juga tak berani menganggu Emi yang sedang makan.
"kalian dah selesai belom?" tanya Emi pada kedua temannya. Mereka semakin geram karena di kacangi. "LO!"
"apa?" tanya Emi santai.
"lo harus jadi pacar gua."
Fyuuhh~
Cintya dan Zara reflek menyemburkan air minum yang akan mereka telan. Niatnya agar tak takut malah hampir is death!
Selain ARVINDA, ada Dimas the geng yang juga terkenal. Mereka itu badboy-nya Kencana Bangsa.
'duren nomplok anjir, dah ada cowo trus di deketin sama Kak Kevin. Sekarang di tembak sama Kak Dimas.'
'stok cogan di embat dia semua'
'aku mundor alon alon mergo sadar aku sopo'
'dah lah kalah sebelum tanding'
'kenapa harus dia?'
'kalo lo gak doyan'
Emi memandang datar Dimas sementara Zara dan Cintya hanya bisa terbengong. "gua gak mau?"
"gua bilang harus!"
"gua gak mau, ya enggak!" bentak Emi. "kenapa? Karena lo udah punya pacar?" tanya Dimas tersenyum miring.
"paling cowonya kalah ganteng dari lo Dim," sahut Wayan.
"kalo itu udah valid no debat!" sahut Wisnu. Emi menatap dingin keempatnya. Saat akan pergi tangannya ditahan.
Dimas menarik Emi agar kembali ke tempatnya.
"ada apa wahay kawan?" sahut Ardi yang muncul dengan kedua sohibnya.
"kalo lo nembak Emi cuma karena taruhan mending cabut dari sekarang." ucap Kevin dengan gaya angkuhnya.
"emangnya lo siapa huh? Nyuruh nyuruh segala!" sentak Rangga.
Dimas dan Kevin saling berhadapan. Mereka saling menatap tajam seakan ini adalah ajang untuk merebutkan Emi. "gua tekanin sekali lagi, gua gak mau jadi pacar lo!" ucap Emi mulai marah.
Padahal baru beberapa minggu ia kuliah tapi emosinya sudah di kuras habis. Ini lebih menyebalkan dari pada harus mengintrogasi para kaparat itu! "ayo pergi." ucap Emi pada 2 sahabatnya.
Arno melihat kejadian itu dengan seksama. Saat adiknya hendak pergi untuk kedua kalinya ia ditahan oleh Dimas. Kali ini tak hanya Dimas namun Kevin ikut menarik tangan Emi.
'susah ya jadi cantik, selalu di rebutin'
'kalo jelek pun juga susah, gak ada yang mau'
'mau cantik atau jelek, gua bagian nonton'
'gua suka keributan'
Emi menyentak kedua tangannya sehingga genggaman 2 most wanted itu terlepas. Disaat itu lah Arno datang menggandeng tangannya. "jangan ganggu Emi." ucapnya memperingati.
Emi di tarik pergi namun masih sempat menoleh dan mengacungkan jari tengah pada Dimas. Zara dan Cintya ikut pergi dengan Emi. "denger enggak?! Jangan ganggu Emi!" sentak Kevin tak suka.
"dah ada yang punya bro." ucap Dani menepuk pelan bahu Dimas namun Dimas menepis tangan Dani dengan kasar. "dan lebih ganteng dia dari pada lo. Valin no bacod" timpal Ardi tersenyum mengejek.
Mereka pergi menyusul kepergian Emi dan Arno. Hingga mereka sampai di taman, dimana Arno tengah menenangkan Emi di pelukannya.
"udah diem. Masa nangis sih." ucap Arno mengurai pelukannya dan menghapus air mata Emi. "ini baru awal aku kuliah masa kaya gini? Ngeselin tau nggak!" ucap Emi kesal.
2 sabahatnya hanya bisa melihat itu dari kejauhan. "pengen punya cowo kek gitu." cetus Zara tanpa menyadari kehadiran kekasihnya. "ekhem." dehem Dani buat mereka menoleh.
"eh! Dani." ucap Zara gugup.
"kalo mau pacar yang kaya gitu ya silahkan. Sana cari yang baru." suruh Dani di gelengi oleh Zara.
"bercanda ih!" ucap Zara menghampiri Dani. Zara menguyel uyel pipi pacarnya yang sedang ngambek itu. "bercanda sayang."
Kevin memandang Emi dan Arno dengan tatapan sendu. Masih tak percaya bila ia mulai ada rasa pada Emi namun harus memendamnya karena Emi sudah ada yang punya.
**
Kevin duduk termenung di kursi balkon, dia menatap ke arah langit malam di temani sinar bulan. "gak nyangka gua malah suka sama lo Em"
"gua yang selalu di rebutin cewe dan kebal sama pesona mereka malah jatuhnya ke pesona lo... tapi lo udah ada yang punya." ucapnya tersenyum kecut dengan tangan yang tak bisa diam. Jemari kekarnya sibuk menyobek kertas yang sengaja ia ambil. Menyobek kertas adalah caranya melampiaskan kekesalan.
Seandainya Emi belum jadi milik Arno, ia pasti akan gencar mendekati Emi sampai jadi miliknya. Namun ia masih belum menyangka perihal sang Mama dan Mommynya Emi adalah sahabat dekat. "Kevin! Ayo makan malam!" teriak Lina.
"Iya Ma!" sahutnya sedikit berteriak. Ia segera turun menghampiri Mamanya. Ternyata sudah ada Papanya juga. "kenapa muka mu kusut kaya gitu?" tanya Lina sembari menyajikan makanan untuk suaminya.
Kevin menggeleng lemah, "gak ada Ma." jawab Kevin lemah. "makan dulu, baru cerita." titah Mario.
Mereka makan dengan khidmat tanpa ada gangguan. Setelah selesai, Mario menarik tangan Lina lembut ke ruang keluarga. Wajar saja, dia sangat mencintai Lina. Kevin juga ikut dengan wajah masih lesu. Sejujurnya jika boleh pun ia tak akan mau ikut makan malam. Namun ia menghormati Mamanya yang sudah memasak untuk mereka.
Meski banyak pembantu, namun urusan dapur Lina sendiri yang meng-hendle. "ada apa Kevin? Kenapa kau nampak lesu?" tanya Mario santai.
"tidak. Hanya tadi ada yang menganggu adik tingkat yang pernah menolong ku waktu hampir di rampok." jawabnya jujur.
"di rampok? Kapan!?" tanya Mario terkejud. "yang Mama cerita waktu itu lho Pa, masa lupa." sahut Lina.
Ia pernah cerita namun Mario mendengarkan sambil mengerjakan berkas kantor. "oh itu toh." sahut Mario mangut mangut.
"trus kenapa kamu jadi lesu?" tanya Lina memicingkan mata curiga. "Kevin... Kevin suka sama seseorang tapi..." kedua orang tuanya mendengarkan dengan serius sampai mencondongkan tubuhnya ke arah Kevin yang sedang sibuk memperhatikan kuku jarinya. "tapi apa?" tanya Lina penasaran.
"tapi udah punya pacar." jawab Kevin menghela nafas gusar.
Mario dan Lina saling menatap tak percaya. Apakah anaknya sedang jatuh cinta?
"kamu lagi jatuh cinta Kevin?" tanya Lina memastikan. "eung... Kayaknya." jawab Kevin.
Tiba tiba saja Mario terkekeh, "jadi hati kamu udah memilih siapa yang menempati tahtanya, tapi... dianya udah punya pacar"
"ish! Papa ih." kesal Kevin. "lagian aku juga baru tau tuh kalo Mama sama Papa itu dulunya menjabat sebagai ketua. Tapi ketua apa?" lanjutnya buat Mario gelagepan.
"dari mana kamu tau?" tanya Mario.
"dari Tante Keyla. Sahabatnya Mama." jawab Kevin acuh. "kamu ketemu sama Key?" tanya Mario terkejut. Sudah lama ia tak mendengar kabar tentang sabahat kecilnya itu, "di mall. Pas Mama pergi sama Kevin belanja." jawab Lina.
"jadi Papa ketua apa?" tanya Kevin lagi.
"basket." jawab Lina di angguki Mario.
Kenapa mereka berbohong? Karena mereka tak ingin bila Kevin ikut ikut masuk ke dunia malam dan terlibat dengan yang namanya geng motor.
Tbc.
Keknya author bakal slow update deh. Kuota memprihatinkan😅
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MONSTER KILLER [END]
Misteri / ThrillerYOUR DEAD IS MUSIC TO MY EARS itulah kata yang akan terlintas dibenak para penjahat ketika mendengar deritan suara benda tajam yang digesekan. The Monster Killer adalah pembunuh yang sangat menyeramkan dengan cara yang terlampau sadis. apalagi tatap...