TMK-21

347 25 8
                                    

Bila Arno dan Cintya sudah jadi pasangan, belum dengan Emi yang ingin menjalani hubungan yang biasa saja tanpa ada ikatan diantara mereka. Hatinya belum mantap menetapkan Kevin sebagai pemiliknya, dan ia tak ingin melakukan apa yang bukan jadi kehendak hatinya.

Selagi hatinya masih bisa merasa, ia ingin menggunakannya sebaik mungkin. Ia takut hatinya mati rasa dan melakukan apapun hanya dituntun logika. Kadang kadang logika itu penting, tapi peran perasaan sama pentingnya dengan logika.

Keinginannya untuk berhenti membunuh pun belum pasti. Mungkin hanya istirahat sejenak sebelum mengayunkan katana lagi.

Cinta, kebencian, kehidupan dan kematian. 4 hal yang berbeda namun hampir sama. Sama sama akan terjadi namun dalam aspek yang berbeda. Ia ingin istirahat sejenak dari rutinitas gelapnya hingga tiba saatnya ia harus benar benar berhenti hingga ajal menjemputnya. Kalian tau? Oma Zo meninggal karena serangan jantung. Tak pernah terfikir olehnya bila Oma yang selalu nampak sehat akan mengalami kematian karena serangan jantung.

Memang tak ada yang tau rahasia yang maha kuasa. Salah satu orang yang ia sayangi sudah berpulang. Tujuan utamanya berhenti sejenak karena ingin menghabiskan waktu dengan orang orang yang ia sayangi. Akhir akhir ini ia merasakan akan ada yang hilang dari hidupnya, dan itu buatnya gundah gulana.

Melihat Momnynya yang menangis dalam pelukan Daddynya mampu buat hatinya terenyuh. Tiba tiba saja hatinya terasa sakit, seakan ditikam dengan belati tajam.

Kali ini, pikirannya hanya terpaku dengan satu hal. Dan itu adalah...

Kematian.

Sementara itu jauh di sana, Zag marasakan sesuatu yang menakutkan baginya. Lagi lagi ia merasakan ketakutan yang sama, seperti saat saat terakhir istrinya. Tapi kali ini ia tak tau siapa yang akan pergi berpulang pada sang pencipta.

Sedangkan itu, Yelia. Ia meminta Leo menemaninya berdua di kamar Key di rumah itu. Kamar yang menjadi saksi bisu tangis dan derita Keyla disana.

Yelia menyapu pandangan ke sekitar ruangan hingga ia tertarik ke salah satu meja kecil di sudut. Ia mendekat kesana dan menemukan jepit rambut dengan hiasan berbentuk bulan. "ini kan punya Mama" gumam Yelia mengangkat jepit rambut itu ke hadapan Leo.

"selama ini, Key nyari tau semua tentang Mama. Dia juga ziarah ke makam yang ternyata palsu" jawab Leo tersenyum tipis. Ia ikut mengedarkan pandangan, menelisik isi ruangan yang tetap sama meski sedikit berdebu.

Yelia membuka salah satu laci pada meja tadi. Ia menemukan sebuah liontin yang juga miliknya. Dan di laci terakhir ia menemukan sebuah buku. Buku harian berukuran kecil.

Ia buka satu persatu halaman buku itu dan ternyata tak ada tulisan apapun hingga sampai pertengahan ia melihat coretan berisi harapan yang teramat menyakitkan.

Raga maupun batin ku lelah, aku harap bisa mati dengan senyuman

Hanya tulisan itu yang mengisi buka harian kecil itu, "seberapa parah kamu menyiksa Keyla hingga dia berharap mati" tangis Yelia kembali luruh. Tak bisa ia bayangkan bagaimana derita Key selama dirumah ini. Leo hanya mampu membisu, ia tak mampu berkata apapun lagi.

Perbuatannya memang keterlaluan, apakah ia masih pantas disebut kakak?

**

"Emi" panggil Zara buat Emi menoleh, "napa?"

"lo makin lama makin deket aja sama kak Kevin" goda Zara menik turunkan alisnya. "sabagai sahabat" jawab Emi malas.

THE MONSTER KILLER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang