27

1K 197 29
                                    

Mengiyakan ajakan Mark untuk pulang bersama. Bulan akhirnya menaiki motor matic kepunyaan Mark yang selalu laki-laki itu banggakan.

Kenapa dibanggakan? Bulan ingat sekali waktu itu, pulang bersama dalam keadaan basah kuyup sebab laki-laki itu lupa membawa jas hujan dan mereka berteduh di salah satu ruko kosong tak jauh dari sekolah.

Saat itu, Mark menyesali keputusannya mengajak Bulan pulang bersama. Katanya,

"Kalau aja kamu pulang naik bus, kamu enggak bakal nih kehujanan gini sampe basah banget." Katanya sambil mencoba mengeringkan jaketnya, padahal percuma.

"Kamu mau aku pulang sendirian naik bus?" Tanya Bulan dengan alis terangkat, buru-buru Mark menoleh dan menggeleng.

"Maksud aku bukan gitu, Lan." Katanya panik sendiri, diam-diam Bulan menyunggingkan senyum tipis yang saking tipisnya tidak tampak di penglihatan Mark.

"Jadi?"

"Maksud aku tuh, kalau aja kamu enggak sama aku yang cuma adanya motor matic, kamu pasti enggak kehujanan." Katanya yang memelan di akhir, tampak sedih bersamaan ia berhenti mencoba mengeringkan jaketnya.

"Aku sih yang salah." Katanya menghela napas, "andai aja aku bawa mobil, enggak motor. Kamu enggak bakal basah kuyup dan neduh disini, terus jaket aku enggak bakal basah jadi bisa buat dipake kamu biar enggak kedinginan."

Bulan mendengus dingin, "apa sih? Gak jelas."

Mark mengangguk setuju, "emang." Katanya singkat yang bikin perasaan Bulan merasah bersalah telah menanggapi demikian.

"Tapi gak apa deh." Kata Mark tiba-tiba tersenyum lebar.

Alis Bulan terangkat sebelah, "apanya yang enggak apa? Kehujanan?"

Mark menggeleng, "Bukan." Katanya yang lalu melanjutkan, "motor matic nya."

"Ha?"

"Gak apa deh aku cuma punya motor matic. Bangga. Soalnya gara-gara motor itu, kita bisa jadi deket sampai sekarang. Makanya harus bangga." Katanya menoleh ke arah Bulan dengan senyum lebar.

Bulan yang sedaritadi diam menyimak terbius untuk ikut tersenyum lebar selayaknya yang Mark lakukan.

Besoknya setelah kejadian hari itu keduanya absen karena sama-sama sakit. Bulan jadi tersenyum sendiri saat mengingat kejadian manis dan lucu itu.

Mark yang diam-diam memerhatikan Bulan mendadak penasaran kenapa gadis itu tiba-tiba tersenyum. Adakah yang lucu dari keduanya berjalan menyusuri jalan taman?

"Ada kucing Mark!" Seru Bulan tiba-tiba membuat Mark terkesiap sesaat.

Bulan dengan senyum lebarnya berlari kecil, menghampiri kucing yang ia tunjuk. Mark mengikuti di belakangnya.

Bulan tersenyum, mengelusi anak kucing putih lucu yang tidak tahu siapa pemiliknya.

Melihat Bulan senyum-senyum sendiri karena seekor anak kucing, Mark yang ikut berjongkok di sebelah Bulan turut tersenyum.

"Anak kucing nya lucu. Mau kamu bawa pulang?" Tanya Mark, masih setia dengan senyumnya.

Bulan menoleh sejenak sebelum menggeleng. "ibu geli sama kucing. Bakal diusir ibu kalau aku bawa kucing ke rumah."

"Kalau gitu mau aku yang bawa?" Tanya Mark lagi, Bulan terkekeh pelan.

"Kalau kamu mau bawa, ya bawa aja, Mark."

Mark menggelengkan kepalanya, "bukan." Katanya, Bulan jadi bingung dengan maksudnya.

"Aku yang bawa tapi kamu yang rawat." Kata dia menjelaskan, Bulan jadi terkekeh lagi.

Sementara | Mark Lee✔️[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang