TMK-17

307 26 1
                                    

Bonus\( ö )/

Doble up

Happy reading
.

.

.

.

Malam hari mereka tiba di indonesia, Cintya tersenyum samar mengingat ke khawatiran Arno. Mereka di bawa supir mengarah mension keluarga Giorda. Disana mereka di sambut oleh Key yang berdiri dengan bersedakep dada.

"masuk" titah Key pada mereka berempat lalu masuk duluan.

"Mom," panggil Arno.

"apa pelajaran yang kalian dapatkan?" tanya Key yang berdiri membelakangi mereka.

"maksudnya Mom?" tanya Emi tak paham. Ia mendudukan Kevin di sofa lalu mendekati Key.

"Mommy tau kalian sedang jatuh cinta" ucap Key buat Emi tersentak. Itu benar, ia saja yang terus menyangkal perasaan yang ada di hatinya. Sedangkan Arno ia merasakan ada yang salah tapi apa.

Dengan isyarat tangan, Key menyuruh anaknya duduk. "Emi, janganlah kau membohongi perasaan mu sendiri dan Arno jangan terlalu berlebihan terhadap rasa cintamu. Kau mendapatkan cinta itu tapi kau kehilangan adik mu" ucapan Key buat mereka diam. Hingga seseorang menyuguhkan air minum buat mereka menyadari, siapa yang menghidakannya.

"Lo!" pekik keduanya melihat Ardi dengan tatapan permusuhan. "apa lo?" tanya Ardi nyolot.

"Mommy dia--"

"Mommy tau," potong Key.

"dia anak didik Mommy" imbuhnya buat twins semakin terkejut. "ini rencana Mommy juga."

"apa!?"

Emi melirik ke arah Kevin dan Cintya yang terlihat kelelahan. Yang nampak bingung hanya Cintya seorang. Emi menjatuhkan katananya dengan raut wajah linglung. Sedangkan Arno masih kebingungan.

"tau ah aku capek" ucap Emi kesal.

Ia paham maksud mommynya tapi kondisi fisik dan mentalnya sedang lelah. "Kevin terlibatkan?" tanya Emi di jawab anggukan dan senyum kikuk.

"jadi kalian itu THE MONSTER KILLER?" tanya Cintya masih keheranan.

Hah, rasanya Emi ingin menangis saja. Candaan Mommy sangat tak lucu. Emi tak marah pada Key, ia masih terlampau kesal dengan sikap Arno tempo hari. "benar Cintya, Mereka THE MONSTER KILLER dan aku Alzel. Aku harap kalian berdua menjaga rahasia ini jika tak ingin dalam bahaya." tutur Key mampu buat Kevin dan Cintya menelan lidah dengan susah.

"b-baik tante"

"Mommy pokoknya aku pensiun, aku capek!" kesal Emi hampir menangis di buatnya. "iya, Mommy tau. Mommy juga pensiun yang sesungguhnya" jawab Key terkekeh.

Masalah penculikan selesai, Ketiganya di antar pulang. Sementara itu Emi masih saja mendiamkan sang Kakak buat Arno frustasi. Saat makan malam pun Emi hanya makan sedikit lalu pergi ke kamar. Yelia dan Andra tau apa penyebabnya tapi mereka tak akan membantu karena itu ulah Arno sendiri. Key juga menceritakan tentang scenario penculikan yang ia buat juga keinginannya untuk berhenti membunuh.

Ceklek.

Pintu terbuka dan Arno masuk ke kamar sang adik dengan perlahan. Ia mendekat ke arah ranjang, ternyata sang adik sudah memejamkan mata dengan selimut menutupi tubuhnya sebatas leher. "Emi... kakak tau, ucapan kakak waktu itu salah. Kakak buta karena cinta. Tapi kakak bersyukur berkat rencana Mommy, kakak jadi sadar" ucap Arno memandang lekat wajah damai Emi.

Tutur kata Arno maupun Emi akan berubah lebih lembut saat keduanya memiliki kesalahan dan meminta maaf. Bicara dengan aku - kau saat mereka di rumah dan kondisi akur. Lo - gua mereka gunakan saat di lingkungan pertemanan atau saat mereka sedang bermusuhan.

"kakak harap adek mau maafin kesalahan Kakak yang fatal ini" ucapnya sembari menghapus air nata yang akan menetes. Ia mengusap lembut pucuk kepala Emi kemudian menciumnya dengan penuh kasih sayang, "kakak tunggu maaf mu" ucapnya setelah mengecup pucuk kepala sang adik kemudian ia pergi.

Jika kalian pikir Emi pura pura tidur, kalian salah. Karena Emi benar benar tidur. Ia sangat kelelahan.

**

"Emiiii" panggil Arno dengan manjanya. Ia sedang berusaha membujuk adiknya. Tapi sedari tadi ia di acuhkan.

"Emi" panggil Yelia lembut.

"ya Grandma?" sahut Emi cepat. Arno mendengus kesal karena Emi fast respon pada neneknya dari pada dia. Mereka sarapan hanya bertiga karena Andra sudah pergi ke kantor . Andra menghadiri rapat sedangkan Key merekap ulang data perusahaan setelah di pindah pusatkan.

"aduh lupa, tadi mau ngomong apa" ujar Yelia sambil menggaruk kepalanya. Emi terkekeh ringan, "nanti aja ya Grandma kalo inget. Emi mau berangkat dulu" Yelia mengangguk. Melihat Emi bangkit, Arno buru buru menyelesaikan sarapannya dan segera menyusul Emi ke depan.

"Emi berangkat bareng yok!" ajak Arno tak di hiraukan oleh Emi. Dia malah sibuk memanasi motornya kemudian mulai melaju saat melihat Arno mendekat.

"dek tunggu!" jerit Arno.

Bila biasanya Emi yang cerewet kali ini malah Arno yang cerewet. Sepertinya sifat mereka tertukar!

Sampai di kampus pun masih saja sama, Emi semakin gencar menghindari kakaknya Arno. Bila biasanya Arno tak perduli jika Emi berjalan mendahuluinya kali ini ia malah buru buru untuk menyusul Emi dan menyamakan langkah mereka, "tungguin sih, dari tadi di panggil gak denger apa?" cibir Arno membenarkan posisi tasnya, "bisa diem gak? Berisik sumpah!" kesal Emi meninggalkan Arno begitu saja.

Arno menghela nafas kasar, sefatal ini kah hingga Emi sulit memaafkannya?

"apa Cintya lebih penting dari ku?"

"ya, sangat."

Mengingat kedua kalimat itu buat ia semakin menyesal.

**

Pulang kerja Key mendapati beberapa kendaraan terparkir di depan mension. Lantas ia masuk tanpa rasa curiga. Jika memang ada tamu kenapa hanya ada keheningan?

Ia masuk dan ia terpaku melihat 4 sosok laki laki yang berperan penting dalam hancurnya kebahagiannya, dan ia melihat Mamanya yang hanya diam.

"maman, ça va ?"
(Mama gak pa-pa kan?)

"je vais bien"
(gak pa-pa)

Key menatap keempatnya santai namun tersirat kebencian dan luka dalam tatapan itu. "to the point. Apa mau kalian ke sini?" tanyanya santai.

"kami... kami mau minta maaf sama kamu Key," ujar Aldo.

"kami tau kalo kesalahan kami gak kecil, kami harap kamu mau maafin kami" imbuh Leo.

Key diam beberapa saat, "kamu boleh hukum kami tapi pleace maafin kami" ucap Vero mengatupkan tangan memohon. Yelia memalingkan wajahnya saat air matanya menetes. Sedangkan Ridwan sedari tadi tak bisa melepaskan pandangan dari sosok wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. Ia terus menatap Yelia dengan tatapan rindu.

Hening.

Key diam tak merespon hingga suara gaduh penghuni lain yang baru pulang menarik perhatian mereka semua. Tak terkecuali Ridwan.

"hei Emi, listen me. Emiii!" ucap Arno berusaha menggapai tangan Emi tapi gagal. Mereka menyadari bila ada tamu pun langsung berhenti di tempat. Menatap nyalang para tamu itu, "masuk kamar" titah Key langsung di laksanakan oleh keduanya.

"apa mereka itu--"

"shut up!" sentak Key menghentikan ucapan Ridwan. "silahkan kalian keluar"

Kembar 3 juga Ridwan menatap Key tak percaya, "aku maafkan dan segera pergi dari hadapan ku" ujarnya menahan sesak.

Berat memang, tapi ia ingin menepati ucapannya sendiri yang ia ucapankan beberapa waktu lalu setelah kematian Zodic. Yelia tersenyum samar.

Ia tau anaknya itu berhati besar dan tak egois. Sementara mereka berempat entah harus bereaksi apa, antara senang dan sedih. Ucapan Key seakan meminta mereka untuk menjauh tuk selamanya.

"terimakasih Key, maaf mu berarti buat kami" ucap Leo tersenyum senang.

"segera pergi, sebelum aku berubah pikiran" ucapnya dingin sembari memalingkan wajahnya agar tak bersitatap dengan mereka.

Tbc...

THE MONSTER KILLER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang