#17_2

8 0 0
                                    

   "Mau nyari siapa?" semua masih sibuk menertawakan kebodohan Ian dan Shireen ketika tiba-tiba Ditto berdiri dan 'menyapa' cowok berjaket kulit hitam yang baru saja datang dan kini berdiri tepat di depan Sam.

"Mau cari Samantha," cowok tadi mengambil tangan kiri Sam, menariknya berdiri. "Ayo, Sam!"

Sam menahan sedikit langkahnya, lalu bergerak menurut. Zalva dan teman-temannya menangkap gelagat tidak nyaman Sam. "Bentar, gue ngomong bentar sama Sam sebelum lo ajak pergi," tahan Zalva sebelum keduanya benar-benar menghilang.

"Nggak bisa, gue buru-buru." jawab cowok tadi tanpa menoleh ataupun berhenti melangkah.

"Sam nggak mau pergi sama lo, kenapa lo maksa!" Debora bergerak cepat menarik tangan kanan Sam. Cowok tadi, yang tidak siap dengan gerakan tiba-tiba Debora, terkesiap ketika Sam sudah berada di belakang tubuh Debora.

"Gue ada perlu sama Samantha. Kalian nggak usah ikut campur!" bentaknya sambil berusaha membawa Sam lagi. Tentu saja tidak dibiarkan oleh Debora.

"Lo apaan, sih, anjir! Lo ada urusan apa sama Sam!" teriak Freya kesal. Cowok tadi terlihat datar namun menyiratkan kemarahan. Ditto, Ian dan Jeff hanya diam mengamati.

"Lo yang apaan! Sam nggak nolak gue bawa, kalian yang cari masalah!"

"Lo yakin Sam mau?" Debora mengalihkan tatapannya pada sosok yang berada di belakang tubuhnya, "lo kenal sama dia, Sam? Udah janjian?"

Sam menunduk sesaat, lalu melangkahkan kakinya mendekati cowok tadi. Zalva, tentu saja sahabat-sabahatnya juga, melongo, kaget, perasaan yang aneh dan tidak jelas intinya.

Sam berhenti tepat di depannya, ia juga menyempatkan tersenyum kecil dan berdeham. "Gue nggak inget ada urusan sama lo setelah lo nolak buat ketemu ibu waktu itu. Yang gue inget lo bilang buat jangan pernah muncul di depan muka lo. Kalau lo nggak sadar, gue udah ngelakuin apa yang lo suruh. Apa masih kurang?"

Zalva membulatkan matanya. Jadi dia kakak Sam yang ia ceritakan dulu? Debora menatap Zalva, lalu mengucapkan kata 'daebak' (gila, keren, di luar ekspektasi) tanpa suara. Zalva menolehkan kepalanya kebelakang, menatap Ditto yang sesaat kemudian menatap Zalva balik. Mengisyaratkan 'apakah akan baik-baik saja?' dengan tatapan matanya, berharap Ditto paham. Ditto tersenyum kecil, lalu menganggukkan kepalanya.

***

"Gue nggak tau kalau itu kakak lo, sorry ya Sam?" kata Debora entah sudah yang keberapa kali. Sam sampai menguap bosan mendengarnya.

"Gue juga udah bilang nggak masalah. Untung tadi lo narik gue, kalau enggak, gue sekarang pasti lagi di rumah bokap gue sambil dengerin omongan nggak jelas dia," Sam meneguk es tehnya hingga setengah, mendinginkan diri.

Kini mereka, kecuali Jeff, duduk di angkringan di depan gedung olah raga untuk turnamen tadi. Ditambah Ridho, Galang, Rangga, dan Dirga, mereka menikmati sisa hari ini dengan membicarakan Vier, kakak Sam yang tiba-tiba saja datang membawa ketegangan.

"Gue baru tau lo adiknya Vier," ujar Dirga setelah menyesap teh tariknya, membuka percakapan, lagi.

"Gue juga nggak tau dia bakalan muncul gitu aja," jawab Sam sambil menundukkan kepalanya, merasa tak nyaman dengan arah pembicaraan yang akan dibawa.

"Dia selama ini nggak macem-macem, kan, sama lo?" tanya Ian sedikit khawatir, mengingat tabiat kakak Sam selama yang ia tau.

"Kalau nyeret sama nampar bukan macem-macem, berarti nggak ada," Sam tertawa samar cenderung mengejek dirinya sendiri.

"Gila, ya, lo?!" bentak Debora kesal, bagaimana bisa Sam bertahan begitu saja.

"Deb," Shireen merendahkan suaranya, meminta sahabatnya itu sedikit tenang, "Abang lo emang suka maksa lo ikut dia gitu?"

ZHALAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang