TMK-19

309 29 3
                                    

Sesuai ucapannya kemarin, kini Key berada di perjalan menuju kediaman Ardalea. Dia membawa perlengkapan sang Mama dalam 1 tas berukuran sedang. Ia mengantar Yelia dengan mobil yang ia sopir sendiri, sedang ingin saja untuk menyetir mobil.

Tak ada percakapan diantara mereka, karena fokus dengan pikiran masing masing. Dia juga sengaja mengantar Yelia saat hari menjelang sore, pasti kembar 3 sudah pulang kerja. Soal Ridwan? Dia sudah tak bekerja lagi karena perusahaan di teruskan oleh Aldo sementara Vero dan Leo memiliki perusahaan sendiri sendiri.

"Mama kalo di sana terjadi hal yang sekiranya gak mengenakan langsung aja hubungi Key. Biar langsung aku jemput pulang" ucap Key saat mobil mulai dekat ke sekitaran rumah dimana kakak dan Papanya tinggal.

"iya Key, pasti. Mama paham" sahut Yelia.

Mobilnya berhenti tepat di pekarangan rumah. Ia turun disusul Yelia yang ikut turun. Key beralih ke jok belakang tuk mengambil tas Mamanya. Kebetulan pintu rumah terbuka lebar, jadi ia tak perlu susah susah memanggil sang tuan rumah.

Yelia dan Key berjalan beriringan. "ekhem" dehemnya saat masuk.

Leo yang melihat kedatangan mereka pun berhenti melangkah, sedangkan Varo, ia langsung berdiri. Dalam sekejap penghuni rumah langsung berkumpul. "Mama... Keyla" ucap Leo dengan mata berbinar dan bibir yang menyunggingkan senyum hangat. Senyum yang tak pernah di perlihat sang kakak padanya, biasanya senyum devil dan senyum remeh yang ia lihat. Ia pun memalingkan wajahnya saat mereka tersenyum padanya.

"Bibi Keyla?" ujar Fransiska memanggil Key yang ia kagumi dan juga sayangi. "Mama bakal nginep di sini. Minggu depan gua bakal jemput" ucapnya cuek sambil mengulurkan tangan memberikan tas tadi pada Vero.

Tentu mereka senang mendengarnya, Yelia mengulas senyum hangat menatap rindu putra kembarnya. "kalo kamu gim--"

Key berbalik menghadap Yelia, "Mama baik baik disini, inget ucapan Key tadi" ucapnya memotong ucapan salah satu iparnya.

Yelia melangkah menghampiri putra kembarnya. Mereka pun menitihkan air mata sambil memeluk sosok ibu yang mereka rindukan. Key lagi lagi memalingkan wajahnya saat melihat pemandangan yang mengharukan itu, ia merasakan air matanya akan menetes. Gelagat Key tak luput dari perhatian Papa juga 3 ponakannya.

"jaga baik baik Mama selagi di sini, sampe Mama kenapa napa... I promise to kill you" ucapnya berbalik dan melangkah keluar.

"Key" panggil Yelia buat langkahnya terhenti. Dia berbalik dan melihat Yelia yang hampir menangis berjalan ke arahnya. Ia menyambut Mamanya dalam pelukannya, "makasih udah izinin Mama ke sini" ucap Yelia sambil terisak.

"shhttt... Jangan nangis Ma, kan Key udah bilang kalo apapun yang buat Mama bahagia Key bakal lakuin itu. Meski Key... Harus bertaruh nyawa" ucapnya mengurai pelukannya. Tangannya bergerak halus menyapu pipi Yelia yang basah akibat air mata.

Key... Kakak juga pengen peluk kamu, kakak kangen kamu. Maaf gak pernah bisa bahagian kamu. Batin Leo menghapus air matanya yang menetes.

Yelia menatap Key bangga. Ia sangat bangga akan sifat yang Key miliki. Meski Key itu pemarah, Key sangatlah berhati mulia. Dia sangat sensitif dengan apapun yang berkaitan dengan dirinya, anak dan suaminya. Key tidak egois, meski dia terluka dan marah. Ia tetap mengizinkannya pergi ke sini.

"aku pulang ya Ma, pasti anak anak sama Andra nyariin aku. Pokoknya kalo terjadi apapun segera kasih tau Key" Yelia mengangguk paham.

Kini tatapan Key beralih pada tuan rumah kediaman Ardalea. "jaga Mama, awas aja kalo bikin Mama luka atau pun nangis. Gua gak akan segan berbuat lebih dari apa yang kalian lakuin kalo itu terjadi" ucapnya memperingati mereka semua. Yelia mengusap pelan tangan Key yang sangat sensitif juga protektif,

"kita gak bakalan nyakiti Mama Key, kita bakal jaga Mama. Kamu bisa pegang omongan kakak" ucap Leo menatap sendu juga rindu pada Key. Begitupun Vero dan Aldo.

Yelia kembali masuk sementara Key kembali berbalik ke arah mobilnya, "gua gak punya kakak" ucapnya pelan sebelum pergi menuju mobil.

Ucapan Key mampu membuat ketiganya diam, sakit dan sesak. Itu yang mereka rasakan kala Key tak mengakui mereka. Sebenarnya itu salah mereka sendiri yang tak mau mengakui Key dulu. Bahkan mereka tak segan memukul Key yang memanggil mereka kakak saat masih berusia 7 tahun.

"kalian kehilangannya, sosok adik yang kalian dambakan... Hilang akibat ulah kalian" ucap Yelia menatap nanar putra putranya.

Seketika lutut mereka lemas buat ketiganya jatuh berlutut dihadapan Yelia, "Mama maafin kita yang gak bisa nepatin janji buat jagain Keyla" kompak mereka bertiga terisak kembali.

Istri dan anak mereka pun ikut menangis melihat kerapuhan ketiganya. "berdiri... Dengan kalian nangis gak akan mengembalikan apapun yang ilang" titah Yelia terdengar parau.

"ini semua salah ku juga, aku termakan dendam karena ayah mertua yang gak ngijinin aku buat jenguk maupun nemuin kamu Yel," ujar Ridwan menunduk dalam.

Yelia menggeleng pelan, tak habis pikir. Suaminya dendam pada ayahnya namun melampiaskannya pada sang putri. Saat ia mengandung Keyla, dia sangat berharap bila putrinya tak akan jadi sepertinya maupun Ayahnya. Sulit memang, meski sebelumnya Key tak tau bila dirinya memiliki darah keturunan mafia, tetap saja lingkungan dan keadaan menuntun Key ke arah kegelapan.

Dan gilanya lagi, menantunya juga seorang mafia. Ia juga baru tau dari Key bila keluarga Giorda juga memiliki darah keturunan mafia.

"biarkan waktu yang memperbaiki segalanya, meski... tidak mungkin bisa menyembuhkan luka hatinya Keyla" ucap Yelia mendekati suaminya.

Aldo dan Vero akhirnya menarik Yelia ke arah kamar atas, agar Yelia bisa beristirahat.

**

Di perjalanan pulang, Key menyetir dengan satu tangan karena tangan lainnya ia gigit untuk meredam kesedihan yang membuncah. Perlahan tapi pasti, air matanya menetes.

Ia tak ingin Andra tau bila ia sedih, buru buru ia mengahapus air matanya. "selagi Mama bahagia, aku bakal lakuin. Entah kenapa, aku rasa hidup ku gak akan lama lagi" gumam Key menyugar rambutnya ke belakang.

Sampai di mension, ia bergegas membersihkan diri. Mumpung Andra belum pulang. "Mommy, Grandma kemana?" tanya Emi tiba tiba.

Key berbalik menatap Emi sejanak, "Grandma... nginep di rumah keluarga Ardalea selama seminggu"

"loh kok Mommy izinin?" tanya Emi tak suka, "kamu inget kan, kalo mereka berani dateng dan minta maaf, Mommy bakal izinin Grandma kesana"

Emi mengangguk pasrah, ada rasa tak rela membiarkan neneknya disana.

__

Malam harinya Emi melihat Key menangis dalam pelukan Andra di balkon, meski sayup sayup. Ia bisa mendengar jelas betapa memilukan tangis sang ibu.

Ia tak kuat meski hanya membayangkan penyiksaan yang Key terima. Tanpa sadar ia ikut meneteskan air matanya. Tanpa aba aba, ada seseorang yang membalik tubuhnya hingga membuatnya masuk dalam pelukan. "nangis aja sepuas mu" bisik Arno mengusap pelan punggung Emi.

Hari ini, langit malam bertabur bintang tanpa sinar rembulan. Jadi saksi, untuk seorang Keyla yang berusaha membahagiakan orang lain meski ia harus menahan sakit yang teramat menyiksa batinnya.

Tbc...

THE MONSTER KILLER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang