TMK-11

434 40 1
                                    

Karena Key dan Andra tak di rumah, malam ini mereka berdua pergi ke markas Golden.

Arno memandang datar wujud Vernon yang tak berbentuk. Sangat menyeramkan.

"kau terlalu lama menyiksanya Emi." ujar Arno bangkit dari kursinya. Diambilnya besi panas yang terdapat lingkaran di atasnya. Itu adalah besi untuk memberi cap pada anggota baru yang terpilih dari Mafia geng yang di kalahkan. Arno mendekat ke arah Vernon dan Emi menyingkir.

ARGHHHH! AMPUN!

Teriak Vernon kala besi itu mengenai luka katana yang Sila pernah buat. Luka itu belum sembuh karena Emi tak biarkan itu sembuh. "akhh--aku muak, hei ambil kan katana milik ku!" ucap Emi marah.

Salah satu anggota Mafia Golden pergi mengambilkan apa yang Emi minta. Setelah ia dapatkan apa yang ia inginkan. Emi mendekati Arno yang menyiksa Vernon dengan besi panas.

Jeb!

Emi menusuk ke arah jantung Vernon dengan perlahan. Perbuatan mereka berdua buat Vernon menggelinjang kesakitan. "you death is music to my ears" desis Emi sembari mencabut katananya. Namun sebelum benar benar tercabut ia kembali menusuknya hingga Vernon mati.

"buang ke tempat biasanya." titah Emi dengan malas. "tidak, buang ke laut." ralat Arno.

Mereka pergi dari sana dan memutuskan untuk pulang saja. Emi mengendarai motornya dengan kecepatan penuh untuk meluapkan kekesalannya. Arno yang khawatir pun menambah kecepatannya untuk mengimbangi Emi.

"bukannya itu Emi?" gumam Kevin yang tak sengaja melihat motor Emi melesat begitu kencang.

Sesampainya di rumah, mereka segera masuk dan Emi pun langsung menghempaskan diri ke sofa ruang tamu. "kau ingin tiada huh?" tanya Arno sengit buatnya ditatap tajam oleh Arno. "bukan urusan mu!" ketus Emi.

"kau ini kenapa? Apa ada yang kau sembunyikan dari ku?" tanya Arno kesal dengan satu alis terangkat.

"entahlah! Aku seperti ingin menangis, marah tapi aku tak tau sebabnya. Aku... aku muak dengan semua ini, aku ingin bertemu Mommy." ucap Emi dengan suara yang melemah di akhir kalimat.

**

"apakah anak anak akan baik baik saja?" tanya Andra duduk sambil meletakan minuman miliknya.

Key menoleh pada suaminya dan berkata, "mungkin. Aku hanya ingin mereka mandiri. Umur mereka sudah 21 tahun tapi bila terus bergantung pada orang tuanya bagaimana jika nanti mereka berkeluarga?"

Andra mengangguk paham,"sekarang ceritakan tentang anak anak saat masih kecil." suruh Andra.

"for what?" tanya Key bingung.

"aku kan ingin tau, aku tak menyaksikan pertumbuhan anak anak ku saat itu." ucap Andra memelas. Key memutar bola mata malas, "salah siapa bertidak tanpa berfikir. Bahkan kau sudah 2 kali seperti itu."

"y-ya kan aku sudah terlampau kesal dan panik, jadi selalu nething. Mana kamu gak bilang soal Rocki sama aku."

"kau saja yang bodoh." maki Key

Andra memberengut kesal, ia pun memalingkan wajah ke arah lain sedangkan Key, ia memilih menonton acara tv. Saat ini mereka ada di London untuk urusan Andra. "Key~"

"baiklah." pasrah Key.

Andra tersenyum senang, "ceritakan sifat mereka sewaktu kecil." titahnya antusias dengan mata berbinar.

"sifat mereka jauh berbeda dengan yang sekarang. Arno itu hiperaktif sedangkan Emi sangat suka tidur atau berenang. Arno selalu ingin tau tentang banyak hal sedangkan Emi, cenderung meniru apa yang ia lihat. Namun Emi akan tertawa aneh kala melihat sesuatu yang berbau romance. Sifat mereka sekarang itu sangat berbeda. Bila Arno sekarang itu pendiam dan dingin dulu ia sosok anak yang ceria dan cerewet. Emi pun sebaliknya, Dulu ia pendiam dan Hobi tidur jika sekarang? Sangat cerewet dan seperti kelelawar, sulit tidur malam." ucapnya menceritakan sedikit tentang anak anaknya.

Tak ada respon dari Andra buatnya menoleh, ternyata Andra tertidur. "apa kau begitu lelah sayang?" tanyanya tersenyum geli melihat Andra. Ia benarkan posisi Andra agar tak pegal saat bangun nanti. "apakah cerita tentang anak mu bagai dongeng bagi mu?"

Key menepuk pelan pipi Andra buat sang empu terusik. "pindah kamar yok," ajaknya saat mata Andra terbuka. Andra tak menjawab namun ia mengangguk.

Key membantu Andra berjalan ke kamar lalu menidurkannya di kasur secara hati hati. "temani aku." pinta Andra mengulurkan tangannya saat Key akan beranjak Pergi. "baiklah"

Key ikut berbaring di sebelah Andra. Andra pun langsung memeluknya dengan erat. Key menatap Andra yang berada di pelukanya, mendusel di lehernya mencari posisi nyamannya. "kiss" ucap Andra dengan mata terpejam.

Inilah permintaan Andra sebelum tidur jika tak di beri pasti akan merengek terus sampai ia dapat apa yang ia ingin kan. "tidak kali ini." tolak Key. Sekali sekali mengerjai Andra tak apa kan.

Andra membuka matanya yang ternyata sudah berbinar akibat air mata, "Key~" Keyla menggeleng sambil mengusap palan kepala Andra.

"pleace... Give me a kiss" pintanya dengan memohon layaknya anak kecil minta permen. "no."

"okay." jawab Andra pelan melepas pelukannya perlahan. Key tak menyangka bila Andra akan merespon seperti ini.  Andra jelas ngambek padanya. "hanya bercanda..." ucapnya terkekeh ringan sambil mencium pelan bibir Andra.

"gak mau." tolak Andra memalingkan wajahnya ke samping. "aku bercanda sayang," Key mendekati Andra kemudian memeluknya. "gak lucu!"

"iya iya, maaf." ucap Key sedikit menyesal. "kiss lagi" pinta Andra manja.

Key terkekeh kemudian menciumnya lagi. "ulululu manjanya suami ku." gemas Key mendusel pada Andra

"apaan sih!" kesal Andra berusaha menghindar dari serangan Key. Antara senang dan gengsi untuk menunjukan rasa senangnya saat Key mengodanya dengan mengatakan 'suami ku'

"malu malu kucing ihh!" sindir Key terkekeh.

"ishh! Enggak ya!"

"macacih" goda Key tertawa lepas.

"Key udah ih! Suka banget godain aku." ucapnya dengan suara teredam. Ia mengeratkan pelukannya karena ia yakin bila wajahnya sudah memerah.

Tbc.

Jawab jujur yok readers.

Suka bagian penyiksaan atau bagian yang damai damai aja?

THE MONSTER KILLER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang