Drama yang terjadi berkaitan siswa baru kelas 10 IPS 3 sudah berakhir. Setidaknya emosi Shireen ketika melihat wajah Sam tidak lagi meledak seperti ketika dengan tegas dia mengatakan Sam 'cewek tidak tau adab' beberapa hari lalu. Hanya Shireen, kalau Debora dengat tegas masih menyatakan dan memperlihatkan kebenciannya.
"Guys! Minta perhatiannya bentar, dong!" teriakan Yoyo di depan kelas cukup mengganggu para siswa yang masih memanfaatkan waktu senggang antara pergantian jam pelajaran.
"Jomblo lo! Cari perhatian terus!" ketus Ray, cowok di sisi lain kelas yang sibuk push rank dengan kawan-kawannya.
"Yo, di kelas nggak ada yang tertarik sama lo! Caper di tempat lain aja!" sambung Bobi yang sama-sama sedang sibuk bermain game di ponselnya.
"Semampus lo aja deh! Gue cuma mau ngasih tau, pelajaran matematika hari ini kosong dulu. Pak Febri ada bimbingan sama kelas dua belas. Kita disuruh diskusi ngerjain soal di LKS halaman 60 sampe 78 tapi dibagi jadi 7 kelompok. Nanti jawabannya di tukerin sama kelompok lain," jelas Yoyo yang diikuti sorakan bahagia seluruh siswa.
"Kelompoknya gimana, Yo?" tanya Zalva setelah euphoria jam kosong selesai.
"Nah, itu. Enaknya gimana? Gue ngikut aja."
"Bebas aja lah!"
"Iya bebas aja!"
"Absen aja, Yo!"
"Enakan bebas anjir!"
"Bebas aja lah, Yo!"
"Ya udah! Bebas aja! Yang penting isinya 5 orang. Eh, engga, berarti sekarang ada satu kelompok yang 6 orang. Bagiannya udah gue bagi di grup. Kumpulin Senin depan, tukerannya di grup aja," Yoyo kembali mendudukkan diri di meja pojok depan dekat pintu dengan Wildan. Ia kembali ikut teman-temannya yang lain bermain game setengah tidak peduli dengan tugas yang tadi diberikan.
"Gue males!" Freya menjatuhkan kepalanya di meja. Menunjukkan ia sangat tidak ingin mengerjakan tugas itu.
"Kantin aja boleh nggak sih?" kini Zalva jadi ikut malas.
"Kantin aja lah, yuk!" ajak Shireen yang langsung diangguki semua.
"Kalo Kanjeng Ratu udah dawuh suruh ke kantin aja, mending cepetan dilaksanakan kawan! Takutnya nanti kena marah," Debora berdiri, ia mulai melangkahkan kaki keluar kelas, yang tentu diikuti Zalva, Shireen, dan Freya.
"Lo pada mau kemana?" tanya Yoyo tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Kantin. Kenapa? Mau ikut lo?" jawab Freya saat berada tepat di depan meja Yoyo.
"Ooh. Beliin gue ciki."
"Males anjir! Beli sendiri!"
"Kelompoknya udah?" tanyanya lagi.
"Bacot banget, sih, lo! Sisain aja satu nanti masuk kelompok gue!" kata Shireen yang selalu berhasil membungkam mulut lemes Yoyo itu.
"Serem amat!"
***
"Gimana, nih? Gue males banget kalo harus satu kelompok sama dia," keluh Debora sepulang sekolah.
Tadi, saat kembali dari skip mereka di kantin, Yoyo memberi tahu Zalva, Shireen, Debora, dan Freya kalau siswa yang satu kelompok dengan mereka adalah Sam, si anak baru. Sontak Debora mencak-mencak tidak terima. Ia bahkan sempat menendang Yoyo saking kesalnya. Zalva dan Freya juga ikut berulah. Intinya, Yoyo yang jadi sasaran.
"Ya udah, mau gimana lagi," Zalva adalah yang pertama menerima diantara mereka bertiga. Kalau Shireen, ia selalu kalem seolah itu bukan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHALAVA
Teen FictionZalva benci diikuti seperti ini. Namun Alfa, kakaknya, sangat ingin menjaga Zalva selama di SMA. Sayangnya Alfa baru saja lulus saat Zalva masuk SMA. Akhirnya Alfa memberikan perintah kepada adik kelasnya, Ditto, untuk menjaga Zalva selama di sekola...