Debora menguap lebar dilanjutkan menjatuhkan kepalanya di kasur empuk kamar Zalva. Freya dan Sam sibuk mengotak-atik potongan-potongan huruf scrabble yang sedang mereka mainkan. Dari tadi ketiganya menunggu tuan putri mereka, Zalva, yang masih berkutat di kamar mandi entah apa yang dilakukannya.
Mereka semalam sudah bersepakat untuk jalan-jalan sebentar sekedar refresing. Janji berkumpul di rumah Zalva jam Sembilan pagi, berakhir harus membangunkan putri tidur yang masih terlelap. Harusnya mereka tidak lagi kaget karena Zalva memang selalu seperti itu.
"Lama banget, heran gue jangan-jangan lo titisan putri Solo," tegur Debora ketika Zalva keluar dari kamar mandi.
"Ngeluh mulu lo!" sahut Zalva tanpa rasa bersalah.
"Ngeluh lah, anjir! Udah diingetin dari kemaren, kita sampe, udah harus siap, langsung berangkat. Bilang iya, nyatanya masih molor!" Debora yang paling ngegas urusan ini, karena sebenarnya ia tipe yang selalu rapi dan hidup sesuai jadwal, berbeda dengan Zalva yang cenderung fleksibel dan ngikutin alur.
"Iya, iya. Sorry deh, kebiasaan kalau Sabtu. Ayo berangkat!" Zalva memperhatikan ketiga temannya dan kegiatan yang mereka lakukan. Padahal Zalva sudah siap berangkat, Debora malah masih berguling-guling di kasurnya, sedangkan Freya dan Sam masih sibuk dengan beberapa huruf scrabble yang tersisa.
"Katanya berangkat sekarang!" teriak Zalva kesal. Debora segera berdiri, Freya dan Sam juga segera mengemasi mainan mereka.
"Nggak usah teriak-teriak cintaaa," ujar Freya sambil merapikan bajunya.
"Gue udah nggak kaget kalau pas sampe sini menemukan wujud manusia ingkar lambe, cenderung udah mengira bakalan seperti itu, sih," tambah Sam dengan percaya diri dan nada tenang.
"Gue minta maaf guys, serius gue nggak kebangun tadi. Gue traktir deh, nanti," tawar Zalva yang tentu saja disambut sorakan senang hati ketiga temannya.
"Oke, let's go kawan-kawan!" teriak Debora semangat, mereka bergerak meninggalkan kamar Zalva menuju tempat tujuan mereka hari ini.
***
Zalva melangkahkan memasuki pekarangan rumah, masih diselingi tawa-tawa kecil bersama ketiga kawannya. Iya, mereka bertiga berencana menginap di rumah Zalva, ditambah Shireen tentu saja.
"Mobil siapa, Zal? Ada keluarga lo, ya?" tanya Freya melihat mobil tipe LCGC warna biru langit terparkir di samping motor Alfa.
"Nggak tau, sih. Masuk aja dulu," mereka berempat melangkah masuk ke dalam rumah Zalva. Tak lupa Zalva dan Debora mengucap salam menandakan kepulangan mereka di rumah itu.
"Waalaikumsalam! Zal lo bawain pesenan gue?" tentu saja Alfa yang baru saja menjawab salam, jangan lupakan teriakan meminta coffee latte dan chicken pop pesanannya.
"Teriak-teriak mulu lo! Sobek beneran tu- eh!" ucapan Zalva terhenti melihat cowok yang duduk di samping Alfa, memegang stik ps dan menatapnya sambil tersenyum.
"Apa kabar, Tuan Putri?" sapanya halus. Dan diikuti makian Alfa sebagai kakak dari yang disebut 'Tuan Putri' tak lupa toyoran di kepala dari cowok lain yang duduk disampingnya.
"Apaan, dah, lo! Punya gue Bangsat!" sudah dapat diduga bukan, Alditto.
"Apaan, sih, Anjir! Emang lo pacarnya? Bukan!"
"Berisik bangsat!" begitulah cara Alfa melerai, umpatan memang yang terbaik dan paling efektif.
"Baik, Bang Aska apa kabar? Lama nggak kesini, Zalva kangen tau!" Zalva mendekat ke meja ruang tengah, meletakkan satu gelas coffee latte dan seember chicken pop. Tersenyum cerah sambil menatap Aska, kakak Ditto.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHALAVA
Teen FictionZalva benci diikuti seperti ini. Namun Alfa, kakaknya, sangat ingin menjaga Zalva selama di SMA. Sayangnya Alfa baru saja lulus saat Zalva masuk SMA. Akhirnya Alfa memberikan perintah kepada adik kelasnya, Ditto, untuk menjaga Zalva selama di sekola...